Jawa Pos

Harga Cabai Bertahan Tinggi

Permintaan Bibit Terus Meningkat

-

JAKARTA – Harga komoditas cabai rawit merah masih bertahan tinggi. Hampir di semua pasar di kawasan Jakarta, harga cabai rawit merah masih lebih dari Rp 100 ribu per kilogram. Di Pasar Kramat Jati, misalnya, kemarin (17/1) harga cabai rawit merah menembus angka Rp 150 ribu per kilogram.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengakui bahwa harga cabai rawit merah masih tinggi. ”Masih ada (yang tinggi, Red). Tapi, sebagian sudah mulai menurun, ’kan?” katanya kepada wartawan setelah menghadiri pembukaan bazar Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) di Thamrin City, Jakarta, kemarin. Selama harga cabai rawit merah masih tinggi, Amran menganjurk­an masyarakat mulai menanam sendiri di pekarangan rumah.

Salah satu langkahnya ialah menjalanka­n program kawasan rumah pangan lestari (KRPL) dengan mendistrib­usikan 10 ribu bibit cabai kepada kelompok-kelompok masyarakat. Melalui program tersebut, Amran yakin betul masyarakat tidak akan lagi panik jika harga cabai rawit merah melonjak. Bahkan, ibu rumah tangga bisa menghemat pengeluara­n bulanan karena tidak perlu beli cabai lagi. ”Cabai dan sayurannya pun sehat karena dipanen di pekarangan rumah sendiri,” tuturnya.

Amran menambahka­n, ibu-ibu rumah tangga memiliki peran sangat penting dalam urusan ketahanan pangan nasional. Salah satunya dengan memenuhi kebutuhan pangan dari produksi skala rumahan sendiri. Amran mengasumsi­kan, satu rumah tangga bisa menghemat pengeluara­n dapur hingga Rp 1 juta per bulan jika para ibu dapat menanam berbagai sayuran di halaman rumah.

Bila satu rumah tangga hemat Rp 1 juta dikalikan 60 juta rumah tangga seluruh Indonesia, dalam satu bulan bisa ada penghemata­n Rp 60 triliun. ”Kalau dikali 10 bulan, kita hemat lagi Rp 600 triliun,” ujarnya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembang­an Pertanian Muhammad Syakir menyatakan bahwa geliat program tersebut sudah terasa. Terlebih saat harga cabai melonjak dan tidak berangsur turun. Jumlah permintaan bibit cabai rawit merah ke Ke- mentan meningkat dalam sebulan belakangan. ”Memang betul terjadi peningkata­n. Sekitar 20 persen peningkata­nnya,” ungkap dia.

Syakir menambahka­n, naiknya permintaan bibit cabai merah itu menjadi sinyal baik bahwa masyarakat punya keinginan untuk bisa memenuhi kebutuhan sendiri dengan bercocok tanam. Kata dia, setelah budaya bercocok tanam kuat, pihaknya akan mulai gencar melakukan sosialisas­i teknologi pascapanen.

Menurut Syakir, jika sudah mulai bercocok tanam dan hasil panennya cukup banyak, alangkah ruginya jika tidak diolah. Tanpa pengolahan, hasil panen yang banyak tersebut akan membusuk dan tidak bisa dipakai. ”Dengan begitu, saat terjadi surplus, hasil panen mereka juga bisa disimpan lebih lama,” ucapnya. (and/c9/oki)

 ?? GRAFIS: RIZKY JANU/JAWA POS ??
GRAFIS: RIZKY JANU/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia