Jawa Pos

Alihkan dari Mbak-Mbak

Kunjungi Area Dekat Eks Dolly

-

SURABAYA – Hidup di lingkungan bekas area prostitusi terbesar seAsia Tenggara memang tidak mudah. Meski kawasan Dolly sudah ditutup, dampak buruknya masih membekas. Hal tersebut terungkap dalam show kelima For Her Tangkis Bersama Antangin JRG yang berlangsun­g di Kantor Kelurahan Putat Jaya, Surabaya, kemarin (19/9). ”Anakanak itu juga dibesarkan oleh lingkungan. Apa yang mereka lihat di lingkungan, mereka anggap sebagai contoh,” kata Astrid Wiratna, psikolog yang menjadi pemateri untuk sesi bersama wali murid.

Dra Puspa Rini, wali kelas 6 SDN Putat Jaya 1 dan 5 Surabaya, mengaku memiliki tantangan tersendiri dalam mendidik anak yang besar di lingkungan itu. Anak didiknya memiliki beragam latar belakang yang lebih kompleks. ”Ada yang sering ditinggal orang tuanya, ada juga yang tidak tahu siapa ayahnya,” ucapnya.

Dampaknya, anak-anak cenderung lebih sulit dikontrol. Dia juga pernah mendapati anak didiknya menawarkan layanan prostitusi. Saat itu, Rini membawa anak didiknya mengikuti outbound di Pusdik Brimob Watukosek. Tanpa diduga, ada seorang anak didiknya yang ”menawarkan” perempuan kepada salah seorang pembimbing outbound tersebut. ”Anak itu bilang, ’Pak, pernah ke Jarak?’. Lalu, dijawab, ’ Loh, iya, tadi itu jemput kamu’. Lantas, anak itu menimpali ’Kalau di Surabaya, tidur di rumah saya aja, Pak. Ada mbak-mbak tiap malam’,” tutur Rini bercerita.

Dia menyadari bahwa murid tersebut bukan satu-satunya yang sudah terpapar imbas prostitusi. Karena itu, dia bersama guru lainnya sepakat memberikan berbagai kegiatan untuk anak-anak. Tujuannya, mereka sibuk dan tidak sempat memikirkan hal-hal di luar batas usia mereka. Salah satunya adalah kegiatan bermusik. ”Mereka senang sekali dan cepat belajarnya. Beberapa kali menang lomba,” ujarnya.

Mereka pun mempertont­onkan kemampuan bermusik itu sebagai pembuka acara. Ada paduan suara, grup angklung, dan samroh. Astrid menambahka­n, sangat mungkin, anak yang tumbuh di lingkungan seperti itu terbebas dari hal-hal negatif. Kuncinya orang tua. ”Analoginya nih, meski hidup di tempat sampah, kalau orang tuanya bersihan, ya, dia bisa bersih,” ungkapnya.

Sebelum memulai sesinya, Astrid bertanya kepada undangan yang datang. Apa yang mereka harapkan dari anak mereka pada masa depan? Ada yang bilang mau anaknya jadi tentara, lalu menyebut ingin anak jadi orang sukses, sampai doa supaya anak menjadi sosok berguna untuk nusa dan bangsa. ”Nah, harapan ibu-ibu di sini mulia sekali. Tapi, sebelum mengharap anak mencapai itu semua, sudahkah ibu-ibu membebaska­n anak dari berbagai kekerasan,” tanya Astrid.

Kekerasan pada anak bukan semata berupa memukul atau meninjunya. Tidak memberi sarapan saja sudah termasuk di dalamnya. Kekerasan fisik akan menimbulka­n luka yang merusak tubuh, bahkan mungkin sampai menimbulka­n kematian. Namun, jangan lupakan juga, ada dampak psikologin­ya.

Mereka yang mengalami kekerasan cenderung tumbuh menjadi anak yang pasif, merasa tidak berdaya, dan ketakutan. ”Kepercayaa­n dirinya menurun dan itu akan menjadikan anak tidak produktif,” jelasnya.

Jika sesi bersama wali murid diisi Astrid, ada dongeng Pemberani yang dibawakan Kumpul Dongeng Surabaya untuk para siswa. (adn/fam/c16/ayi)

 ??  ??
 ??  ?? Burung Kecil
Burung Kecil
 ??  ?? road
road

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia