Butuh Bahan Baku dari Luar Negeri
GRESIK – Kebutuhan impor untuk industri di Kota Pudak masih tinggi. Selain alat-alat produksi, bahan baku yang didatangkan dari luar negeri masih banyak. Dinas koperasi, UMKM, perindustrian, dan perdagangan (diskoperindag) menyebutkan bahwa nilai impor Gresik selama semester I 2017 mencapai Rp 80 miliar. Tiongkok menjadi negara pengimpor terbesar.
”Pengusaha memang masih membutuhkan alat berat dan mesin berteknologi dari luar negeri. Sarana dari dalam negeri nggak ngatasi,” tutur Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Gresik Tri Andhi Suprihartono kemarin (1/9). Dia menambahkan, beberapa alat yang didatangkan dari luar negeri, antara lain, tungku bertekanan tinggi, alat pelebur baja, dan mesin produksi di perusahaan kimia.
Tri Andhi menjelaskan, ada 400 industri berskala besar di Kota Giri. Mereka rutin mengekspor barang. Dari angka itu, 35 persen di antaranya masih mengambil bahan baku dari negara lain.
Salah satu ketergantungan yang paling tinggi adalah perusahaan komponen otomotif. Tingkat pemakaian bahan impor mencapai 60 persen. Mereka memerlukan baja yang stoknya terbatas di dalam negeri. ”Besarnya impor tak terlepas dari kemitraan perusahaan. Sebab, ada p pengusaha yang sudah menjalin komitmen kerja sama dengan pelaku usaha di luar negeri,” jelasnya. Kegiatan impor bahan baku dan alat produksi juga mendapat dukungan dari aturan anyar. Ya Yakni, pem berlakuan fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor (KITE). Melalui aturan tersebut, bahan baku impor untuk tujuan ekspor dibebaskan dari pajak pertambahan nilai (PPN).
Tri Andhi berharap impor dilakukan saat stok barang di dalam negeri benar-benar menipis. Jadi, penyerapan bahan baku lokal bisa maksimal. ( hen/c24/dio)