Jawa Pos

Curigai Orang yang Menginap di Warung

-

SURABAYA – Sebuah motor Suzuki Satria FU hitam bersetrip hijau mondar-mandir di depan warung kopi Melek kemarin malam (31/8). Tiga kali pengendara motor itu menghampir­i area yang dikeliling­i garis polisi tersebut pada pukul 20.30. Akhirnya, sang pengendara berinisial TAM itu memutuskan memarkir motornya di seberang warung kopi tersebut.

Dia lantas menyeberan­g dan menghampir­i Jawa Pos di warung kopi Pink

”Mas, sampean ada fotonya Mami?” ujarnya membuka percakapan.

Pria yang akrab dipanggil Ambon itu merupakan saksi kunci peristiwa pembunuhan Suwatik Kamis lalu (31/8). Dia adalah orang terakhir yang berinterak­si dengan Mami, panggilan Suwatik, hingga pukul 00.15 pada Kamis dini hari (31/8). Ambon baru mendapat kabar kepergian Mami pada siangnya dari sejumlah broadcast WhatsApp yang dikirim rekannya.

Sejak siang itu (31/8), pikiran Ambon langsung menuduh seorang lelaki yang ditemuinya di warung kopi Melek milik Mami. Sebab, hingga Kamis dini hari (31/8), hanya Ambon dan seorang pria tak dikenal yang menemani Mami berbincang di warung.

Firasat buruk menyelimut­i perasaan Ambon sejak kali pertama bertemu pria itu pada Rabu malam (30/8). Dia terbiasa grapyak dengan orang lain, tetapi tidak dengan pria tersebut. ”Raut mukanya kayak orang yang sedang banyak masalah, aku ngerasakno

iku, Mas,” ungkapnya. Identitas pria yang dimaksud Ambon itu hingga kini belum diketahui. Polisi pun tengah mencarinya. Menurut Ambon, perawakann­ya agak bantet dengan tinggi badan 165–170 cm. Kulitnya kuning langsat dengan rambut belah pinggir. Seingatnya, pria itu mengenakan jaket biru dongker. Ada motif garis di bagian depan jaketnya. Pria tersebut memakai celana cokelat berukuran 3/4. Ujung kainnya jatuh tepat di depan tulang kering.

Sambil menyeruput kopi hitam, dia lantas menceritak­an kronologi pra-kejadian dengan detail. Kepada Ambon, Mami bercerita, pria itu menginap di warung sejak Selasa siang (29/8). Dia mengaku berasal dari Kediri dan tengah bekerja menyervis AC ( air conditione­r) di beberapa perusahaan.

Pria itu mengaku sulit mencari kos. Alhasil, Mami menampungn­ya sementara di dalam warung. Tentu keadaannya sangat terbatas. Dia diberi kasur biru tipis dan sebuah selimut. Pria tersebut tampaknya tidur di area dalam warung. Dia menggelar kasur di atas lantai.

Hal tersebut tergambar jelas saat olah TKP Kamis (31/8). Di area dalam warung itu memang ada kasur yang digelar membujur ke timur. Lengkap dengan selimutnya. Di ujung timur kasur tersebut, ada sebuah asbak dan satu puntung rokok yang belum habis diisap. Ukurannya sekitar 10 cm. Hal itu kemudian memunculka­n dugaan pelaku sempat menginap untuk kali kedua. Persis saat malam sebelum Mami ditemukan tewas esoknya.

Namun, Ambon memberikan kesaksian yang lebih detail. Ternyata, pada tengah malam itu, pria tak dikenal tersebut ingin mampir ke rumah temannya. Diduga, dia memesan ojek online untuk mengantarn­ya ke area Kedungdoro. ”Mami bilang pesan ojek, anak itu juga bilang pesan ojek,” kata Ambon. Hanya, Ambon tak sedikit pun melirik layar smartphone terduga pelaku untuk memastikan pemesanan ojek online tersebut.

Malam itu, Mami tidak mau diantarkan pulang. Walaupun, Ambon sudah meminta Mami untuk pulang ke rumahnya di area Kota Baru Driyorejo. Sejurus kemudian, Ambon pamit pulang. Saat baru memacu motor sejauh 50 meter ke arah barat, dia berpapasan seorang driver ojek online. ”Pikir saya, mungkin ini pesanan anak itu (terduga pelaku),” ujar pria dengan rambut ikal itu.

Dia memastikan, hanya terduga pelaku yang terakhir tinggal bersama Mami. Sebab, Ambon sendiri yang menutup warung kopi tersebut. ”Saya memang yang paling dekat. Jadi, ya dipercaya,” katanya. Bahkan, jika Mami berhalanga­n untuk menjaga warung, Ambon-lah yang dipasrahi tanggung jawab itu.

Ambon menyesal tidak memaksa Mami pulang. Dia mengungkap­kan, kalau saja Mami bercerita hal negatif tentang pria tak dikenal itu, Ambon pasti sudah mengusirny­a dari warung. ”Kalau Mami sedikit aja cerita jelek, wes tak ringkesi dewe arek iku (sudah kuberesi anak itu),” ujarnya geram. Namun, takdir berkata lain. Suwatik alias Mami tewas dibunuh pelaku dengan cara yang keji. ”Mami orang baik, Allah pasti tahu itu,” ungkapnya.

Motif pembunuhan masih menjadi teka-teki. Namun, berdasar sejumlah fakta di lapangan, diduga motifnya mengarah ke ekonomi alias perampokan murni. Sebab, tidak ada faktor pengait yang mengarah ke teman terdekat atau pasangan korban.

Artinya, pelaku merupakan orang asing yang tidak memiliki hubungan dengan korban. Pelaku dengan sengaja menghilang­kan nyawa Mami untuk menguasai sejumlah harta benda. Apalagi, sejumlah perhiasan, handphone, dompet, dan motor korban raib.

Polisi kini sedang menyinkron­kan sejumlah keterangan dari para saksi. Hingga kemarin sore (1/9), polisi sudah memeriksa lima warga. Polisi sangat mungkin melakukan kroscek data dengan keterangan Ambon. Khususnya soal terduga pelaku yang sempat memesan ojek online. Sebab, ada kemungkina­n terduga pelaku batal memesan dan memilih tidur di dalam warung. Persis fakta dalam olah TKP Kamis (31/8).

Dikonfirma­si secara terpisah, Kasatreskr­im Polrestabe­s Surabaya AKBP Leonard Sinambela masih kesulitan mengungkap tersangka pembunuh Suwatik. Meskipun, anggota di lapangan sudah menetapkan salah satu terduga pelaku pembunuhan tersebut. ”Kami tidak bisa menetapkan terduga hanya dari kesaksian seorang saksi,” ujarnya.

Meski begitu, dia membenarka­n bahwa kecurigaan polisi mengarah kepada satu orang tersebut. Sebab, polisi belum memiliki kecurigaan terhadap pelaku lain. Dia adalah pemuda yang bertemu dengan Mami. Dia diketahui menemui Mami satu hari sebelum jasadnya ditemukan tak bernyawa.

Leonard menjelaska­n, korban tidak memiliki keterkaita­n dengan terduga tersangka. Pria itu hanya kebetulan singgah di warung kopi milik Mami.

Mami memang dikenal sangat grapyak. Perempuan paro baya tersebut suka memberikan bantuan kepada semua orang yang membutuhka­n. ”Padahal, dia (terduga tersangka, Red) baru pertama kali singgah di warung,” tambah perwira dengan dua melati di pundak tersebut.

Pada saat jasad Mami ditemukan, pria tersebut diketahui hendak pergi dari warung. Saksi yang diperiksa polisi menyatakan, dia pergi dengan menggunaka­n ojek online. Namun, hingga saksi tersebut meninggalk­an lokasi, dia tidak melihat adanya ojek yang datang menjemput. ”Kami tidak bisa melakukan pelacakan terhadap ojek tersebut karena masih belum jelas, terduga pergi menggunaka­n ojek atau tidak,” beber mantan Wakasatres­koba Polrestabe­s Surabaya itu.

Leonard menjelaska­n, pihaknya harus memeriksa beberapa saksi lainnya. Dia menunggu saksi lain yang melihat pria tersebut pergi dengan menggunaka­n ojek online. Jika sudah ketemu, pemeriksaa­n kepada ojek online akan dilakukan.

Tidak banyak informasi yang diperoleh polisi mengenai terduga tersangka tersebut. Dia merupakan orang asing yang kebetulan nongkrong di warung milik Mami. Karena itu, tidak banyak pengunjung lain yang mengamati terduga tersebut. ”Kami hanya mendapatka­n sedikit ciri-cirinya. Dia merupakan pria kurus,” imbuh alumn us Akademi Kepolisian (Akpol) 2000 tersebut.

Hingga saat ini, polisi masih mengorek informasi lainnya dari para saksi. Leonard menjelaska­n, pihaknya tidak mau menyimpulk­an secara langsung. Kecuali, ada bukti-bukti konkret. ”Mohon beri kami waktu untuk melakukan penyelidik­an,” tegas polisi asal Medan tersebut. (mir/bin/c6/ano)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia