CROWN (Indonesia)

REFINED MASTERY

Karya demi karya, Code 11.59 by Audemars Piguet kian memperkuat fondasinya dalam portofolio jangka panjang sang manufaktur

- Erika Tania

Tak sedikit penggemar jam tangan yang senantiasa beranggapa­n bahwa Audemars Piguet adalah Royal Oak dan Royal Oak adalah Audemars Piguet. nd Pernyataan tersebut tidak terlalu mengherank­an, sebagaiman­a Royal Oak memanglah sebuah karya ikonis yang berperan signifikan dalam mempertaha­nkan martabat industri horologi Swiss di masa krisis kuarsa pada dekade 1970-an. Saking ikonisnya, jam tangan yang didesain oleh Gerald Genta tersebut menjadi pakem bagi konstruksi jam tangan olahraga bermateria­lkan baja hingga hari ini.

Namun, kesuksesan Royal Oak lebih dari sekadar desain legendaris dengan daya tarik universal. Sebagai manufaktur horologi yang telah berdiri sejak tahun 1875, Audemars Piguet mengemban kemahiran watchmakin­g yang diakui kualitasny­a oleh para penggemar horologi. Bukan rahasia bahwa sebagian dari mereka rela merogoh kocek cukup dalam untuk memiliki sebuah iterasi lawas, atau bahkan menantikan ketersedia­an stok dari model terbaru hingga bertahun-tahun.

Para pemilik—dan pengamat—jam tangan Audemars Piguet tentunya sudah familier dengan keindahan menyeluruh yang diusung oleh setiap karyanya. Perhatian luar biasa terhadap detaill didemonstr­asikan dengan begitu piawai lewat finishing buatan tangan pada komponen movement maupun permukaan case. Sang manufaktur juga memiliki reputasi mengesanka­n dalam mengkreasi­kan komplikasi rumit, seperti perpetual calendar, chronograp­h, hingga jam tangan berdenting.

Mutu tinggi tersebut tidak eksklusif diterapkan pada Royal Oak saja, tetapi juga jajaran koleksi lain dalam portofolio sang brand, termasuk koleksi modern bertajuk Code 11.59 by Audemars Piguet yang diperkenal­kan pertama kali pada tahun 2019. Dalam kurun waktu empat tahun, Code 11.59 by Audemars Piguet membuktika­n fleksibili­tas desainnya lewat berbagai iterasi yang menyita perhatian. Mulai dari model selfwindin­g klasik dengan jendela tanggal, hingga sebuah model ambisius bernama Ultra-Complicati­on Universell­e yang membanggak­an 23 komplikasi sekaligus.

NEW DIMENSION

Ketika ragam warna, komplikasi, dan material telah dieksplora­si, kini memang saat yang tepat bagi Code 11.59 by Audemars Piguet untuk menawarkan dimensi baru. Mengingat kesuksesan Royal Oak berdiamete­r kecil yang menjadi incaran para kolektor lintas gender, sang manufaktur pun menyuguhka­n Code 11.59 by Audemars Piguet dalam diameter 38 mm mulai tahun ini. Di dunia horologi, setiap milimeter begitu berarti. Pada umumnya, perubahan dimensi case akan memengaruh­i seluruh proporsi komponen. Meski begitu, Code 11.59 by Audemars Piguet dengan terampil mempertaha­nkan kode desain sang koleksi: (1) arsitektur case serupa roti lapis dengan bagian tengah bersiluet oktagon; (2) bezel ekstra tipis; serta (3) kristal safir berkubah dan melengkung yang menyajikan keterbacaa­n maksimal. Estetika multifaset khas Audemars Piguet juga dengan setia diwujudkan lewat kombinasi finis poles dan satin.

Mari beralih ke beberapa evolusi desain pada model anyar ini. Selaras dengan Code 11.59 by Audemars Piguet dengan stainless steel case 41 mm yang dirilis awal tahun 2023, kedua model berdiamete­r 38 mm ini juga mengimplem­entasikan bentuk crown yang lebih dangkal. Penyesuaia­n bentuk crown ini menjadikan lekukannya terlihat kian jelas dan menambah keelokan geometris pada keseluruha­n penampilan sang jam.

Selain itu, kesamaan lain dengan model stainless steel adalah embossed dial yang dikembangk­an sang brand bersama ahli guilloché Swiss, Yann von Kaenel. Dalam proses pembuatann­ya, masingmasi­ng dial didekorasi oleh ratusan lubang kecil yang bergerak keluar dari pusatnya dalam pola menyerupai gelombang. Hasilnya? Dial dengan daya pikat unik yang memaksimal­kan efek gradasi pada warna yang diaplikasi­kan.

Untuk dua model pertama dari Code 11.59 by Audemars Piguet yang mengusung diameter 38 mm, sang manufaktur menyediaka­n dua pilihan warna—ungu dan gading—dengan intensitas yang begitu istimewa berkat proses PVD (Physical Vapour Deposition). Indeks dan jarum pada dial kini dibuat bersegi dengan finis poles, kemudian diinjeksik­an oleh lapisan berpendar untuk meningkatk­an keterbacaa­n dalam gelap. Senada dengan dial ialah temali kulit aligator yang dilengkapi oleh buckle bermateria­lkan emas merah muda 18 karat dengan ukiran “Audemars Piguet”.

Calibre 5900 ramping setipis 4 mm menenagai kedua model anyar Code 11.59 by Audemars Piguet berdiamete­r 38 mm. Selfwindin­g movement yang pertama kali diperkenal­kan melalui sebuah model Royal Oak 37 mm di tahun 2022 tersebut memiliki frekuensi tinggi 4Hz dan cadangan daya hingga 60 jam. Tentu saja, setiap komponen dalam Calibre 5900 didekorasi dengan sangat apik, termasuk sudut-sudut yang dipoles, satin brushing vertikal, finis Côtes de Genève, graining sirkular, dan chamfering. Semua dekorasi tersebut, serta oscillatin­g weight bermateria­lkan emas merah muda 22 karat, dapat Anda apresiasi melalui sapphire caseback transparan.

 ?? ?? Opsi warna gading pada iterasi terbaru Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwindin­g berdiamete­r 38 mm
Opsi warna gading pada iterasi terbaru Code 11.59 by Audemars Piguet Selfwindin­g berdiamete­r 38 mm

Newspapers in Indonesian

Newspapers from France