Living Your Real Life
Sejak kecil, saya tumbuh dalam pola didik kedisiplinan ibu yang tidak membiarkan satu menit waktupun terbuang dengan sia-sia. Selain menghabiskan waktu belajar di sekolah, saya juga memiliki segudang kegiatan ekstrakurikuler maupun kursus. Dari yang berbau pendidikan seperti aritmatika, keterampilan seperti kursus komputer, olahraga softball, hingga kesenian seperti piano dan vokal klasik bahkan saya menguasai lima jenis tari sekaligus.
Saya ingat, dulu beberapa orangtua teman di sekolah tidak setuju dengan pola ibu dalam mendidik saya, mereka bilang, “Kasihan ya Karina, masih kecil sudah diforsir dengan berbagai aktivitas.” Jadwal yang super padat ini berlanjut hingga SMA. Well, terus terang pada fase inilah saya marah. Sebagai remaja, saya bisa dibilang tidak menikmati waktu sebaik teman-teman saya yang lain: Pulang sekolah lalu nongkrong ke mall dan shopping bersama.
Namun saat ini, saya merasa sangat bersyukur dididik sebagai wanita yang lebih menghargai waktu. Ketika berhadapan dengan macet di jalan, tidak tanggung-tanggung, saya memilih untuk menghapus aplikasi media sosial seperti Path, Instagram, dan Facebook supaya tidak terbiasa untuk menghabiskan waktu dengan scrolling timeline media sosial. Aplikasi ini akan saya re-download saat malam hari setibanya di rumah karena jadwal untuk bermain media sosial memang saya atur hanya pada jam tertentu saja.
Mungkin banyak yang bertanya, bagaimana saya memanfaatkan waktu? Saya lebih suka mendengarkan audiobook atau streaming guided meditation. Saya memilih membaca buku self enrichment di sela-sela macet atau menunggu klien sebelum meeting. Sebelum tidur saya lebih sering menaruh ponsel di luar kamar agar bisa fokus mencari inspirasi, menyalakan aroma therapy, menulis hal-hal yang patut disyukuri hari itu atau sekadar menjalankan ritual kecantikan tanpa diganggu oleh rutinitas melihat kehidupan orang lain di media sosial. Terus terang saya memiliki concern terhadap generasi muda “hari ini”.
ke pengalaman di bangku SMA, sebagai wanita muda yang haus akan kesenangan berbau gaya hidup, majalah adalah salah satu pilihan saya dalam mencari sumber inspirasi. Namun pastinya, tim redaksi majalah tersebut juga begitu selektif dalam membuat sebuah berita yang berkualitas. Alhasil apa yang kita serap sebagai pembaca adalah informasi yang terbaik, membangun, mendidik dan tentunya menginspirasi. Berbeda dengan generasi muda hari ini. Bagi mereka, inspirasi semudah menggerakkan ibu jari di Instagram, follow sejumlah selebgram yang bermodal wajah cantik dan memilik ratusan ribu followers, atau kaum sosialita yang aktif sharing foto yang bisa menyebabkan banyak wanita muda menjadi labil dan mengimpikan hidup