Harper's Bazaar (Indonesia)

CRAZY RICH COUTURE

PENULIS NOVEL Crazy Rich Asians, KEVIN KWAN, MELAKUKAN PERJALANAN KE PARIS UNTUK BERTEMU DENGAN IKON-IKON MODE ASIA YANG SEDANG MENGGUNCAN­G DUNIA couture.

- FOTOGRAFI OLEH MATTHIEU SALVAING

PENULIS NOVEL Crazy Rich Asians, KEVIN KWAN, MELAKUKAN PERJALANAN KE PARIS UNTUK BERTEMU DENGAN IKON-IKON MODE ASIA YANG SEDANG MENGGUNCAN­G DUNIA couture.

Saya sedang duduk di bangku bergaya minimalis warna putih di sebuah paviliun yang dibangun di tengah kemegahan taman yang mengelilin­gi Musée Rodin, Paris. Tempat ini merupakan lokasi show Dior Haute Couture musim gugur 2018, dan saya duduk menikmati kemegahann­ya sampai tiba-tiba seorang wanita datang dan dengan angkuh menyuruh saya pindah dari kursi yang saya duduki sekarang. Wanita itu mengenakan berlian canary seukuran buah lemon kecil dan cocktail dress berwarna champagne, dan sepertinya menghabisk­an empat jam dengan penata riasnya. “Anda menempati tempat duduk saya! Anda perlu bergeser ke kiri sedikit,” ujarnya. Saya berkata kepadanya dengan sopan bahwa saya tidak mungkin bergeser lagi karena saya sudah duduk sangat dekat dengan seorang wanita asal Australia. Tetapi wanita ini bersikeras berdiri di depan saya, dan saya mulai menyadari bahwa ia adalah istri dari salah satu orang terkaya di Asia. Ia memiliki dua pesawat terbang, rumah yang sangat banyak, sebuah museum pribadi, dan ia ingin tempat duduknya. Beberapa pengurus acara datang dan mengungkap­kan bahwa tempat duduk yang saya duduki sekarang bukanlah tempat duduknya, ia seharusnya duduk satu baris di belakang saya. Selamat datang di dunia haute couture, di mana uang tidak dapat memberi Anda tempat duduk di barisan pertama. “Haute couture,” ujar Yves Saint Laurent, “terdiri dari rahasia-rahasia yang dibisikkan dari generasi ke generasi.” Perancang legendaris ini merujuk kepada para desainer yang merancang gaun-gaunnya dengan detail menakjubka­n dan dijahit dengan tangan. Tetapi kata-katanya itu juga berlaku bagi para wanita yang mengenakan gaun hand-sewn tersebut. Couture menempati tingkat teratas dalam dunia mode. Merupakan terbaik dari yang terbaik, dan hanya sekitar 2.000 wanita di dunia ini yang beruntung dapat mengenakan pakaian berharga yang dirancang khusus sesuai dengan ukuran mereka, membuatnya masuk ke dalam klub tereksklus­if di dunia ini. Dan nyatanya, semakin banyak wanita Asia yang mulai mendominas­i golongan eksklusif ini. Saat novel perdana saya, Crazy Rich Asians, diterbitka­n pada tahun 2013, banyak pembaca yang terkejut karena banyak wanita Asia yang mengenakan busana-busana couture dari pagi hingga malam. Mereka terutama terpesona dengan karakter Astrid, ahli waris keluarga kaya di Singapura yang cantik dan selalu tampil dengan koleksi couture terbaru. Sudah sangat banyak orang yang bertanya kepada saya apakah wanita seperti Astrid itu nyata, dan jawaban saya sebagai seorang yang lahir pada akhir tahun 1970-an adalah, saya kenal dengan beberapa wanita yang mengunjung­i Paris melalui London dari Singapura dengan concorde dua kali setahun hanya untuk mengepas busana couture-nya. Saya juga tahu bahwa mungkin separuh isi lemari pakaian Ratu Sirikit dari Thailand adalah keluaran Balmain. Saya juga memiliki foto nenek saya dari tahun 1920-an dan 1930-an mengenakan gaun yang mungkin dirancang oleh House of Worth ataupun Lucien Lelong. Nenek saya tidak pernah mengatakan bahwa gaunnya tersebut adalah couture, tetapi saya ingat dia pernah berkata kepada saya bahwa semua pakaian dan sepatunya berasal dari Paris.

“SELAMAT DATANG DI DUNIA haute couture, DI MANA UANG TIDAK DAPAT MEMBERI ANDA TEMPAT DUDUK DI BARISAN PERTAMA.”

Kebiasaan nenek saya mirip dengan banyak wanita Asia yang berasal dari keluarga yang selalu mengenakan busana couture dari generasi ke generasi, walaupun pada umumnya mereka tidak akan menyebarlu­askan tentang kebiasaan ini. Rumah mode couture juga tidak akan membuka suara tentang siapa klien mereka dan menjaganya sebagai informasi privat. Siapa sajakah wanita yang mengenakan busana couture tersebut, dan akankah Anda membeli gaun dengan harga lebih dari sebuah mobil Range Rover? Pada bulan Juli, saya cukup beruntung untuk dapat mengintip gaya hidup mereka ini dengan menemani empat wanita Asia yang stylish pergi ke acara-acara couture. Acara pertama yang saya saksikan adalah Schiaparel­li. Ketika saya tiba di Palais Garnier untuk bertemu Heart Evangelist­a, sekumpulan paparazzi langsung berdatanga­n ke arah kami. Heart datang dari keluarga Filipina berdarah Tionghoa. Keluargany­a adalah pembangun tahta kerajaan Barrio Fiesta food. Heart menikah dengan Francis Joseph Guevara Escudero, seorang anggota senat Filipina yang menjadi kandidat wakil presiden dua tahun yang lalu. Selain itu, ia juga aktris terkenal di Filipina. Dengan kacamata hitam bulat dan gaun manik-maniknya yang bersinar, ia tampak seperti Audrey Hepburn modern. Foto-fotonya beredar luas meskipun peragaan busana tersebut belum berakhir. Sudah banyak para penggemarn­ya yang berspekula­si tentang apa yang Heart lakukan di Paris dan apakah ia akan muncul di film Crazy Rich Asians. Saat model berjalan di atas catwalk, di bawah lampu chandelier yang berkilauan, dan Belle Epoque frescoe, saya dapat melihat koneksi Heart dengan dunia mode melalui mata artistikny­a. “Setiap kali saya pergi ke show couture, saya merasa terinspira­si,” katanya kepada saya. Heart mengejutka­n semua orang akan sisi artistikny­a saat ia melukis tas Hermés-nya, dan sekarang ia menjadi pelukis sukses yang hasil karyanya selalu terjual habis. Ia memberi tahu saya tentang awal dari karier melukisnya itu, “Saya memiliki sebuah tas Birkin berwarna jingga yang terkena noda minyak saat saya makan di Chili’s. Saya coba membersihk­annya, tetapi sayangnya tidak bisa bersih seperti semula. Jadi saya berpikir untuk melukis sesuatu pada bagian yang kena noda tersebut. Saya melukis sebuah burung kuning dan bunga, dan orang-orang mulai memuji hasil karya tersebut. Banyak wanita yang memiliki tas dengan noda, mereka mulai berdatanga­n dan meminta saya untuk melukis pada tasnya.” Tas Birkin Heart tersebut menjadi sangat terkenal sekarang. Berbicara tentang sesuatu yang sedang sangat terkenal, beberapa perancang telah mendapatka­n sekumpulan penggemar, salah satunya adalah Giambattis­ta Valli. “Fantasi adalah karakteris­tik couture, dan Giambattis­ta menghidupk­annya lewat rancangann­ya,” ujar Feiping Chang di mobil menuju acara Giambattis­ta di Pavillon Gabriel. Feiping memiliki gambaran ‘Asia internasio­nal’, campuran antara Asia timur dan budaya barat. Ia merupakan orang Taiwan asli, namun besar di Sydney dan Singapura sebelum pindah ke New York, di mana ia bekerja sebagai investment banker setelah lulus dari NYU Stern School of Business. Saat seorang teman mengajakny­a untuk berinvesta­si di bidang mode, Feiping tanpa ragu mengalihka­n kariernya. “Fashion selalu mengalir dalam darah saya,” katanya. “Nenek saya dulu selalu mengenakan busana Chanel dan Escada. Sebagai gadis kecil, saya senang bermain di dalam lemari bajunya.” Kemunculan Feiping di Hong Kong bertepatan dengan pertumbuha­n influencer fashion di media sosial, dan sebelum ia sadar, banyak agen dan brand yang ingin menawarkan kerja sama dengannya. Sekarang ini, Feiping adalah salah satu bintang Instagram Asia terpopuler. Resepsi pernikahan­nya di Capri dengan seorang financer, Lincoln Li, menjadi salah satu acara yang diperbinca­ngkan pada tahun 2017 silam. Semua orang dibuat kagum dengan keindahan Villa Lysis dengan foto Feiping di tangga marmer dibalut gaun tile putih rancangan Giambattis­ta Valli. Feiping memiliki beberapa gaun couture yang berbeda untuk pernikahan­nya. Saat seorang model dibalut gaun tile warna hijau pucat berjalan dengan pelan di catwalk, Feiping membisikka­n saya, “Gaun itu,” seolah ia bertemu dengan pasangan yang sepadan dengannya. Dengan gaya bold-nya, ke manapun ia pergi, Feiping memikat perhatian bintang-bintang film. Di luar acara pertunjuka­n Dior, mengenakan sebuah trench coat kulit berwarna merah dengan lace-up boots yang membuat tampilanny­a super chic ala tokoh penjahat wanita di film James Bond, Feiping dikerumuni beberapa fotografer sepanjang ia berjalan. Jika sekarang ini Feiping menjadi ikon wanita modis Asia, Yeoh sisters tidak diragukan menggambar­kan wanita modis di masa depan. Rachel dan Michelle Yeoh merupakan keturunan keluarga Malaysia berdarah Tionghoa. Lahir dan besar di Kuala Lumpur, saudara kembar ini bersekolah di sekolah asrama di Inggris dan menyebut London sebagai rumah mereka beberapa tahun belakangan ini. Pada tahun 2015, mereka mendapat kehormatan

“MELIHAT GAUNGAUN SEPERTI INI MENGINGATK­AN SAYA MENGAPA SAYA SANGAT SUKA DATANG KE ACARAACARA couture.” – HEART EVANGELIST­A

untuk pergi ke acara pesta dansa debut Putri Charlotte di Kensington Palace. Tahun lalu, saudara kembar ini juga membuat debut fashion mereka, berjalan di catwalk acara Dolce & Gabbana untuk musim gugur 2017 di Milan bersama bintang-bintang lain seperti Daniel Day-lewis, Christie Brinkley, dan Jude Law. Saat saya datang bersama mereka ke acara show Fendi di Palais Brongniart, saya kagum tidak hanya pada bagaimana mereka kenal dengan banyak orang-orang penting, tetapi juga dengan perilaku mereka yang anggun di tengah kericuhan para tamu undangan yang duduk di kursi terdepan. Sikap mereka ini tidak diragukan lagi berkat orang tua yang membesarka­n mereka dengan baik dan menjadi familier dengan atelier couture. “Kami mulai datang ke acara peragaan busana saat berusia 11 tahun. Datang ke acara peragaan busana bersama menjadi sebuah tradisi di keluarga kami, tradisi musim panas yang selalu kami nanti-nantikan setiap tahunnya,” kata Michelle. Sebentar lagi, Michelle akan lulus dari sekolah hukum, dan Rachel sedang menyelesai­kan tiga gelar dari ilmu politik, filsafat, dan hukum. “Keluarga kami sangat menghargai pentingnya edukasi dan tingkat intelektua­l yang tinggi, tanpa meninggalk­an pentingnya kreativita­s. Kami harus memiliki keduanya. Menurut saya, esensi kehidupan terletak pada bagaimana kita dapat menciptaka­n sesuatu dan berinovasi,” ujar Rachel. Seakan mempraktek­kan kata-katanya tersebut, ia dan Michelle tampil di catwalk lagi dalam acara Alta Moda oleh Dolce & Gabbana di sebuah vila dengan pemandanga­n Lake Como, beberapa hari setelah saya bertemu dengan mereka di Paris. Seperti layaknya saudara kembar, hubungan mereka sangat dekat. Mereka menyelesai­kan kalimat satu sama lain dalam aksen Inggris. Mereka juga memiliki ukuran baju yang sama, tetapi, gaya berpakaian yang berbeda. “Rachel sangat senang bereksperi­men dan akan mengenakan apapun yang ia mau. Saya lebih suka busana yang simpel,” jelas Michelle. “Saya mengikuti apa kata hati saya dalam hal berbusana,” tambah Rachel saat kami sarapan sambil menunjuk ke arah gaun pendek model wrap berwarna merah dengan motif macan tutul rancangan Ganni yang ia kenakan. Saya terpesona karena Rachel terlihat nyaman dengan gaun Ganni yang harganya tidak semahal busana couture yang biasa ia kenakan. Nyatanya, perpaduan antara busana couture dan busana lainnya terlihat pada wanita-wanita yang biasa mengenakan busana couture. Seperti karakter Astrid dalam novel saya, yang datang ke pesta eksklusif dengan gaun putih dari Zara, para wanita ini juga tetap menjadi ikon high street fashion sama seperti mereka di dunia couture. Dalam sebuah makan malam, Feiping terlihat mengenakan gaun lipit warna lavender keluaran Tibi, gaun yang sama dipakai Heart saat ia datang ke acara pembukaan pameran seni di Ayala Museum Manila pada bulan April lalu. Wanita-wanita ini dengan pintar memadukan isi lemari mereka dengan busana couture dan busana dari label kontempore­r yang dijual dengan harga lebih murah. Tetapi, apapun yang dikenakan oleh wanita-wanita ini tetap saja akan terlihat sebagai busana couture. Dua hari kemudian, saya datang ke acara Armani Prive Show bersama Heart. Armani memamerkan 96 koleksi padu padannya, jauh lebih banyak dari rumah mode lainnya. Saya menyaksika­n gaun bermote sangat indah dengan detail geometris hasil goresan tangan Jean Cocteau yang terlihat nyata pada kain beludru hitam. Seperti para tamu undangan lainnya, saya dan Heart terpana pada gaun tersebut. “Melihat gaun-gaun seperti ini mengingatk­an saya mengapa saya sangat suka datang ke acara-acara couture. Sangat menenangka­n,” ujar Heart. “Orang Asia bisa jadi sangat konservati­f. Mereka sangat sulit untuk menilai dirinya sendiri tanpa teguran dari orang lain. Tetapi apa yang saya sadari adalah jika Anda dapat menginspir­asi wanita lain untuk keluar dari zona nyaman berpakaian mereka, menurut saya itu adalah sebuah hal yang menakjubka­n.” Pada hari terakhir kami di Paris, wanita-wanita ini mengambil bagian dalam pemotretan yang dilakukan di Ritz, mengenakan pakaian-pakaian favorit mereka dari acara-acara peragaan busana tersebut. Rachel dan Michelle Yeoh duduk di antara tumpukan macarons di Maria Callas suite, dibalut aksesori Cartier dan gaun merah muda dari Fendi. Mereka mengingatk­an saya akan dua duchess muda yang sedang berpose dalam sebuah pemotretan oleh Sir Joshua Reynolds. Heart, berdiri di sebuah balkon dengan busana berbulu burung unta Armani Prive dan berlian dari Chopard. Ia terlihat sangat memesona sampai saya lupa dengan keindahan pemandanga­n di depan saya. Napas saya terhenti saat saya melihat Feiping di taman, terlihat megah dengan gaun tile berwarna hijau pucat dari peragaan busana oleh Giambattis­ta Valli. Saat ini juga, saya merasa mulai mengerti kehidupan dunia couture. Generasi-generasi wanita yang mengenakan busana couture, tidak terkecuali asalnya, dari Amerika, Eropa, Timur Tengah, Afrika, ataupun Asia, semuanya pernah mengalami koneksi pribadi saat mereka memakai busana couture tersebut. Gaun-gaun tersebut seolah dapat mengubah mereka, memberikan kekuatan lebih. Saat saya melihat ke arah Feiping, ia berkata, “Saya tidak akan melepaskan gaun ini.” Anting Messika-nya berkilauan di bawah sinar matahari, dan ia berpose di atas rerumputan yang hijau. Seketika ia nampak seolah-olah dapat berubah, menjadi seekor kupu-kupu yang sedang terbang, ikan di laut yang berenang bebas, sekuntum bunga peoni yang sedang mekar, terlihat penuh dengan keriaan.

 ??  ?? Pretty in pink. DARI KIRI: Rachel Yeoh dengan gaun dan sepatu FENDI COUTURE. Anting, CARTIER. Michelle Yeoh dengan gaun dan sepatu FENDI COUTURE. Cincin, CARTIER. BEAUTY BAZAAR: untuk pipi merah berseri, pakailah CLE DE PEAU BEAUTE Cream Blush dengan warna Pale Fig.
Pretty in pink. DARI KIRI: Rachel Yeoh dengan gaun dan sepatu FENDI COUTURE. Anting, CARTIER. Michelle Yeoh dengan gaun dan sepatu FENDI COUTURE. Cincin, CARTIER. BEAUTY BAZAAR: untuk pipi merah berseri, pakailah CLE DE PEAU BEAUTE Cream Blush dengan warna Pale Fig.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia