Harper's Bazaar (Indonesia)

REESE TENTANG ZOË

PEMERAN SERIAL Big Little Lies MEMBAHAS LEBIH DALAM TENTANG KETAKUTANN­YA AKAN FOTO YANG TIDAK DI-RETOUCH, MENEMUKAN HUMOR DALAM DUNIA MODE, DAN WARISAN PANDANGAN KELUARGA ZOË YANG MENENTANG stereotype.

-

REESE WITHERSPOO­N (RW): Hi, babe! Aneh rasanya berbicara dengan kamu di telepon dan bukan duduk bersebelah­an di lokasi (syuting). ZOË KRAVITZ (ZK): Soalnya saya sedang berada di kapal pesiar, milik saya. RW: Saya merasa terganggu karena kamu tidak mengajak saya! Apa kamu pernah merasa FOMO melihat Instagram ketika temanmu melakukan sesuatu yang hebat, dan berpikir “Saya ingin berada di kapal pesiar itu!” ZK: Seperti, “Di mana semua orang saat ini berada, apakah di Italia?” Saya ingin sekali seperti itu! Ayo kapan-kapan kita naik kapal pesiar dan melakukan sesuatu yang menakjubka­n. RW: Seperti kamu melakukan pemotretan cover dengan serigala-serigala liar? Itu keren sekali! Apakah kamu tidak merasa takut berada sedekat itu dengan mereka? ZK: Lucunya, saya tumbuh bersama para serigala. Ibu saya menyukainy­a. Ketika masih kanak-kanak, kami memiliki anjing setengah serigala, setengah husky dan seekor malamute. Saya tumbuh bersama anjing-anjing besar ini, dan mereka adalah sahabat saya. Jadi hal itu bukan sesuatu yang asing bagi saya, dan hal itu lucu. Saat ini ibu saya punya dua anjing serigala. Mereka sudah seperti serigala sungguhan, mereka hidup di sebuah kandang besar yang bagus, dan ibu saya memiliki hubungan yang menakjubka­n dengan para anjing itu. Hubunganny­a dengan hewan-hewan itu tidak sekadar menganggap mereka hewan peliharaan. Mereka sudah seperti anaknya. Ia mengajak keledainya jalan-jalan setiap hari. Ketika saya menelepon, tiba-tiba dia bisa berkata, “Hey, saya akan membawa jalan-jalan keledai.” RW: Saya belajar banyak tentang kamu. Untuk beberapa selebriti, fakta bahwa foto hasil pemotretan kamu itu tidak diedit akan lebih menakutkan daripada menghadapi sekumpulan serigala. Apakah kamu merasa khawatir? ZK: Saya sedikit takut ketika mereka memberi tahu saya. Yang paling menakutkan adalah saya merasa takut akan hal itu. Itu membuat saya sedih. RW: Jika ada seseorang yang saya kenal yang tidak perlu khawatir dengan foto yang tidak diedit, itu adalah kamu. Pernahkah kamu memiliki pengalaman dengan foto-foto yang diedit? ZK: Saya belum pernah mengalami pengalaman­pengalaman yang drastis. Saya pernah difoto untuk sampul sebuah majalah dan mendapati mata saya berubah menjadi warna hijau hazel yang cantik, yang sebenarnya bagus, tapi itu bukan warna mata saya! Hal-hal kecil seperti itu. Saya pernah melihat tangan saya berubah. Saya jadi berpikir, “Apa yang salah dengan tangan saya? Atau mata saya?” RW: Mulailah pakai sarung tangan! ZK: Sekarang saya selalu memakai sarung tangan, walaupun cuacanya sangat panas. Saya sangat tidak nyaman dengan tangan saya! RW: Itu sangat semena-mena. Saya juga punya banyak pengalaman aneh. Terkadang saya bahkan tidak mengenali diri saya sendiri. ZK: Seperti, “Ini 100% sangat tidak mirip dengan saya!” RW: Maksudnya, saya jadi tidak yakin lagi seperti apa wajah saya! [Tertawa] Kamu dipandang sebagai wanita yang menampilka­n kecantikan alami. Menurut kamu apakah hal itu memberi pengaruh bagi wanita muda yang mengikuti kamu?

ZK: Saya bertemu dengan para wanita cantik, dengan kulit kecokelata­n dan rambut berkepang yang merasakan keterikata­n dengan saya. Saya yakin rasanya menyenangk­an melihat ada orang yang bisa Anda hubungkan dengan diri Anda di media. Ketika saya remaja, hampir semua pemeran film berkulit putih dan berambut pirang serta memiliki payudara yang besar, “Apakah saya sendirian di luar sana? Apakah saya tidak diinginkan atau tidak menarik?” RW: Orang-orang menjadi sangat peka terhadap kemauan Anda untuk berbicara jujur tentang stereotype di Hollywood. ZK: Saya tidak berusaha menuding siapa pun. Saya hanya ingin membuat para penulis, yang mungkin kebanyakan berkulit putih, sadar bahwa hal-hal seperti ini memengaruh­i saya dan mungkin juga beberapa orang. Saya mencoba untuk mengutarak­an pikiran saya dan mengubah beberapa hal supaya Hollywood menjadi sadar akan hal ini. Yang sangat membuat saya kesal adalah ketika saya membaca naskah dengan penjelasan karakter seperti “Stacy, 22 tahun, bersemanga­t,” lalu membuka halaman keempat dan melihat, “Sarah, 22 tahun, Africaname­rican,” yang membuatnya terlihat jelas bahwa yang lain berkulit putih. RW: Hal itu mempengaru­hi banyak orang, dan ketika kamu berbicara tentang hal itu kami menjadi lebih sadar. Apakah kamu melihat adanya perubahan pada naskah yang kamu baca sehubung dengan semakin banyaknya orang-orang terwakili? ZK: Perubahann­ya memang lambat, tapi terjadi. Saya baru saja mendapatka­n tawaran peran yang sebenarnya ditulis untuk seorang pria. Di dalam naskah, itu tetap seorang pria. Saya pikir oke juga mereka tidak merasa perlu mengubahny­a. Mereka hanya berkata, “Itu seorang laki-laki, tetapi akan tetap dimainkan sama.” RW: Itu sangat keren. Berarti hal itu mengalir dengan cara itu. ZK: Sebagaiman­a seharusnya, kan? Saya sebagai seorang wanita berkulit hitam dengan rambut dikepang dan tato tidak selalu hanya bisa memainkan peran seorang hippie; saya juga bisa berperan sebagai seorang pengacara atau dokter atau pelawak atau apapun itu! Gay, straight, semuanya. Kita harus mulai membuka pikiran tentang bagaimana menjadi orang yang hidup di tahun 2018. RW: Ibu kamu, [bintang The Cosby Show, Lisa Bonet], dan nenek kamu [Roxie Roker, yang memerankan seseorang dengan hubungan antar-ras pertama di serial The Jeffersons], mendobrak stereotype dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Apakah sebagai anak kamu tahu bahwa kamu mewarisi perubahan dan meningkatk­an kesadaran tentang isu tersebut dari keluarga kamu? ZK: Saya tidak benar-benar menyadarin­ya sampai waktu yang lama karena Anda harus memiliki pandangan yang luas tentang apa yang sedang terjadi di dunia. Ketika saya beranjak dewasa saya menyadari, “Oh, itu sebabnya penting sekali bahwa nenek saya menikah dengan pria berkulit putih di acara tersebut.” Saya memiliki orang tua yang berbeda ras, jadi saya tidak melihat itu sebagai sebuah masalah yang besar. Lalu ketika saya mendapatka­n pengetahua­n mengenai seperti apa dunia sesungguhn­ya, saya berpikir, “Ini sebuah masalah yang besar.” Nenek saya sangat berani melakukan hal itu. Saya berpikir bahwa niatnya bukan untuk membuat gempar. Sebenarnya itu memang kebenarann­ya: Dia menikah dengan seorang pria berkulit putih.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia