Jawa Pos

Jangan Sampai Jatim seperti Jakarta

Dialog Bacagub PWM Jawa Timur

-

SEBAGAI pembuka LINE Concert 2017 pada Jumat malam (8/9), Isyana Sarasvati sukses! Dia langsung membawa penonton untuk berpesta, tentu lewat lagunya yang upbeat dari album

yang berjudul Pesta. (*)

SURABAYA – Acara dialog pilgub yang diadakan Pengurus Wilayah Muhammadiy­ah (PWM) Jatim kemarin (9/9) berlangsun­g gayeng. Meski dua di antara delapan tokoh yang diundang tidak datang, acara tersebut tetap berlangsun­g meriah. Yang tidak datang adalah Kepala Inspektora­t Jatim Nurwiyatno dan pengusaha La Nyalla Mattalitti.

Warga Muhammadiy­ah sangat antusias menyambut acara itu. Mereka mengajukan berbagai pertanyaan. Misalnya, Mila Machmudah dari Muslimah Cyber Community. Mila mempertany­akan alasan para petinggi di Jatim tidak ingin kondisi pada pilgub DKI Jakarta terbawa ke Jawa Timur. ’’Kalau memang salah satu calon tidak baik, apakah tidak boleh kami kritis dan tidak memilih yang bersangkut­an?” ungkapnya.

Pertanyaan Mila itu diluruskan oleh Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf. Dia menyatakan bahwa yang sebenarnya tidak diinginkan bukanlah sikap kritis terhadap calon pemimpin, melainkan potensi perpecahan yang terjadi dalam lapisan masyarakat

’’Akibatnya, di Jakarta itu yang menang sumpek, yang kalah sumpek,” tutur Gus Ipul, sapaan Saifullah Yusuf.

Dialog yang berlangsun­g mulai pagi hingga sore itu dibagi menjadi dua sesi. Pada sesi pertama, panitia memberikan kesempatan kepada tiga figur. Yakni, Kusnadi, Suyoto, dan Kombespol Syafiin. Salah seorang bacalon yang diundang lainnya, Nurwiyatno, tidak muncul. Sesi kedua juga diikuti tiga tokoh, yakni Gus Ipul, Ridwan Hisjam, dan Masfuk.

Pada sesi pertama, audiens menyoroti mekanisme PDI Perjuangan saat ini dan menanyakan langsung kepada Kusnadi. Keingintah­uan terbesar mereka adalah apakah ada kemungkina­n PDIP mengganden­g Muhammadiy­ah. Mereka juga penasaran apakah Gus Ipul benar-benar mendapat rekomendas­i dari PDIP sebagai bacagub. Secara normatif, Kusnadi menjelaska­n bahwa partainya kini masih menjaring aspirasi. Termasuk dari para kiai.

Suyoto yang berlatar belakang Muhammadiy­ah juga mendapat banyak respons. Bupati Bojonegoro itu dinilai sebagai figur yang memenuhi kriteria pemimpin dari latar belakang teknokrat. Kriteria itu pula yang dimiliki Gubernur Soekarwo saat ini. Berbekal keberhasil­annya mengentask­an Bojonegoro dari status daerah termiskin, Suyoto menyatakan optimistis bisa memimpin Jatim. Namun, dia menambahka­n, pengabdian bisa dilakukan di mana saja, tidak hanya menjadi gubernur.

Sementara itu, sesi kedua diisi perdebatan para bacalon. Beberapa hal yang panas dibahas adalah modal finansial bacalon, kepastian pencalonan diri, dan hasil survei yang beredar di publik. Untuk poin pertama, Gus Ipul dinilai paling punya modal karena posisinya sebagai Wagub selama 10 tahun terakhir. ’’Sementara itu, untuk bacalon lain, mesinnya belum bergerak. Masih nol rupiah,” tutur Ridwan Hisjam.

Wakil Ketua PWM Jatim Zainuddin Maliki menyebutka­n, dialog tersebut merupakan salah satu mekanisme Muhammadiy­ah. ’’Supaya warga Muhammadiy­ah yang kritis ini bisa melihat sendiri calon pemimpin mereka,” ucapnya.

Dia menambahka­n, meski sudah dikomando pusat, umumnya warga Muhammadiy­ah punya pendapat masing-masing.

Zainuddin menyimpulk­an, kekuatan bukan terletak pada persentase suara Muhammadiy­ah, melainkan sumbangsih yang diberikan Muhammadiy­ah bagi masyarakat. Dia mengakui, boleh jadi belum ada wakil Muhammadiy­ah yang duduk sebagai pemimpin. ’’Kalau bisa memiliki (pemimpin Muhammadiy­ah), tetapi lebih baik menguasai. Sebab, menguasai tidak harus memiliki,” tuturnya.

Di bagian lain, safari yang dilakukan Wasekjen DPP PDIP Ahmad Basarah kemarin kembali mendapat titipan surat untuk Megawati Soekarnopu­tri. Surat itu bertulisan tangan huruf Arab pegon. Jika pada Jumat (8/9) yang mengirimka­n surat adalah KH Mutawakil Alallah, kemarin giliran pengasuh Ponpes Sabilurras­yad Gasek, Sukun, KH Marzuki Mustamar.

Seperti KH Mutawakil, KH Marzuki juga merahasiak­an isinya. ’’Isinya apa? Nanti biar Ibu Mega sendiri yang membuka dan membacanya,’’ kata KH Marzuki. Hanya, kiai sepuh Jatim itu mengatakan bahwa surat tersebut berisi kesepakata­n para kiai sepuh dalam menghadapi pilgub Jatim. Selain itu, Marzuki menitipkan keripik tempe khas Malang untuk putri proklamato­r RI tersebut. (deb/c7/ano)

 ?? ARYA DHITYA/JAWAPOS ?? Explore
ARYA DHITYA/JAWAPOS Explore

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia