Jawa Pos

Hafizh Ingin Terus Gendong

-

SURABAYA – Perban putih besar membungkus wajah Muhammad Hafizh Ahza Ibad di ruang rawat inap I RSAL dr Ramelan kemarin. Bocah ganteng itu terus ingin bergelung manja dalam gendongan orang tuanya. Rupanya dia masih merasa tidak nyaman setelah menjalani operasi pengangkat­an tanda lahir pada Selasa (5/9).

Dengan perban itu, yang terlihat hanya pipi kanan, mata kanan, bibir, dan sebagian besar hidung bocah dua tahun tersebut. ’’Itu tadi perbannya lepas. Jadi, terpaksa harus dipasang baru,’’ ujar Serda Mustiamin, ayah Hafizh.

Lepasnya perban tersebut sempat membuat bintara yang bertugas di Kodim 0826/07 Pegantenan, Pamekasan, itu khawatir. Warga Mojokerto itu pun langsung menghubung­i dokter yang menangani putranya, dr Bambang Wicaksono SpB-RE

Saat perban diganti, hati Amin –sapaan Mustiamin– langsung mak tratab. Ada perasaan lega melihat tanda lahir hitam di wajah Hafizh telah lenyap. Meski begitu, masih terlihat bekas jahitan di wajah tersebut. ’’ Kok jahitannya kelihatan gitu, ya?’’ kata Amin.

Dan, Hafizh pun sempat ogah saat perban di wajahnya akan diganti. Dia sudah mulai rewel saat mendekati ruang operasi, tempat wajahnya diutak-atik dokter dua hari lalu. ’’Di dalam, sampai ngamuk anaknya,’’ ungkap Amin. Hafizh pun terpaksa dipegangi oleh empat orang agar perban di wajahnya bisa diganti dengan baik.

Tetapi, Hafizh terus menampakka­n kekuatanny­a. Meskipun, beberapa hari ke depan bungsu dua bersaudara tersebut harus menahan rasa sakit di bagian wajah.

’’ Tadinya saya juga khawatir kalau Hafizh bakal terus memegang bekas lukanya. Namanya juga kan masih anak-anak. Tapi, alhamdulil­lah, anteng. Seolaholah dia ini paham itu bagian luka yang tidak boleh disentuh,’’ lanjut dia.

Saat malam pun Hafizh bisa tidur dengan nyenyak. Meskipun, orang tuanya harus bergantian menggendon­g. Winda Nugas Lestari, ibunda Hafizh, dan Amin memang belum mau melepaskan anaknya. Mereka mengkhawat­irkan luka bekas operasi di wajah dan kedua paha Hafizh. Takut perban akan kembali lepas ketika si anak banyak bergerak.

Adik Febri Armidianti Ibad itu pun sudah mau makan meski belum banyak. Setelah menjalani operasi, dia sama sekali tidak mau makan. Hanya cairan yang masuk ke tubuhnya. Baru kemarin pagi Hafizh mau menyantap kue, buah, dan nasi. Jumlahnya juga tidak seberapa.

Senyum juga sesekali tampak di wajah mungilnya. Bibir kecilnya terus saja memanggil sang kakak yang sore itu kembali lagi untuk menemani Hafizh. Febri memang sangat dekat dengan Hafizh. Dan saat sakit seperti itu, Hafizh memanggil-manggil kakaknya. Bahkan, ketika putri sulung Winda dan Amin itu meninggalk­annya untuk salat, Hafizh merengek manja. ’’Kakak, Kakak,’’ gumamnya lirih.

Menurut dr Bambang, kondisi Hafizh cukup stabil. Tidak ada perdarahan pascaopera­si seperti yang dikhawatir­kan sebelumnya. ’’ Itu ( perban lepas) karena banyak gerakan. Kan masih anak-anak. Jadi ya belum bisa diatur penuh,’’ tuturnya.

Hasil operasi kemarin belum terlihat. Baru Senin mendatang (11/9) Bambang akan mengevalua­si wajah Hafizh. Pada hari kelima, kulit yang dicangkokk­an ke pipi Hafizh baru terlihat apakah sudah menyatu.

Pada Selasa, Hafizh menjalani operasi pengangkat­an tanda lahir dengan menggunaka­n teknik skin graft. Tanda lahir hitam yang berambut di wajahnya diambil. Kulit paha digunakan untuk menutup luka bekas tanda lahir di pipi kiri, bawah mata kiri, dan hidung sebelah kiri tersebut. (dwi/c4/dos)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia