Scuba Diver Australasia + Ocean Planet
PENYELAMATAN GUA THAM LUANG: MOMEN PENYELAM
Pada 23 Juni 2018, sekelompok remaja lelaki dan pelatih sepak bola mereka menghilang dalam banjir di gua Tham Luang Nang Non di provinsi Chiang Rai, Thailand. Tujuh belas hari kemudian, anak-anak tersebut diselamatkan berkat upaya luar biasa para penyelam ahli gua serta lainnya dari berbagai penjuru dunia Sebelumnya, penyelam mana pun belum pernah ada di garis depan misi penyelamatan dalam skala sebesar ini. Operasi ini mencekam masyarakat global ketika penyelam internasional dan Navy Seal Thailand melaksanakan misi pencarian dan penyelamatan ke-12 bocah yang hilang serta pelatih sepak bola mereka. Dengan ketiga belas individu tersebut berhasil dievakuasi dari gua, misi penyelamatan yang sukses ini membawa perhatian yang begitu besar terhadap industri selam, terutama penyelaman gua.
Krisis ini menyatukan berbagai penyelam dengan berbagai ahli untuk bekerja sama. Ben Reymenants, pemilik dan pendiri Blue Label Diving, adalah salah satu penyelam pertama yang secara khusus diminta ke tempat kejadian. Ben mengingat-ingat, “Seorang teman dan kolega technical diving saya bertanya apakah saya mau membantu karena Navy Seal Thailand membutuhkan dukungan dan keahlian penyelaman gua. Saya hampir tidak ada harapan ketika melihat kondisinya di hari pertama. Terutama karena tidak ada jaminan bahwa anakanak tersebut masih hidup. Gua ini tidak pernah diselami karena terlalu berbahaya, tetapi karena Navy Seal turun ke air di hari berikutnya, saya memutuskan untuk pergi bersama mereka untuk berjaga-jaga.”
“Apa yang terjadi selanjutnya adalah serangkaian penyelaman yang mengerikan. Saya sendirian dengan jarak pandang nol dan terperangkap dalam arus berlawanan. Untungnya saya berhasil menarik diri keluar.
Saya hampir menyerah ketika tiba-tiba hujan berhenti dan jarak pandang di dalam air menjernih, mulai dari satu inci menjadi satu meter, dan akhirnya aliran airnya bisa ditangani.”
Misi ini dimulai dengan proses melawan arus kencang berlumpur yang berbahaya dan melelahkan untuk menemukan anak-anak.
Satu eksplorasi bisa memakan waktu berjamjam lamanya, dengan peralatan berat seperti tambang dan tangki oksigen yang dibawa oleh para penyelam penyelamat. Tujuannya adalah untuk memasang tali yang akan mengarah ke tempat anak-anak tersebut.
“Sekarang kesulitannya adalah menemukan pertigaan, yaitu suatu area sempit dengan belokan yang sangat tajam,” kata Ben. “Saya berada 2.5 kilometer di dalam gua dan terisap ke dalam lubang kecil penuh lumpur. Saya tidak bisa bergerak maupun melihat apa pun. Teman saya, Maksym, harus menarik saya keluar dengan memegang kaki saya, inci demi inci, sepanjang 50 meter sampai kami tiba kembali di jalur utama. Lalu, saya jatuh dan menyadari bahwa ada air jernih mengalir keluar dari bawah sebuah batu. Begitulah cara kami menemukan pertigaan yang membawa kami ke tempat di mana anak-anak berada. Perasaan kami campur-aduk.”
Salah satu bahaya dalam misi ini adalah kemungkinan anak-anak panik. Panik di dalam gua hanya berujung pada akhir yang fatal. Kami tidak bisa mengambil risiko anak-anak menjadi panik, dan ini sangat mungkin terjadi mengingat mereka tidak mendapat latihan formal dan kondisi ketika kami menyelam pun sangat mengerikan. Berdasarkan rekomendasi
Dr. Richard Harris, anak-anak diberikan obat anti-cemas karena ini merupakan satu-satunya cara untuk menyelamatkan mereka dengan selamat
Ivan Karadzic, rescue diver
Di hari kesembilan misi ini, di pagi hari ketika anak-anak dan pelatih mereka ditemukan, Ivan Karadzic, pria kelahiran Denmark, seorang instruktur-pelatih technical diving dan co-owner Koh Tao Divers, tiba untuk menawarkan bantuan bersama dengan 14 penyelam lainnya yang berada di Thailand. “Saya merupakan bagian dari tim yang ditugaskan untuk menemukan tempat yang baik di dalam gua untuk berhenti,” kata Ivan. “Jarak masuk dan keluar dari gua terlalu jauh bagi penyelam untuk membawa oksigen sehingga penyelam yang harus masuk jauh ke dalam gua harus mengganti tangkinya. Setiap hari kami membawa begitu banyak tangki dan menaruh tangki-tangki tersebut setengah jalan di dalam gua sehingga para penyelam memiliki cukup oksigen untuk bernapas.”
“HAMPIR SEPERTI KEAJAIBAN”
Rencana penyelamatan yang terjadi merupakan kompilasi opini ahli dan usulan dari semua yang terlibat dalam operasi ini. Ratusan misi dan rencana cadangan berbeda dibuat untuk semua situasi darurat yang mungkin terjadi. Ivan, yang ada pada hari penyelamatan, mengatakan, “Rencana tersebut sangat terperinci, dan semua orang tahu peran masing-masing. Pada saat penyelamatan, ada 24 penyelam dengan tugas yang berbeda. Semuanya bekerja begitu baik. Saya berbicara atas nama seluruh tim ketika kami begitu terkejut dengan begitu sedikitnya kesalahan yang kami buat, dan betapa efektifnya rencana dijalankan; hampir seperti keajaiban.”
Douglas Yeo dari Singapura, seorang instruktur selam dari Scuba Schools International (SSI) dan Course Director di Diving Instructor World Association (DIWA), tiba pada hari terakhir penyelamatan untuk menawarkan bantuan pada tahap akhir operasi tersebut. Ia mengingat, “Ketika saya tiba, masih ada lima anak tersisa untuk diselamatkan dan hujan masih turun. Ada 30 orang di ruang dua, sebagian besar adalah penyelam AL, beberapa penyelam asing, dan seorang dokter yang ditempatkan untuk memeriksa anakanak ketika mereka lewat.”
Waktu itu adalah momen yang emosional bagi saya; saya tidak bisa berhenti membayangkan bahwa anak itu adalah anak saya sendiri.”
SIAPA SAJA YANG TERLIBAT?
Meskipun ada banyak yang terlibat di dalam operasi ini, ada sekelompok individu terkemuka yang berperan penting dalam misi pencarian dan penyelamatan ini.
MENGENANG SAMAN GUNAN
Pada 6 Juli 2018, mantan Mayor Sersan AL Thailand, Saman Gunan, wafat ketika keluar dari gua setelah mengantarkan tiga tangki oksigen kepada anak-anak dan pelatih mereka. “Dia sukarela bergabung dengan empat orang asing dan satu penyelam Thailand untuk menempatkan tangki di sepanjang rute. Para penyelam asing menghabiskan waktu tiga jam, sedangkan ia dan rekan selamnya memakan waktu lebih lama,” lapor Kapten AL Thailand, Anand Surawan, kepada Channel NewsAsia pada 12 Juli 2018. “Tujuh jam berlalu dan mereka masih belum muncul.”
“Kematian Saman sangat memengaruhi seluruh tim begitu kami mengetahui bahwa seorang anggota kami telah wafat di dalam gua,” tambah Ivan. Meskipun Saman bukan penyelam gua, dia adalah mantan penyelam
Navy Seal yang sangat terlatih, dan kematiannya membuat kita berpikir bahwa orang sekaliber dirinya saja bisa mengalami kecelakaan, apalagi kita.
“Namun, hal ini juga membuat kami bekerja sangat, sangat keras karena setelah kematiannya, kami ingin memastikan bahwa pengorbanannya tidaklah sia-sia.”
Scuba Diver AUSTRALASIA turut menghargai keberanian dan pengorbanan Saman Gunan. Doa kami menyertai keluarganya.
Bersama dengan penyelam internasional, sekitar 100 penyelam Navy Seal Thailand berpartisipasi dalam misi penyelamatan ini.
Navy Seal Thailand benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa; foto dan nama mereka tidak akan pernah dipublikasikan karena profesi mereka, tetapi mereka tetap merupakan bagian terbesar dalam operasi ini
Ivan Karadzic
Meskipun tidak mendapat latihan penyelaman gua sebelumnya, semua pemuda ini menyelam ke dalam gua dengan gagah berani. Menurut Kapten AL Thailand Anand Surawan, penyelam Navy Seal bekerja di dalam gua tanpa tahu apakah hari masih siang atau sudah malam. Setelah penyintas ditemukan, empat penyelam terbaik dikirim dari ruang tiga untuk mengirim makanan dan selimut. Mereka baru kembali 23 jam kemudian dengan kesehatan menurun drastis akibat kondisi dingin dan gelap di dalam gua. Satu penyelam sudah kehabisan oksigen sehingga dia tinggal bersama para anak-anak. Setelahnya, penyelam lain dikirim
untuk menempatkan tangki-tangki oksigen di sepanjang rute penyelamatan, dengan setiap penyelaman memakan waktu antara 3 hingga 10 jam.
“Para penyelam militer, terutama Navy Seal Thailand, bukanlah penyelam biasa,” komentar Ivan. “Mereka memiliki kemampuan berbeda dan juga sangat mungkin pernah berada di dalam situasi yang sangat tidak nyaman. Sebagian besar penyelam ini juga akrab dengan penyelaman dengan jarak pandang sangat pendek, persis seperti apa yang terjadi di gua Tham Luang. Meskipun mereka tidak mendapat latihan penyelaman gua secara formal, mereka mampu tetap tenang dan menerapkan apa yang mereka pelajari di latihan mereka.”
Operasi multinasional bersejarah ini melibatkan lebih dari 10.000 relawan. Selain para penyelam, anggota militer membantu dalam komunikasi, tim penyelamatan dari Cina yang dioperasikan dari jauh turut memberikan bantuan, teknisi Thailand memompa air keluar dari gua-gua, yang lainnya mengebor ke dalam gua, dan pendaki gunung serta gua menjelajahi alternatif lain untuk masuk ke dalam gua.
Terlepas dari semua yang terlibat secara langsung dalam misi ini, ratusan penduduk setempat ditugaskan untuk mengurus para relawan. Douglas Yeo mengingat, “Satu hal yang saya pelajari dari misi ini adalah bahwa orang Thailand sangat pemurah. Ketika berjalan di tempat berkemah, penduduk setempat menawarkan untuk mencuci pakaian saya, memotong rambut saya, dan bahkan memijat saya! Semangat gotong-royong di antara orang Thailand sangat kuat, dan saya bersyukur saya pernah menjadi bagian dari komunitas ini.”
Ini adalah momen membanggakan untuk industri selam, dan sebuah bukti betapa menyelam bukan hanya olahraga orang kaya. Pada kasus ini, dan kasus-kasus sebelumnya, menyelam telah memainkan peran penting dalam menyelamatkan jiwa dan menyokong komunitas. Kita semua patut berbangga menjadi penyelam, dan harus terus menggunakan keterampilan kita untuk membantu sesama.