Harper's Bazaar (Indonesia)

Fashion Freak Show

JEAN PAUL GAULTIER, DESAINER SELEBRITI DUNIA MEMBUAT SEBUAH PERTUNJUKA­N FLAMBOYAN DAN PROVOKATIF TENTANG KEHIDUPAN INTIMNYA DALAM SEBUAH KABARET FASHION DI PARIS. OLEH RIZAL HALIM

-

Orang yang bisa merealisas­ikan mimpinya, saya kategorika­n sebagai orang yang berbahagia, dan bagi saya salah satunya adalah desainer ternama Jean Paul Gaultier. Dari awal Oktober tahun ini, beberapa poster desainer ini terpasang di jalanjalan di kota Paris, juga ditempel di dinding-dinding kereta bawah tanah yang banyak menarik perhatian orang. Poster unik sebuah foto profil JPG yang lengkap dengan atribut fashionnya dengan selipan miniatur menara Eiffel di kepalanya. Sebuah pertunjuka­n kabaret kreasi baru diluncurka­n oleh desainer ini di kota Paris hingga akhir Desember tahun ini. Sesuatu yang baru dan bukan sebuah hal biasa untuk desainer yang masih aktif di kancah fashion di Paris dengan koleksi baju adibusanan­ya. Ditambah lagi jika kita mengingat ide geniusnya, Jean Paul Gaultier atau JPG ini mampu memutar balik kode fashion yang konvension­al dan membuat provokasi-provokasi yang cemerlang, sehingga membuahkan julukan l’enfant terrible de la mode atau anak bandel dari dunia mode. Dan tentu saja kabaret yang diusung dengan nama besarnya memberi intrik tersendiri untuk semua orang. Malam itu, Paris masih sibuk dengan orang yang berlalu lalang walaupun cuaca sudah mulai dingin karena musim gugur telah tiba. Saya bergegas memasuki sebuah gedung pertunjuka­n bernama Folie Bergère yang terletak di tengah kota Paris dalam sebuah distrik yang cukup ramai. Kerumunan orang sudah mengantri di depan gedung dengan fasad art deconya yang keemasan dan terang benderang seolah menerangi jalan sekeliling­nya, gedung yang menjulang tegak di antara restoran dan kafe-kafe yang dipenuhi orang. Sebuah papan lampu digital dengan tulisan Fashion Freak Show, judul dari pertunjuka­n dari JPG, bergerak menyala di sepanjang gedung. Beberapa nama terkenal pernah membuat pergelaran di gedung ini, sebut saja nama seperti Charlie Chaplin, Elton John, Frank Sinatra ataupun musikus seperti Herbie Hancock, sehingga membuat gedung pertunjuka­n yang dibangun di tahun 1869 ini menjadi salah satu kebanggaan kota Paris. Di Hall masuk, di bawah lampu gantung raksasa, dengan dekor asli yang mirip dengan dekor sinema, mengingatk­an saya dalam suasana sebuah film berjudul The Grand Budapest Hotel. Instalasi berbagai stand seperti mempersiap­kan penonton untuk memasuki dunia JPG. Ada sudut untuk tata rias, sudut untuk koleksi parfum, sudut dressing, berbagai manekin dengan gaya baju JPG tersebar di sudut-sudut ruang seperti layaknya sebuah backstage peragaan busana. Dalam ruang berbalkon, yang berbentuk setengah melingkar, para penonton yang memadati ruang pertunjuka­n mulai duduk di kursi masing-masing yang berwarna merah. Terdengar dentang lonceng tanda pertunjuka­n akan dimulai, ketika seorang wanita muda duduk di samping saya yang dari harumnya saya duga memakai parfum JPG.

Di panggung sudah terpasang 2 buah layar untuk proyeksi video yang salah satunya juga berfungsi untuk terjemahan, beberapa adegan percakapan berbahasa Prancis, yang memerlukan interpreta­si dalam bahasa Inggris. Kita bisa menduga, jika fashion akan mengambil porsi yang besar dalam pertunjuka­n ini ketika JPG membagi cerita tentang kehidupan dan petualanga­nnya dalam sebuah pertunjuka­n yang glamor, riang gembira, penuh warna, kitsch dengan gaya humor yang unik. Sebuah perjalanan ke dalam kehidupan desainer yang penuh warna, seperti layaknya membuka buku hariannya yang intim. Secara kronologis, dan dari tahap ke tahap, show musikal ini membawa penonton ke dalam tahun-tahun yang paling berkesan dalam kehidupan JPG. Jika kita hanya mengenal JPG lewat karya-karyanya, ini juga kesempatan, bisa juga seperti sebuah perkenalan intim ke dalam “dunia”-nya. Dimulai dari masa kecilnya dengan boneka teddy bear yang ikonis, pengaruh neneknya yang mendorong dia menjadi seorang desainer, awal kariernya di dunia fashion, pestapesta­nya di Paris di sebuah diskotek legendaris Palace, kehidupan pribadinya dengan kawan intimnya, hingga kesuksesan dengan show dan koleksi bajunya yang unik. Sebuah catatan khusus terutama untuk teddy bear JPG yang menjadi pembuka adegan awal kabaret ini, sebuah boneka beruang bernama “Nana” yang menjadi ikonis karena ketika berusia 7 tahun, JPG sudah “mengoperas­i” boneka ini dengan menambah penyandang dada yang berbentuk kerucut, yang di masa mendatang terealisas­i dalam kostum panggung Madonna di tahun 1990. Atau babak yang meriah dengan adegan yang sangat parisien dalam suasana diskotek Palace. Sebuah diskotek legendaris tahun ‘80-an tempat semua warga Paris berpesta bersama, tanpa ketinggala­n para selebriti dunia, seperti Mick Jagger, Paloma Picasso, Karl Lagerfeld, Kenzo, serta penampilan Grace Jones, Donna Summer, dan banyak lagi. Diskotek yang namanya bisa tersohor seperti diskotek ternama di New York, Studio 54. Sebuah penyutrada­raan yang cukup mengalir di bawah sutradara wanita bernama Tonie Marshall, yang membangun setiap adegan secara efektif. Kita diajak mengikuti jejak JPG selagi muda lewat dari interpreta­si seorang penari berambut pirang dengan kostum garis-garis gaya pelaut yang menjadi ciri khas JPG terutama untuk menceritak­an kisah kawan hidupnya. Atau dengan interaksi proyeksi video di panggung yang cukup menarik dan sangat membantu untuk melukiskan pengalaman hidup yang penuh warna. Misalnya dengan sebuah proyeksi video dengan layar lebar, kemunculan Rossy de Palma, aktris Spanyol, sebagai guru galak dari JPG selagi kecil memberi kesegaran tersendiri ataupun munculnya Antoine de Caunes, seorang presenter top televisi Prancis menyaru menjadi ratu Inggris membuat para penonton tertawa. Sedangkan koreografi tari dari puluhan penari wanita dan pria menawarkan energi lebih untuk pertunjuka­n ini, dengan bentuk-bentuk gerakan antara hiphop dan voguing yang harmonis membuat posisi-posisi yang saling mengisi panggung dan sambung-menyambung. Berbagai lagu dekade 80 mengalir mengajak para penonton berdansa, pastinya, Le Freak dari Chic ataupun lagu dari Jimmy Somerville, Rita Mitsouko, hingga Relax dari Frankie goes to Hollywood, juga I Want Your Sex dari George Michael untuk mengilustr­asikan suasana dalam sebuah klub dewasa. Sebuah nama besar di belakang musiknya, Nile Rodgers yang menyandang status produser dan direktur musikal dalam show ini. Produser dengan sebutan the hitmaker yang membuahkan berbagai lagu dan album legendaris seperti dengan Madonna, David Bowie, Diana Ross, tidak ketinggala­n penampilan­nya dengan Pharrell Williams dan Daft Punk beberapa tahun lalu. Dengan berbagai ratusan kostum unik dan flamboyan yang muncul di panggung untuk menjajaki kehidupan dan karier JPG, tanpa melupakan detail khusus seperti pemakaian bahan renda, bulu-bulu, payet, korset, penyandang dada berbentuk kerucut, dan tentu saja garis-garis gaya pelaut yang menjadi ciri khas desainer Prancis ini. Sebuah pesan yang optimis dari JPG dalam sebuah press release, “Saya harap Anda menyukai pertunjuka­n ini seperti ketika saya menciptaka­n karya ini. Fashion Freak Show adalah sebuah pertunjuka­n untuk sebuah mimpi dan bagaimana untuk merealisas­ikan mimpi itu karena saya begitu beruntung sudah dapat melakukann­ya. Saya ingin berbagi dengan Anda dan juga memperliha­tkan, siapapun Anda, pintu selalu terbuka. Menjadi Anda sendiri mungkin adalah hal yang terbaik di dunia.” Penampilan JPG dalam bentuk proyeksi video diganjar dengan tepuk tangan panjang dari penonton diakhir pertunjuka­n yang pulang dengan senyum dan hati yang ringan. Sebuah pertunjuka­n glamor yang membiaskan kecintaan untuk dunia mode, penuh toleransi, dengan referensi kultur pop yang ringan dan menarik, dengan humor-humor pelesetan tapi tidak jatuh dalam suasana vulgar, energik, dan seksi.

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia