ENAMEL DIAL
Menyingkap pesona salah satu teknik dekorasi tertua dalam dunia horologi
Dari mata turun ke hati adalah peribahasa sempurna untuk mendeskripsikan perasaan yang ditimbulkan oleh sebuah dial jam tangan. Bukanlah kejutan jika pembuatan dial acapkali memakan waktu yang sama lamanya dengan konstruksi material pada jam atau movement berkomplikasi tinggi. Khususnya yang memiliki teknik dekorasi tertentu, seperti enamel. Ialah serpihan kaca berukuran mikro (terbuat dari silikon dioksida, timah merah, atau komposit lainnya) yang ditumbuk hingga menjadi bubuk dan dipadukan dengan pigmen oksida mineral atau tembaga untuk mencapai suatu warna tertentu. Selanjutnya bubuk tersebut diaplikasikan pada permukaan solid dan dibakar pada suhu 800°C sampai 1200°C hingga kedua material meleleh dan melebur dengan harmonis. Untuk mewujudkan tampilan dial umumnya enamel diaplikasikan secara berulang sesuai keinginan. Baik murni sebagai dekorasi ataupun lapisan pelindung.
Kemunculan enamel pada sebuah penunjuk waktu dapat ditelusuri hingga abad ke-17, menjadikannya salah satu teknik dekorasi tertua di
nd dunia horologi. Faedah penggunaannya di saat itu tak terbatas pada dial, namun juga sebagai dekorasi penutup jam saku yang juga sedang meraih momentum. Secara garis besar, enamel terbagi menjadi dua tipe yang mendefinisikan penampilan mereka setelah proses pembakaran, yaitu opaque dan translucent. Tipe opaque diketahui sebagai agen pembentuk warna solid yang bisa menutupi permukaan metal secara menyeluruh. Sementara, translucent memiliki karakter fleksibel yang masih mampu menyingkap penampilan asli metal.
Karena proses pembuatan yang dikenal kompleks—khususnya dalam hal aplikasi dan pembakaran—perlahan implementasi enamel pada dial di era tersebut menyusut. Belum lagi menilik faktor-faktor eksternal lainnya, seperti kegagalan yang menyebabkan 75% dari kepingan dial harus dibuang begitu saja. Seiring kemunculan material lainnya—seperti logam dengan karakter transformatif perihal warna yang dinilai lebih efisien dan ekonomis—popularitas enamel dalam ranah pembuatan jam tangan pun mulai tergeser. Alhasil, memiliki jam dengan dial enamel menjadi sebuah privilese tersendiri.
Para artisan enamel terdahulu pun begitu diistimewakan dalam dunia pembuatan jam tangan berkat keterampilan yang begitu niche. Termasuk di antaranya adalah Jean-Abraham Lissignol, Jean Louis Richter, dan Charles-Louis-François Glardon. Seluruhnya merupakan alumni Geneva School of Enameling, sebuah institusi yang berkontribusi besar terhadap perkembangan enamel hingga saat ini. Seiring berjalannya waktu, enamel kian berevolusi menjadi teknik-teknik yang kita kenal sekarang. Termasuk di antaranya adalah Grand Feu, Champleve, Cloisonné, Fumé, dan Grisaille. Berikut manifestasi enamel pada dial jam yang digarap oleh tiga artisan enamel paling tersohor sepanjang masa.
THE UNSUNG HERO Mitsuru Yokosawa
Mitsuru Yokosawa adalah testamen dari kultur craftsmanship Jepang yang begitu sinonim dengan keterampilan tangan. Mitsuru sendiri sudah bergulat dengan teknik dekorasi enamel sejak ia bergabung dengan Fuji Porcelain Enamel Co., Ltd di tahun 1971. Hingga 40 tahun setelahnya, ia terus-menerus mengasah keterampilan yang membuatnya begitu dikenal berkat pendekatan sarat atensi dalam aplikasi enamel. Hal tersebut dilakukannya dengan menerapkan data kuantitatif dan berkonsentrasi pada ketajaman visual yang mengizinkannya untuk bekerja dengan permukaan hingga ketebalan sepersekian milimeter.
Kini talenta Mitsuru diterjemahkan lewat segenap rilisan kelas atas Seiko yang menuntutnya untuk bekerja di atas permukaan dial berdiameter 7 cm—lebih kecil 3 cm dibandingkan dial berhiaskan enamel pada umumnya yang berdiameter 10 cm2. Meski masih aktif bekerja, kini Mitsuru berfokus untuk meneruskan wawasan mumpuninya terkait data kuantitatif dalam pengerjaan enamel terhadap para staf Seiko. Berkat arahannya dan kerja sama yang baik, Mitsuru dan tim dapat memproduksi sekitar 200 hingga 250 keping enamel dial setiap bulannya (dilansir dari data tahun 2014). Salah satu manifestasinya adalah pada edisi terbatas Seiko Presage Ref. SPB069J1 dengan enamel dial biru pekat yang merepresentasikan gelapnya malam dan jarum detik beraksen bulan sabit. Perlu disoroti bahwa karakter viskositas pada enamel biru meningkatkan tingkat kesulitannya, sehingga mengukuhkan keahlian Mitsuru sebagai artisan kawakan.
THE NATIONAL TREASURE Suzanne Rohr
Mustahil membicarakan enamel tanpa melibatkan Suzanne Rohr. Ialah salah satu artisan enamel paling tersohor sepanjang masa. Pasca mengenyam pendidikan di School of Decorative Arts, Jenewa dalam disiplin enamel miniatur dan cloisonné, ia juga pernah dididik oleh seorang Maestro Enamel, Carlo Poluzzi. Berkat keahliannya mengkreasikan enamel bergaya Impresionis milik para Old Masters (julukan bagi seniman Eropa dari era Renaisans hingga tahun 1800), nama Suzanne terdengar oleh pendiri Patek Philippe, Henri Stern. Pada tahun 1967, ia mulai bekerja sama dengan salah satu Trinitas Suci Horologi tersebut untuk memproduksi karya berbasis komisi dan terus dipercaya hingga 35 tahun kemudian.
Aktif berkarya hingga usia 80 tahun mengantarkannya pada sejumlah pengakuan di dunia horologi. Salah satunya adalah penghargaan Grand Prix d’Horlogerie de Genève 2017 dalam kategori Special Jury Prize yang dianugerahi secara kolaboratif dengan anak didiknya, Anita Porchet. Kini segenap karya Suzanne bernaung di dalam Patek Philippe Museum di Jenewa dan dapat ditemui pada sejumlah balai lelang prestisius (tentu saja dengan harga melambung). Favorit kami adalah jam saku Ref. 866/87 dengan tutup berkonstruksi dasar emas kuning 18 karat yang dihiasi miniatur dari lukisan Chevaux s’amusant dans l’eau (karya Walter Robbin Jennings), serta dilapisi enamel polikrom oleh Suzanne.
THE MODERN MASTER Anita Porchet
Kami rasa tak berlebihan untuk melabeli Anita Porchet sebagai ikon enamel dunia horologi modern. Perjumpaan pertama Anita dengan enamel adalah saat sang kakek memperkenalkan teknik dekorasi tersebut kepadanya. Dibalut rasa penasaran, Anita usia 12 tahun lalu mempelajari teknik dan warna milik jam tangan dari abad ke-18 di rumahnya, hingga ia dapat mereproduksinya sendiri. Setelah berlatih secara otodidak, akhirnya Anita bergabung dengan Ecole d’Arts de Lausanne pada tahun 1984 dan memperoleh sertifikat resmi pelatihan enamel.
Tak disangka, ‘pekerjaan rumah’ yang digarapnya menarik perhatian presiden Patek Philippe saat itu. Dukungan penuh dari Philippe Stern pun membawa Anita pada dunia métiers d’art dalam pembuatan jam tangan. Kini portofolionya dipenuhi karya menakjubkan untuk sejumlah rumah horologi tersohor, seperti Vacheron Constantin, Hermès, Chanel, Jaquet-Droz, dan Piaget. Pendidikan dan pengalaman ekstensif Anita juga mempersenjatainya dengan ragam spesialisasi enamel. Termasuk di antaranya adalah miniatur, cloisonne, champleve, dan paillonné yang terhitung langka. Demonstrasi keahlian Anita dalam hal enamel dapat Anda temukan pada jam Piaget Festive Sharing, di mana ia mengasimilasi teknik champlevé dan paillonné sekaligus pada dial dan mengkreasikan paillon yang menyerupai potongan limau untuk memberi dimensi pada setiap miniaturnya.
WHO Baume & Mercier
WHAT Peluncuran edisi terbatas Riviera dari Baume et Mercier dalam perayaan hari jadi sang koleksi yang ke-50 tahun. Acara ini diramaikan oleh Mawar Eva de Jongh dan Bryan Domani, serta tim pemasaran Baume et Mercier dari Hong Kong dan Singapura. Selain sesi touch-and-feel yang mengizinkan para tamu untuk melihat langsung jajaran jam tangan Baume et Mercier, acara ini juga dilengkapi oleh sesi pembuatan tatakan gelas bertemakan pesisir pantai. nd
WHEN 11 Oktober 2023
WHERE Butik INTime di Senayan City, Jakarta
WHO Breitling
WHAT Perkenalan terhadap koleksi Avenger teranyar dari Breitling yang dikemas dalam format presentasi eksklusif dan sesi touchand-feel yang memberikan kesempatan kepada para rekan media untuk mencoba dan mengamati lebih dekat sejumlah jam tangan anyar, selagi menikmati santapan ringan dan minuman segar yang disuguhkan. Acara ini turut dihadiri oleh tim pemasaran Breitling untuk region Asia Tenggara.
WHEN 3 November 2023
WHEREnBdutik Breitling, Plaza Senayan
WHO Breguet
WHAT Perkenalan terhadap koleksi Type XX teranyar dari Breguet kepada rekan media dan pelanggan setia sang brand oleh Vice President of Swatch Group for Breguet, Fabien Levrion. Acara ini meliputi presentasi histori dan evolusi produk sang brand dari tahun ke tahun pada sebuah jamuan makan di Restoran Osca, The Plaza, yang kemudian ditutup dengan sesi interaktif di mana para tamu undangan dapat melihat dan mencoba jam secara langsung. WHEN 21 September 2023 WHERE Butik The Time Place di Plaza Indonesia, Jakarta
WHO Adelle Jewellery
WHAT Pembukaan pop up space interaktif dalam rangka selebrasi hari jadi ke-10 dari Adelle Jewellery. Para tamu undangan diajak untuk berkeliling ruangan bertemakan hotel menuju ke area Diamond Vault di mana segenap perhiasan dipamerkan, termasuk tiga koleksi anyar bertajuk L.A. State of Mind, Significant, dan Fairy. Kesempatan ini turut digunakan untuk mengumumkan kolaborasi terbaru antara Adelle Jewellery dan Foresee Gemological Institute dalam hal pemberian sertifikasi berlian dan permata mulia lainnya. WHEN 10 November 2023
WHERE Ganara Art Space di Plaza Indonesia, Jakarta
WHO Bulgari
WHAT Hari jadi ke-75 Serpenti dirayakan dengan pembukaan Pop-Up Store pertama Bulgari yang akan diselenggarakan hingga Januari 2024. Acara peresmiannya dimeriahkan oleh kehadiran segenap selebritas, rekan media, dan Regional Managing Director Asia Pacific Jeffrey Hang. Para pengunjung Pop-Up Store ini dimanjakan oleh snejudmlah hiburan, seperti kafe beranimasi dengan tema open-kitchen dengan sajian makanan dari Venchi dan Bakerman, mesin doorprize Lucky Balls, dan Selfie Mirror.
WHEN 20 Oktober 2023 WHERE Senayan City, Jakarta