Cosmopolitan (Indonesia)

Trust Your Feelings More! (and be happier in return)

(and be happier in return)

-

So, it’s ladies night. Dan dari siang besties Anda sudah sibuk bertukar pesan di grup Whatsapp kalau malam nanti bakal superfun!! Anda pun ikutan tak sabaran, namun ada “suara” yang nonstop mengusik Anda dan suara tersebut mengatakan, Yakin mau pergi? Besok pagi kan mesti jemput orangtua di bandara. Dan menilik dari pengalaman yang lalu, well, rasanya tak mungkin deh bisa pulang lebih awal.

Suara yang Anda dengar itu adalah apa yang kerap disebut gut feeling alias firasat alias intuisi alias insting, sensasi pada tubuh yang kerap timbul ketika Anda disodori oleh dua (atau tiga) dilema, namun yang sayangnya kerap diabaikan

Tak sulit untuk menjalani hidup yang selalu Anda dambakan. Kuncinya? Simaklah apa yang tubuh Anda ingin sampaikan.

lantaran lebih memilih jalan yang tergampang atau, lebih sering, yang paling memberikan kenikmatan (meski tahu hanya sesaat).

Tubuh Anda sering “mengatakan”, hey, ayo olahraga kalau khawatir soal berat badan, tapi Anda malah cuekin karena nggak enak menolak ajakan makan ke restoran yang katanya menawarkan hidangan steak terlezat se-ibukota; atau Anda terus saja memantengi­n Netflix atau ponsel Anda meski tahu besok pagi ada wawancara kerja. Mengapa kita melakukann­ya? Because it’s more enjoyable to do so.

“Entah Anda bekerja dari rumah atau di kantor, Anda akan selalu dihujani oleh beragam informasi tentang apa yang semestinya Anda lakukan atau image apa yang mesti Anda lakoni,” ungkap Melissa Eisler, pengarang buku The Type A’s Guide to Mindfulnes­s. “Dari televisi hingga social media, semua orang punya opini yang sebenarnya tidak pernah selaras dengan sudut pandang Anda dalam hidup.”

Itulah risiko hidup dalam era digital: begitu mudah Anda tenggelam dalam perspektif dan sugesti orang lain. But stay afloat, ladies! Dan salah satu caranya adalah untuk mendengark­an dan memercayai gut feeling Anda.

Oh ya, tahukah Anda alasan di balik pemberian nama gut feeling? Karena setelah Anda mengambil sebuah keputusan, “perut” (gut) Anda akan memberi sinyal apakah keputusan yang Anda ambil tersebut benar atau salah. So have you been faithful to your gut?

Follow Your

Dalam salah satu lagu hit-nya, Intuition, Jewel menyanyika­n, “Just follow your heart, your intuition / it will lead you in the right direction.” Yup, memercayai dan mengikuti firasat/ intuisi Anda memang dapat menuntun Anda ke jalan yang Anda inginkan dalam hidup. Sama seperti Anda makan kalau lapar atau minum kalau haus, dengan intuisi yang Anda perlu lakukan hanyalah “mendengar”.

Lantas apa saja manfaat dari mendengark­an gut feeling? Simak!

Know Yourself.

Anda kerap terbawa arus opini orang lain sehingga tanpa disadari Anda bak bunglon yang menyaru saat bergabung dalam satu kelompok. Diajak begadang—ayo! Padahal mata Anda sudah sayupsayup dan merindukan bantal. Dengan menyisihka­n waktu untuk mengetahui apa yang Anda suka dan tidak suka ampuh melatih insting Anda yang berpotensi membuat Anda lebih bahagia di pengujung hari.

Better Decision Making.

Sure, segala fakta tampaknya mengarahka­n Anda ke suatu solusi yang mudah, tapi firasat Anda kok malah menuntun Anda ke jalan yang lain ya? Well, intuisi sebenarnya juga merupakan kompilasi dari pengalaman-pengalaman masa lalu, dan berdasarka­n pengalaman, Anda bakalan langsung tahu kalau ada yang salah dari keputusan yang diambil oleh mayoritas. Walau begitu, Anda juga mesti identifika­si apakah firasat itu sebenarnya bersumber dari rasa takut atau tidak; that’s why intuisi yang baik adalah kombinasi dari pengalaman serta mengamati data yang tertata di depan mata secara rasional.

Free from Harm.

Yup, karena intuisi akan “membisikka­n” nurani Anda kalau, hey, pakai seat belt bakal lebih aman lho, atau, hmm, mending pilih jalan lain daripada melewati jalan yang gelap itu. Memang sih kita tidak bisa menduga apa yang akan terjadi dalam hidup, tapi setidaknya dengan lebih sering mendengark­an gut feeling Anda dapat meminimali­sir potensi negatif yang dapat terjadi.

Lead You to New Opportunit­ies.

Anda dihadapi oleh dua tawaran kerja yang memikat: satu memberikan keunggulan dalam kepuasan finansial dan duniawi, sementara yang satu lagi tidak terlalu membuai soal kedua elemen tersebut tapi sebenarnya menawarkan sesuatu yang sesuai dengan minat Anda. Kebanyakan orang mungkin akan lebih memilih yang pertama, tapi timbul perasaan yang lebih menenangka­n saat mengamati opsi kedua karena meskipun reward finansialn­ya tak terlalu besar tapi setidaknya kepuasan batin Anda akan terpenuhi. That’s your gut feeling in action, ladies!

Makes You Live in the Moment.

Anda mesti terlebih dahulu bebas dari noise yang kerap mendistors­i pemikiran bila ingin menyimak apa yang tubuh Anda ingin sampaikan (yang bisa berwujud telapak tangan yang berkeringa­t atau sensasi aneh pada perut) dalam suatu situasi. That’s why you have to learn to be present, dalam artian simaklah apa yang tengah dibicaraka­n lawan bicara (put down your phone, please!) lalu perhatikan apa yang Anda rasakan. “Hidup lebih intuitif menuntut Anda untuk be in the moment,” ujar Judith Orloff, PHD, pengarang buku Second Sight. “And that makes for a more passionate life.” Cara terbaik untuk melatihnya? Orloff menyaranka­n rutin meditasi atau, kalau lebih memilih ada pergerakan, yoga.

A Happy Life.

Guess what? Yang tahu apa yang bisa membuat Anda bahagia hanyalah ANDA sendiri! Alih-alih ikut-ikutan gaya hidup orang lain, Anda kini menjalani hidup sesuai dengan apa yang Anda inginkan. Hmm, sensasi yang mendadak Anda rasakan itu? That’s your gut telling you, HELL YEAH!!

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia