REPRESENTASI SENSUALITAS WANITA MASA KINI
Melihat sensualitas wanita yang ditafsirkan sebagai daya tarik, tidak dapat dilepaskan dari konteks subkultur. Seperti salah satu budaya yang dianut oleh sebagian masyarakat di Indonesia, yaitu budaya patriarki. Budaya ini didasarkan pada suatu pandangan yang menganggap bahwa norma pria menjadi pusat dari relasi-relasi sosial yang ada. Segala usaha yang dilakukan oleh kelompok masyarakat didominasi oleh pria, karenanya kebijakan yang dihasilkan merupakan kebijakan yang berpihak kepada pria pula. Sehingga para pria memiliki ‘hak istimewa’ terhadap wanita. Pengaruh budaya inilah yang melahirkan sifat stereotip. Wanita seakan memiliki hierarki pemaknaan oleh para pria; ideal dan tidak ideal, serta dianggap sebagai acuan strata yang memberi daya tarik. Mengutip karya dari Sandra Lee Bartky dalam karya berjudul Feminity and the Modernization of Patriarchal Power (1990), dikatakan bahwa, “Woman’s body is an ornamented surface too, and there is much discipline involved in this production as well.” Hal inilah yang lantas memaknai arti sensualitas dan fashion, nyatanya berjalan beriringan. Seiring berjalannya waktu, para desainer dunia pun menguraikan definisi sensualitas dengan tidak terlalu mengeksploitasi tubuh wanita. Lihat saja bagaimana Alexander Mcqueen di pergelaran musim Spring/ Summer 2018 lalu yang memberikan napas baru bagi bustier. Mengemas siluet bustier menjadi terusan embroidery yang berjuntai dan ditumpuk lagi bersama celana panjang, menjadikan tampilan ini lebih kontemporer, jauh dari kata ‘seronok’. Sedangkan bustier pada koleksi Prada dan Maison Margiela beralih fungsi sebagai pelengkap busana. Sisi sensualitas ditonjolkan melalui ilusi lekuk tubuh tanpa harus mengekspos kulit. Sehingga bustier pun menjadi padanan untuk aktualisasi gaya. Namun bagi desainer yang paling kontroversial, berani, dan hampir tidak pernah meninggalkan unsur seks dalam koleksinya, Tom Ford untuk musim Spring/summer 2019 mengalami transfigurasi yang lebih etis. Ia mempresentasikan atasan dari lace berwarna nude yang dipadu bersama blazer untuk impresi profesional. Sementara bagi Valentino, konsep sensualitas tak selamanya memamerkan lekuk tubuh. Figur bahu yang kokoh juga mendapatkan penekanan lewat gaun bervolume model off shoulder yang dikreasikan oleh Celine dan juga Valentino. Sederet evolusi yang ditawarkan para desainer dunia ini, mampu menerjemahkan definisi sensualitas dan fashion dari masa ke masa menjadi orientasi yang semakin positif dan persisten.