Scuba Diver Australasia + Ocean Planet
ADA DI GOA SOLOMON
Berbicara tentang Kepulauan Solomon tak bisa dilepaskan dari keindahan pulau tropis dan bangkai kapal Perang Dunia II. Namun, pulau ini juga memiliki beberapa celah dan gua bawah air terbaik di Pasifik.
Selain bangkai kapal, Kep. Solomon juga menawarkan salah satu penyelaman terbaik di dunia.
Tak seperti tetangganya Fiji dan Vanuatu—yang memikat lebih banyak turis, rakyat Solomon terbilang baru mengenal industri pariwisata
Berada di sebelah timur Papua Nugini, Kepulauan Solomon terdiri atas enam pulau utama dan lebih dari 900 pulau kecil. Dengan luas hampir 30.000 kilometer persegi, ada banyak lautan dan terumbu karang untuk dijelajahi. Bangsa Solomon mulai dikenal dunia dengan cara yang kurang mengenakkan, yakni saat Perang Dunia II di pulau yang sekarang sangat terkenal, Guadalcanal. Dulunya tempat ini merupakan markas bagi kapal perang terbesar dalam sejarah, dengan perkiraan lebih dari 200 kapal, 690 pesawat, dan sangat banyak tongkang pendaratan yang hancur selama perang Pasifik.
Faktanya, area ini sekarang disebut “Suara Besi Bawah Laut” karenanya banyaknya potongan besi di dasar lautnya. Hanya sedikit tempat di dunia yang mengoleksi banyak bangkai Perang Dunia II, kecuali Truk Lagoon. Meskipun mayoritas bangkai kapal ini tenggelam terlalu dalam, ada juga yang berada dalam batasan menyelam rekreasional— bahkan ada juga yang menyembul ke permukaan laut. Kinugawa Maru misalnya, yang terdampar di pantai dengan beberapa struktur kapalnya terlihat dari permukaan. Anda dapat berjalan dari pantai dan melakukan penyelaman wreck kapal PD II.
Selain bangkai kapal, Kep. Solomon juga menawarkan salah satu penyelaman terbaik di dunia. Tak seperti tetangganya Fiji dan Vanuatu— yang memikat lebih banyak turis, rakyat Solomon terbilang baru mengenal industri pariwisata. Artinya, para penyelam bisa menikmati indahnya terumbu karang sendirian—tak perlu berebut dengan penyelam dari grup lain. Bahkan, saya tidak melihat grup lain selama 10 hari menjelajah tempat ini. Satu-satunya grup yang kami temui adalah penduduk setempat: orang-orang menjual buah di atas kano tradisional dan anak-anak yang
freediving sambil menyapa kami saat safety stop.
Suhu air di tempat ini sekitar 28 derajat Celsius, dan memiliki terumbu karang terbaik yang pernah saya lihat—karang kipas besar, spons, dan segala jenis karang keras. Ada juga gunung berapi bawah laut yang terkadang mengeluarkan gelembung hangat—pemandangan yang spektakuler.
Meskipun Kep. Solomon terkenal akan bangkai kapal perang dan air yang jernih, bintang utama pulau ini adalah celah-celah dan gua bawah air yang mengelilingi mereka. Ada banyak gua yang saya selami dengan mudah: berbentuk labirin,
gua kecil dan kolam tersembunyi, serta gua yang terbuka menuju permukaan sehingga ada sinar matahari masuk yang menghasilkan pertunjukan cahaya spektakuler—seperti yang terkenal di Meksiko.
Salah satu titik selam terpopuler adalah Cathedral yang ada di tepi pantai berbatu. Saat memasuki air, Anda langsung disapa taman koral yang indah. Saat menyelam menuju tepi dinding tempat masuk ke pulau, Anda langsung melihat celah untuk masuk ke Cathedral. Saat mata Anda terbiasa dengan minimnya cahaya, Anda akan melihat sistem gua yang magis dengan dihiasi koral dan karang kipas di sekitarnya. Celah ini akan membawa Anda dari satu gua ke gua lain dengan dipandu cahaya yang menerobos masuk. Mayoritas titik selam memiliki kedalaman 6-8 meter, jadi kita bisa leluasa menjelajahinya. Di akhir penyelaman, kami berenang kembali ke taman koral yang juga menarik untuk dinikmati. Cathedral adalah impian bagi fotografer bawah air; matikan strobe dan fotolah pertunjukan cahaya menakjubkan yang diberikan oleh alam.
Gua bawah laut lainnya yang tidak boleh dilewatkan adalah Leru Cut. Seperti namanya, tempat ini adalah semacam lembah bawah air panjang yang “dipotong”—seperti Tuhan memotongnya dengan pisau dan menciptakan potongan tipis yang diisi dengan pasir putih. Sama seperti Cathedral, jalan masuk Leru Cut ada di tepi pulau. Seluruh lembah terekspos dengan hutan di atasnya sehingga ada banyak cahaya yang masuk. Berenang melintasi lembah ini seperti melayang melewati ngarai—airnya sangat jernih sehingga tak terasa seperti di dalam air. Di ujung lembah, ada gua kecil tempat beristirahat belasan hiu sirip putih. Dari situ, kami naik ke atas, di mana ada kanopi hutan yang melayang tepat di atas permukaan air.
Trik untuk mendapatkan penyelaman terbaik di sini adalah pemilihan waktunya. Karena lembah ini kecil, hanya pada pukul 11.00-13.00 sinar matahari bisa menembus kanopi hutan dan masuk ke dalam lembah hingga dasar laut. Apabila Anda berhasil melihatnya, ini mungkin pemandangan bawah air paling surealis dan terindah yang dapat dibayangkan. Dari sudut pandang fotografer, saya menyarankan memasukkan penyelam lain ke dalam foto sebagai perbandingan skala, karena tanpanya, hampir tidak mungkin untuk menjelaskan betapa megahnya tempat ini. Siapa sangka, menatap batu bisa menjadi sangat magis!
Selama berada di Solomon, saya semakin jatuh cinta dengan permata tersembunyi ini.
Tidak hanya karena beragam jenis penyelaman yang ditawarkan, tapi juga karena kehangatan penduduk lokal—sesuatu yang umum di
Pasifik. Meskipun sangat tragis karena tempat alami ini diinvasi dunia modern untuk perang, hasrat penduduk Solomon tetap besar, baik di daratan maupun di lautan. Benar-benar permata tersembunyi di Pasifik Selatan.