TAUTAN ESTETIKA PARFUM DAN FASHION RIZAL HALIM MENELUSURI JALINAN MODE DAN PARFUM DARI ABAD KE-19 HINGGA KINI.
Indonesia berada di urutan pertama dalam klasifikasi penghasil bahan parfum bernama patchouli atau nilam, selain India atau pun Madagascar. Penjelasan itu saya lihat dalam sebuah pameran kecil di museum parfum Fragonard di Paris, yang berjudul Patchouli, a Mythical Plant. Umumnya ditemukan di pulau Sulawesi atau Sumatra, nilam adalah tanaman dengan karakteristik kuat yang menciptakan aroma woody, rempah-rempah, misterius, hangat dan dalam aromaterapi bisa memberi efek anti stres dan rileks. Bahan alam selalu dicari dan menjadi referensi oleh para pembuat parfum untuk membuat aroma-aroma yang baru dan berlainan. Walaupun dari sejarah parfum modern, yang lahir di sekitar abad 19 di Eropa, para ahli kimia berhasil membuat produk sintesis dari analisa bahan-bahan alam. Hal ini disebabkan karena mahalnya bahan-bahan alam yang kadang mereka harus dapatkan dari benua yang berlainan. Pada awalnya, produk-produk sintesis ini kurang disukai oleh para pencipta parfum karena mereka tidak melihat esensi yang mereka cari. Sehingga akhirnya mereka menemukan jalan keluar dengan menggabungkan secara harmonis berbagai bahan alam dengan produk sintesis yang malah bisa menghasilkan berbagai macam parfum legendaris. Seperti komposisi musik, di mana ada yang memulai dengan tempo intens yang sedikit demi sedikit berakhir dengan nada lembut. Kita bisa menggambarkan keharuman sebuah parfum dalam bentuk komposisi piramida sesuai dengan tingkat lamanya tinggal di kulit kita dan lamanya menguap di udara. Semua tergantung dari harmoni yang dimainkan oleh pencipta parfum dengan tiga buah nada utama, yaitu top notes, middle notes dan base notes. Sensasi yang kita dapat ketika kita mencium parfum adalah top note yang mudah menghilang tapi menjejakkan keharuman impresif di awal. Memasuki note kedua yaitu middle notes, yang dalam bahasa Prancis memakai istilah note de coeur atau note jantung utama, menurut saya istilah yang lebih mengena, karena di sinilah note paling ekpresif yang biasanya terdiri dari wangi-wangian floral, buah, juga rempah-rempah. Dan terakhir, yaitu base note, merupakan note yang lebih deep. Dia membantu top notes dan middle notes agar bertahan lama seperti aroma yang manis atau pun powdery. Dalam sejarah parfum modern, munculnya Pierre Guerlain patut diperhitungkan, dia membuka butiknya di tahun 1828 dan mempunyai pelanggan dari kalangan aristokrat atau pun selebriti zaman itu. Salah satunya, dia menciptakan l’eau de Cologne Impériale yang sengaja diciptakan untuk istri Napoleon III yaitu permaisuri Eugénie. Tetapi, yang menciptakan sejarah di dunia parfum adalah penerusnya yaitu Aimé Guerlain, yang untuk pertama kalinya menciptakan parfum dengan komposisi produk natural dan produk sintesis, sehingga lahirlah parfum bernama Jicky. Kreasi tahun 1889 ini mempunyai kisah, yaitu kisah cinta seorang anak muda bernama Aimé Guerlain yang harus kembali ke Prancis untuk meneruskan usaha keluarga sedangkan gadis impiannya harus tinggal dengan keluarganya di Inggris. Saat itu, parfum bisa digunakan untuk wanita dan pria, hanya saja kehadiran parfum ini, awalnya tidak terlalu diapresiasi oleh wanita, baru sekitar tahun 1912 wanita mulai menyukai parfum ini. Dalam industri parfum, muncul dua orang pria yang mempunyai pengaruh besar yaitu, François Coty dan Paul Poiret. Di Grasse, di selatan Prancis yang disebut juga ibu kota industri parfum, François belajar untuk mengenal dunia parfum. Ketika memulai kariernya di Paris, dia melihat bahwa parfum yang saat itu hanya dipakai untuk kalangan elit, bisa dikembangkan menjadi produk industri umum. Tetapi salah satu ide geniusnya yaitu dia melihat bahwa isi dan dan penampilan merupakan dua hal fundamental dalam dunia parfum. Pertemuannya
dengan René Lalique, membuahkan kolaborasi dengan wujud botol untuk parfumnya L’effleurt atau pun kolaborasi lainnya dengan Baccarat. Produksi parfumnya semakin berkembang di zaman itu dan didistribusikan di berbagai kota besar seperti London, New York, dan Moskow. Di tahun 1906, Paul Poiret adalah seorang desainer yang ternama, dia berhasil “membebaskan“wanita dari pemakaian korset sehingga membuat namanya melambung di dunia mode internasional. Sebagai kolektor seni, kehidupannya juga dikelilingi oleh kalangan seniman seperti Kees Van Dongen, Adré Derain dan juga Raoul Dufy yang membuat motif untuk kainnya. Dengan ketenaran namanya, dia cepat mengerti bahwa ada keuntungan untuk produk-produk yang menggunakan namanya. Dengan strategi pemasaran komersial, Paul Poiret, untuk pertama kalinya mempekerjakan seorang ahli parfum dan meluncurkan Les Parfums de Rosine, parfum yang memakai nama salah satu anak gadisnya. Ini adalah tahap baru di dunia parfum dan fashion, karena sejak itu batas-batas antara desainer, merek, parfum menjadi satu kesatuan dan tidak terpisahkan. Kehadiran berbagai desainer mewarnai dunia mode dan parfum di awal tahun 1920 di Paris seperti misalnya, Gabrielle Chanel. Pertemuannya dengan Ernest Beaux, seorang Le Nez ternama saat itu (sebutan untuk seorang ahli parfum dalam bahasa Prancis), berujung sebuah kerja sama. Dia memberi lima buah sampel parfum untuk dicoba dan perancang mode ini tertarik dengan keharuman nomor 5 yang kemudian diberi nama N° 5, disinyalir merupakan nomor pembawa keberuntungan. Apakah benar membawa keberuntungan? Yang pasti hingga sekarang parfum Chanel N° 5 selalu menjadi salah satu best seller dalam dunia parfum. Parfum ini menjadi parfum legendaris, apalagi ketika Marilyn Monroe dalam sebuah wawancara menjawab pertanyaan dengan nada sensual, “Apakah yang Anda kenakan selagi Anda akan tidur?” Jawabannya “Hanyalah beberapa tetes dari parfum Chanel N° 5.” Beberapa desainer ternama seperti Lucien Lelong, Madame Vionet, Jeanne Paquin dan Jeanne Lanvin yang menciptakan Arpège di tahun 1927, menawarkan berbagai keharuman yang bervariasi. Jean Patou, seorang desainer yang sedang naik daun mempersembahkan Joy, dan Elsa Schiaparelli membuat revolusi dengan botol-botol parfum uniknya. Dalam museum Fragonard di Paris, kita bisa melihat berbagai botol-botol koleksi parfum di displai, baik terbuat dari gelas atau kristal yang kemudian diberi etiket penjelasan untuk tahun peluncurannya dan negara pembuat. Setelah berakhirnya perang dunia kedua, Paris kembali menjadi sorotan untuk dunia mode dan dunia parfum, salah satunya dengan kehadiran seperti parfum Miss Dior, Muguet de Bonheur dari Caron, atau pun Vetiver dari Carven untuk pria. Tapi kesuksesan terbesar di tahun berselang adalah kehadiran Eau Sauvage dari Christian Dior. Dengan nama yang memberi kesan ambigu untuk kata eau, air dalam bahasa Indonesia, merupakan elemen yang vital dan kata sauvage menghadirkan kesan natural. Maka parfum pertama untuk lelaki dari Dior yang elegan pun lahir di tahun 1966. Kemudian kehadiran dari rumah pembuat perhiasan mewah seperti Van Cleef & Arpels dengan parfumnya First atau pun Cartier dengan parfum Must juga harus diperhitungkan. Dengan tahun yang bergulir, berbagai macam parfum bermunculan dan kadang berhadapan dengan kode moral ataupun tendance, sebut saja, Opium dari YSL, CK One yang uniseks atau pun parfum Angel dari Thierry Mugler yang semanis permen dan sensual. Kehadiran parfum sebagai produk mewah yang mengutamakan kualitas dan juga kreativitas dari ahli parfum adalah sebuah komitmen, sehingga sekarang nama-nama besar yang umumnya berdiri dalam satu grup, masing-masing mempunyai dan mempekerjakan ahli parfum tersendiri. Di lain pihak beberapa nama parfum bermunculan yang mempunyai gaya tersendiri yang lebih independen dan mempunyai signature berlainan, dan umumnya tanpa terlalu menggunakan iklan, sebuah niche market yang sedang berkembang dan memberi intrik tersendiri dalam dunia parfum seperti Frédéric Malle atau Serge Lutens. Tanpa disadari, sejak kecil, ingatan kita akan keharuman sudah terbentuk, entah dari bunga, buah, sayuran, teh dan sebagainya, demikian juga sebaliknya, untuk bau yang kita tidak sukai. Ditambah dengan pengalaman-pengalaman pribadi yang tertanam dalam ingatan kita. Hal-hal seperti inilah yang akan mendorong kita untuk memilih parfum, sehingga bagi saya menyukai dan memilih parfum kadang bukan berdasarkan kriteria dari cita rasa kita yang tinggi tapi lebih ke sebuah pilihan dengan dominasi emosional. Di masa sekarang, kita berpapasan di satu resepsi, di pertemuan, atau dalam restoran, tanpa kita sadari, kita mencium ada keharuman dari berbagai parfum mungkin itu adalah parfum Shalimar dari Guerlain, Chanel N° 5, Calèche dari Hermès, Eau de Campagne dari Sisley, Eau Parfumée au Thé Vert dari Bulgari, dan berbagai parfum lain. Parfum-parfum yang muncul sepanjang masa tetapi harumnya tidak mudah tanggal dari zaman.