Sering Kebanjiran, Tanah Dilupakan
”EMAN Mas sakjane. Nilainya lebih dari Rp 40 juta lho,” celetuk Kepala Dusun Geger Wetan, Desa Iker-Iker Geger, Kecamatan Cerme, Abdul Wahid saat ditemui kemarin (13/9). Sambil duduk di atas jok motornya, lelaki itu berbicara soal tanah tak bertuan di wilayahnya.
Tol Krian–Legundi–Bunder (KLB) memang melintas di kawasan Iker-Iker Geger. Ada delapan bidang tanah milik warga yang terpakai. Hanya satu bidang yang belum diketahui pemiliknya. Luas lahan berkisar 97 meter persegi. Nilai uang ganti rugi mencapai Rp 54 juta. Saat ini uang ganti rugi atas pembangunan jalan tol masih ada di pemerintah. ”Awalnya bentuknya sawah,” ungkap Wahid.
Lelaki 40 tahun itu menjelaskan, tanah digarap Rusmin, salah seorang warga IkerIker Geger. Meski begitu, dia tak mengetahui siapa pemilik asli tanah tersebut. Selama bertahun-tahun Rusmin memanfaatkan tanah itu. Saat musim tertentu, lahan dianggurkan. Alasannya, areanya kebanjiran.
Selama ini warga mengetahui pemiliknya bekerja di sebuah perusahaan di wilayah Cerme. Namun, ahli waris sulit dilacak. Sebab, pabrik sudah bangkrut dan tak berpenghuni. Perangkat desa sudah berupaya melacak. Namun, mereka kesulitan. Sebab, pemilik terakhirnya merupakan orang luar daerah. ”Saya pikir dibiarkan tak terurus karena punya alasan. Kondisi lahan dianggap kurang produktif,” terangnya.
Menurut Wahid, saat pembebasan tanah, lahir banyak penyesalan. Sebagian besar tanah yang tak produktif dijual murah meriah. Begitu ada pembangunan, harganya melejit. Bahkan bisa naik 70 persen. (hen/c9/dio)