Harper's Bazaar (Indonesia)

The Secret Alchemy of Azzedine Alaïa

SEBUAH PAMERAN DI PARIS DIBUAT UNTUK MEMPERTUNJ­UKKAN KARYA PENTING AZZEDINE ALAÏA DI TAHUN 1992.

- OLEH RIZAL HALIM

“My obsession is to make women beautiful when you create, with that in mind things can’t go out of fashion”. Sebuah kutipan dari Azzedine Alaïa yang tertulis di tembok pameran mengetuk hati saya, seperti sebuah ungkapan yang menyimpulk­an dedikasi karya sepanjang hidupnya untuk wanita dan dunia fashion. Ia membuat gaun-gaun bergaya feminin sehinggga membentuk tubuh wanita seperti siluet patung dan membalutny­a seperti ‘kulit kedua’, dengan aksen yang natural. Sejak kepergiann­ya tahun lalu, beberapa pameran untuk karyanya bermuncula­n, karena dunia fashion tidak akan pernah melupakan hasil karya dan jasanya di dunia fashion. Di Paris, di sebuah distrik bernama Marais yang berhadapan dengan balai kota Paris, di dalam sebuah bangunan yang dulunya menjadi workshop dan tempat tinggal sang desainer, diselengga­rakan pameran dengan judul The Secret Alchemy of a Collection. Sebuah pameran dengan fokus koleksi musim panas Azzedine Alaïa di tahun 1992.

Mengapa koleksinya di tahun tersebut sangat penting bagi karier Azzedine? Desainer yang lahir di Tunisia tahun 1935 ini awalnya memasuki sekolah seni dan kemudian memutuskan untuk menetap di Paris. Ia bekerja sementara untuk Christian Dior di bawah direktur artistik Yves Saint Laurent, juga bekerja untuk rumah mode Guy Laroche. Namanya kemudian mulai dikenal dan banyak membuat gaun untuk wanita kalangan atas Prancis, seperti Cécile, Lina, dan Marie-hélène de Rothschild. Di tahun 1979 ia juga membantu Thierry Mugler, yang sangat kagum akan hasil kerjanya terutama untuk pembuatan tuxedo, sehingga mendorong Azzedine untuk membuat koleksi sendiri. Bersama teman hidupnya, Christoph Von Wehye yang seorang pelukis, mereka membuat rumah mode di tahun 1981. Kariernya semakin menanjak dan memasuki dunia internasio­nal terutama dengan show-nya di New York yang dihadiri oleh Andy Warhol. Di show ini seluruh undangan diminta untuk berpakaian hitam dengan tidak kurang dari 50 peragawati dan seribu undangan. Ia diganjar oleh Menteri Budaya Perancis saat itu dengan dua hadiah Oscar, sebagai Best French Collection dan Best Designer of the Year. Di tahun itu juga Azzedine membuat kostum untuk aktris Grace Jones dalam film James Bond, A View to a Kill. Tahun 1987, ia membeli sebuah gedung industri yang sebenarnya dulunya adalah sebuah tempat tinggal bangsawan bernama Hotel des Éveques de Beauvais di tengah kota Paris. Setelah direnovasi dan ditata ulang, gedung itu menjadi sebuah workshop dan apartemen untuk tempat tinggalnya. Seperti dalam skenario sebuah film, saat renovasi gedung tersebut ia menemukan fresco di tembok aslinya. Dengan keingintah­uan yang besar, ia mengadakan penyelidik­an tentang asal usul gedung tersebut. Akhirnya ia menemukan bahwa ada seorang gadis pernah tinggal di tempat itu, bernama Jeanne Antoinette Poisson, yang kelak dikenal sebagai Madame de Pompadour. Wanita ini adalah seorang yang berpengaru­h dan favorit Raja Louis XV. Di tempat ini, gadis kecil tersebut belajar berbagai macam seni seperti seni tari, lukis, dan teater. Berkat keandalan dan kecantikan­nnya, walaupun bukan lahir dari keluarga bangsawan, ia bisa membawa dirinya masuk ke istana Versailles. Azzzedine merasa ini adalah sebuah sejarah unik, karean ia sendiri adalah pengagum Madame de Pompadour yang pengaruhny­a dalam sejarah seni sangat besar. Bagi Alaïa, Madame de Pompadour merupakan simbol kebebasan wanita. Dari kekagumann­ya itu timbul inspirasi untuk membuat koleksi musim panas dengan memasukan elemen korset dan gaun abad 18. Semua emosi dan energinya tertuang untuk koleksinya ini, dengan persiapan dan penyusunan konsep yang lama untuk setiap gaunnya. Akhirnya, koleksi musim panas 1992 menjadi show dengan koleksi busana terbanyak yang pernah dibuatnya, yaitu tidak kurang 115 gaun yang ditampilka­n. Puluhan gaun dari show tersebut terpajang dalam ruang pamer menampilka­n model ketat (fitted body), English embroidery yang ditambahka­n di lipatan gaun dan juga dijadikan strapless, bahan rajut, motif garis untuk gaya kemeja-gaun, jas kulit pendek berlengan panjang, jaket yang terinspira­si dari style redingotes ataupun light coats. Gaun-gaun yang berkesan sensual dengan teknik cutting yang sempurna tanpa melupakan sisi humor seperti gaun dengan ilusi optik berupa sebuah pita bertuliska­n “mon coeur est à Papa“. Dan yang menarik perhatian adalah bagaimana ia menginterp­retasikan gaya abad 18 di atas bahan kulit. Bahan tersebut dilubangi dengan teknik tertentu, berbentuk motif geometri seperti renda dan dibuat menjadi ikat pinggang besar, seperti korset yang menciptaka­n pinggang yang ramping. Pada gaun-gaun yang dipamerkan tertulis nama peragawati yang mengenakan­nya saat show, seperti Christy Turlington, Yasmin Le Bon, Naomi Campbell, dan Carla Bruni. Dari video yang ditayangka­n bisa kita melihat para peragawati membawakan busana-busana karya desainer legendaris ini. Show di tahun tersebut diadakan di tempat workshop dengan dekor yang minimalis, dan terlihat bagaimana para peragawati kelihatan bergembira dan ceria membawakan hasil karya sang desainer. Ini adalah sebuah pameran yang menampilka­n salah satu koleksi Azzedine Alaïa yang paling penting, dan gaya independen­nya bisa terungkap dari kutipan yang tertulis di ruang pameran “I always feel free when I don’t want to do something I don’t do it”. Pameran The Secret Alchemy of a collection berlangsun­g mulai dari 2 Juli 2018 sampai 6 Januari 2019.

 ??  ??
 ??  ?? Azzedine Alaïa
Azzedine Alaïa
 ??  ??
 ??  ?? backstage
backstage
 ??  ?? Naomi Campbell dan Yasmeen Ghauri mengenakan karya Azzedine Alaïa di
Naomi Campbell dan Yasmeen Ghauri mengenakan karya Azzedine Alaïa di
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia