A
—Indira@email.com Ada satu buku bagus untuk situasi Anda, The Law of the Garbage Truck karya David J. Polla. Setiap orang punya “sampah” di dalam dirinya, yang sadar atau tidak sadar suka dibuang “sembarangan”. Orang lain juga bisa sadar atau tidak sadar, mengambil “sampah” tersebut. Pilihan ada di kita, apakah akan mengambil atau tidak. Di buku tersebut ada dua tingkatan, yaitu “let it go” dan “pass it by”. Let it go terjadi bila situasi yang ada membuat kita masih memproses situasi tersebut, dan berusaha tidak mempermasalahkannya. Namun kalau pass it by, kita bahkan tidak terpengaruh sedikit pun dengan situasi itu. Pass it by terjadi bila kita memahami batas kontrol diri kita dan orang lain. Kita tidak bisa mengatur si pesimis tetapi kita bisa mengatur reaksi kita. Namun bila cara kerja si pesimis mulai memengaruhi hasil kerja, Anda bisa mendiskusikannya. Fokus pada konteks pekerjaannya, bukan pada sikap pesimisnya. Bila sikap pesimisnya tidak ada kaitannya dengan pekerjaan, pass it by.
Dipaksa punya anak
QBaru-baru ini saya bertengkar dengan orangtua karena mereka memaksa saya segera punya anak. Namun, hingga kini saya masih belum menginginkannya. Bagaimana menjelaskan kepada orangtua
ASituasi ini memang tidak bisa sekadar dihadapi dengan benar salah karena kalau seperti itu, rahim Anda adalah rahim Anda, dan kontrol sepenuhnya ada pada diri Anda. Cara yang paling ideal adalah menyampaikan alasan di balik penundaan itu. Namun bila itu sudah dilakukan, lebih menjawab dengan tingkat konfrontasi seminimal mungkin. Setiap ditanya “kapan”, bilang saja “iya belum ini”, tanpa perlu menjelaskan panjang lebar lagi bahwa memang dengan sengaja ditunda. Kadang-kadang cara ini adalah cara yang paling aman menghadapi situasi yang serba salah seperti ini.