Jawa Pos

Kadang Temukan Pembalap Bawa Narkoba

Jalan yang lebar dan mulus menggoda para pembalap jalanan untuk uji nyali. Memacu motor sekencang-kencangnya. Beberapa kali ditertibka­n polisi tidak membuat mereka jera.

-

SALAH satu kawasan yang kerap dijadikan lintasan oleh pembalap jalanan adalah Jalan Kedung Cowek. Anggota Polres Pelabuhan Tanjung Perak bersama Polsek Kenjeran pernah membubarka­n aksi penutupan jalan untuk balapan. Yakni, pada 23 Juli silam.

Polisi bergerak berdasar informasi dari warga sekitar. Warga terganggu dengan aktivitas balapan di daerah tersebut. ’’Kategoriny­a bukan balap liar, tapi hanya trek-trekan biasa,” ujar Kasatlanta­s Polres Pelabuhan Tanjung Perak AKP Didik Sugiarto.

Saat itu tidak ditemukan adanya taruhan yang dipasang para pembalap jalanan. Mereka hanya menguji kecepatan motor yang dimiliki. ’’Yang bikin resah, mereka melakukan penutupan jalan,” ujar Didik.

Ya, setiap beraksi, anak-anak muda tersebut memang menutup satu ruas jalan. Jalan itulah yang dijadikan lintasan balap. Untuk sekali kibasan bendera start, ada tujuh hingga sepuluh remaja yang beradu dengan kuda besi masing-masing. Tujuannya satu: menjadi yang tercepat.

Penertiban yang dilakukan pi hak satlantas memang tidak mu dah. Mereka harus bekerja ekstra untuk membu barkannya. Saat petugas mendekat, para pem balap jalanan beserta penon tonnya pasti langsung semburat.

Karena itu, petugas selalu melakukan penyamaran. Juga berkoordin­asi dengan anggota reskrim. Tujuannya adalah berjaga-jaga apabila ditemukan unsur pidana. ’’ Tidak selalu perjudian, biasanya juga ada yang bawa narkoba. Makanya, koordinasi harus tetap dilakukan,” tegas perwira dengan tiga balok di pundak tersebut.

Tidak berhenti di situ, jika balapan jalanan yang dilakukan berskala besar, petugas juga melakukan penyekatan jalan. Petugas yang berseragam akan berjaga di dua ujung jalan yang digunakan sebagai arena kebutkebut­an. Antisipasi agar pembalap tidak melarikan diri.

Setelah aksi balapan jalanan di Kedung Cowek tersebut ditindak, kegiatan serupa memang jarang terlihat. Namun, bukan berarti aksi kebut-kebutan sudah hilang. Menurut Didik, para remaja tersebut kini berpindah ke sisi lain Jembatan Suramadu. Tepatnya di kawasan Madura. ’’Mereka sudah pindah ke sana (Madura, Red) semua,” ujarnya.

Penindakan serupa kerap dilakukan Polrestabe­s Surabaya. Biasanya, aksi kebut-kebutan tersebut dijumpai saat bulan puasa. Titik-titik rawan balapan liar juga lebih banyak. Maklum, wilayah hukum Polrestabe­s Surabaya memang lebih luas dari Polres Pelabuhan Tanjung Perak.

Polrestabe­s pernah menangkap basah belasan remaja yang melakukan balap liar pada pertengaha­n Juni lalu. Lokasinya di Dupak Demak. Saat itu polisi menyita uang yang diduga sebagai taruhan sebesar Rp 500 ribu. Petugas juga pernah menertibka­n aksi serupa di Jalan Dr Ir Soekarno.

Bukan hanya itu, polisi juga menyita lima gaco sepeda motor. ’’Gaco itu adalah sepeda motor yang dibuat balapan oleh para peserta balap liar itu,” jelas Kasatlanta­s Polrestabe­s Surabaya AKBP Adewira Negara Siregar.

Anggota Satlantas Polrestabe­s Surabaya tidak sendiri saat melakukan penindakan. Mereka berkoordin­asi dengan pihak command center. Hal itu dianggap lebih efektif lantaran ada beberapa titik yang kadang terlewatka­n.

Selain di dua lokasi tersebut, polisi memetakan lokasi lain yang digunakan untuk balapan. Di antaranya, Jalan Tembok, kawasan Kertajaya, Jalan Dharmahusa­da, dan Jalan Embong Malang. ’’Kalau bulan Ramadan, mereka itu kebut- kebutan sekalian nunggu sahur,” tambah mantan Kasubdit Dikyasa Polda Jatim tersebut.

Karena itu, pada saat-saat tersebut, polisi rajin melakukan patroli. Mereka selalu membubarka­n anak muda yang masih terlihat berkeliara­n di atas pukul 24.00. Begitu pula pada aksi yang kerap dilakukan pada malam Minggu. ”Selain mencegah balap liar, itu mencegah tindak kriminal lainnya,” tegas alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1999 tersebut. ( bin/c17/fal)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia