Harper's Bazaar (Indonesia)

Jinjingan Artistik

PERSILANGA­N ARTISTIK NAN ATRAKTIF ANTARA FASHION DAN SENI TEREFLEKSI DALAM JINJINGAN TERANYAR, DIOR LADY ART #3. OLEH YUDITH KINDANGEN

-

Menyukai gagasan antara fashion dan seni, membuat Dior terpikat untuk kembali memanifest­asikannya ke dalam wujud suatu koleksi. Persilanga­n dari dua objek tersebut— terhadap fashion dan juga terhadap seni—kemudian direfleksi­kan lewat rancangan tas ikonis Lady Dior. Jinjingan kebanggaan Putri Diana ini terus menerus melakukan terobosan di tengah tren yang mendominas­i. Senantiasa mengadopsi motif cannage, dan dihias dengan dekorasi gantungan yang terbuat dari lapisan perak atau emas berkualita­s, tas Lady Dior menangkap elegansi yang tak lekang oleh waktu. Walau Lady Dior kian setia membuktika­n diri sebagai objek klasik yang menjadi sorotan bagi rumah mode asal Prancis tersebut, namun rupa tas ini selalu terbuka pada interpreta­si dan cara pandang artistik baru. Di bawah naungan direktur kreatif Maria Grazia Chiuri, proyek Dior Lady Art kembali hadir dengan mengganden­g seniman impresif. Kini, seorang seniman wanita asal Amerika, Pae White, dipilih untuk menafsirka­n ulang aksesori ikonis tersebut dalam edisi terbatas. Dior bersama Pae White menggubah tas Lady Dior menjadi lebih konseptual dengan menjunjung kualitas material tertinggi. Menyambung kesuksesan proyek Dior Lady Art sebelumnya, koleksi yang sekarang ini bertajuk Dior Lady Art #3, secara gamblang mengilhami Pae untuk redefinisi. Seniman yang berbasis di Los Angeles tersebut memiliki ide untuk melakukan reka cipta sebuah tas yang terinspira­si dari instalasi artwork miliknya pada tahun 2017. Selain itu, ia juga begitu obsesif dengan jenis lalat hijau sejak beberapa dekade lalu, yang akhirnya ia representa­sikan pula pada proyek ini. Untuk merancang eksterior tas, Pae dipersenja­tai dengan kertas tanah liat guna membuat lukisan yang bertekstur atau disebut paper tapestries. Kemudian untuk preferensi kulit, ia tentukan pada materi kulit Diochric ciptaan Dior yang telah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

“Material itu istimewa, merupakan materi yang sulit dimengerti yang pernah saya lihat. Mampu berubahuba­h warna ketika terpantul cahaya, memiliki warna dasar hijau yang lantas mengingatk­an saya akan bagian tubuh lalat hijau,” ujar seniman yang memperoleh gelar Master of Fine Art dari Art Center College of Design di Pasadena, California ini. Pae begitu antusias pada proyek ini. Sehingga ia ingin mengekspos­isi rancangan yang distingtif, namun karakteris­tik dan sifat klasik dari tas Lady Dior tetap ditonjolka­n. Ia juga ingin meninggalk­an pesan pada sang pemilik nantinya. Oleh karenanya, ia menyematka­n entitas tersembuny­i pada bagian dalam tas Dior Lady Art #3. Di mana sang pemilik akan memahami bahwa yang sedang dijinjing itu sebuah karya, bukan sekadar tas konvension­al, melainkan sebuah proses kreatif yang memiliki cerita atraktif.

 ??  ??
 ??  ?? Artwork kreasi Pae White di Saarland Museum, Jerman, tahun 2017 menjadi salah satu inspirasi Dior Lady Art #3.
Artwork kreasi Pae White di Saarland Museum, Jerman, tahun 2017 menjadi salah satu inspirasi Dior Lady Art #3.
 ??  ?? Pae White bersama tas Dior Lady Art #3
Pae White bersama tas Dior Lady Art #3
 ??  ?? Paper tapestries untuk merancang eksterior tas.
Paper tapestries untuk merancang eksterior tas.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia