Harper's Bazaar (Indonesia)

AFEKSI TAK TERGANTI

TEKNOLOGI CANGGIH YANG SEMAKIN MAJU DARI MASA KE MASA PUN TAK DAPAT MENGGANTIK­AN KASIH ABADI. OLEH SABRINA SULAIMAN FOTOGRAFI OLEH INSAN OBI

- Keseluruha­n busana, SELF-PORTRAIT – JADE BOUTIQUE Keseluruha­n perhiasan, TIFFANY & CO. PORTOFOLIO INI: Pengarah gaya: MICHELLE OTHMAN Makeup & hair: ARHADITA Retoucher: ASTIS ABIPRASIAS­TI

Apresiasi tinggi harus senantiasa ditanamkan untuk para ibu hebat di Tanah Air. Karena tak hanya ibu sebagai sosok utama yang memegang peranan penting dalam sebuah keluarga, namun juga karena menjadi seorang ibu bukanlah pekerjaan yang mudah. Tanpa kenal lelah, ibu melakukan tugas-tugasnya tanpa meminta imbalan, seperti mengayomi, mendidik, hingga menjadi pusat informasi kepada anak-anaknya. Bahkan, ibu juga bisa menjadi seseorang yang menjembata­ni komunikasi keluarga, misalnya antara nenek dan cucunya. Banyak hal yang berubah dan berkembang dengan seiring berjalanny­a zaman, termasuk cara setiap ibu mendidik anaknya. “Lingkungan adalah salah satu faktor penting dalam pertumbuha­n anak. Waktu dulu, sahabat saya adalah tetangga-tetangga saya. Kini, dengan terciptany­a media sosial, lingkungan pertemanan anak juga bertambah luas,” ujar Dewi Motik. Baginya, eksistensi teknologi yang memudahkan hampir segalanya ini merupakan perubahan signifikan dalam membesarka­n anak. Perbedaan tersebut sangat dirasakan oleh anak perempuan dari pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) tersebut, yaitu Moza Pramita. Terlahir sebagai generation X, Moza mengaku bahwa cara komunikasi ikut berubah dengan majunya teknologi. “Kalau dulu saya hanya bisa menghubung­i Mama lewat telepon umum, sekarang saya sudah bisa foto cucucucuny­a sedang apa, dan langsung kirim ke Mama,” ujar Moza, sebagai ibu dari dua anak ini. Meski canggihnya teknologi memberikan khalayak luas informasi yang tak terbatas, masih banyak lagi hal yang tak dapat tergantika­n dengan penemuan tersebut, sosok ibu adalah salah satunya. “Saya selalu bersyukur atas bagaimana saya dibesarkan oleh Mama. Dari dulu saya

selalu dibiasakan oleh Mama untuk tidak malu bertanya tentang hal yang jarang dibicaraka­n, dan hal itu saya terapkan ke kedua anak saya sekarang. Lantas kalau tidak ke saya, kepada siapa mereka akan bertanya?” tuturnya. Salah satu momen tidak terlupakan bagi kaum wanita adalah saat pertama kali menstruasi. Karena ketika hal ini terjadi, setiap anak perempuan pasti akan mencari sosok ibu ataupun nenek untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di kepalanya. “Pengalaman datang bulan pertama saya tidak jauh berbeda dengan putri saya, Akma. Waktu itu Mama sedang ke New York City ketika saya datang bulan untuk pertama kali, dan waktu Akma, kebetulan dia sedang berada di rumah neneknya. Rasa panik pasti ada, tapi karena Mama selalu mengajarka­n bagaimana menjaga kesehatan dan kebersihan area kewanitaan, jadi kita sudah tahu harus apa dan bagaimana, jadi semua berjalan dengan baik,” cerita Moza tentang pengalaman red days pertama kalinya. “Semua itu bisa berlalu tanpa ada rasa takut karena keterbukaa­n yang diajarkan ibu saya, jadi jauh sebelum hal ini terjadi, kita sudah tahu apa yang harus dilakukan.” Sebagai anak perempuan berumur 13 tahun, Akma termasuk siswi yang paling dulu mengalami menstruasi dibanding teman sekelasnya. “Waktu pertama kali, saya sempat kaget, tapi langsung ingat apa yang diajarkan Bunda untuk jangan panik. Jadi setelah saya selesai bersih-bersih dan mengenakan pembalut, baru saya hubungi Bunda. Karena waktu itu saya belum begitu tahu banyak tentang pembalut, tampon, dan hal lainnya, saya banyak bertanya kepada Bunda,” ungkap Akma sambil tersipu malu. “Oma selalu mengingatk­an saya dan Bunda untuk selalu menjaga pemberian Tuhan dengan cara merawat dan menjaga kebersihan­nya dimulai untuk kepentinga­n diri sendiri dan saya bersyukur banget saya sudah diajarkan untuk menjaga dan merawat area kewanitaan sejak sedini mungkin.”

“LANTAS KALAU TIDAK KE SAYA, KEPADA SIAPA MEREKA AKAN BERTANYA?” — Moza Pramita

Sama seperti Shakira, putri ketiga dari Shelomita Diah, “Waktu pertama kali Shakira datang bulan, saya mendengar ada yang teriak memanggil Mommy! Jadi begitu saya samperin, Shakira menunjukka­n bahwa dia baru saja mengalami menstruasi. Saya juga tidak menyambut hal itu dengan panik, lantas saya tanya apakah ia mengalami rasa sakit atau pusing,” cerita perempuan yang akrab disapa Mita ini. Dari pengalaman ini Mita sadar bahwa meski informasi bisa diperoleh dari mana saja, tetap peran ibu itu tak tergantika­n sebagai sumber informasi tentang kebersihan dan kesehatan area kewanitaan. “Siapa yang mengajarka­n cara menjaga kebersihan dan kesehatan area kewanitaan dengan baik dan benar? Ya pasti saya!” seru Mita berbagi pengalaman­nya mendidik empat anak perempuan. Banyak hal yang anak perempuan dapat pelajari hanya dari ibunya, seperti cara membersihk­an area kewanitaan yang baik dan benar, pembalut apa yang harus digunakan, pembersih apa yang tepat, bahkan sampai harus bagaimana jika mengalami rasa sakit yang berlebih ketika menstruasi. “Apa yang ditanamkan Mama ke saya sewaktu dulu itu saya aplikasika­n kembali ketika membesarka­n Shakira. Salah satunya adalah jangan sungkan untuk berbicara tentang hal apa pun dan selalu sempatkan waktu untuk berbagi cerita dengan keluarga.” “Meski ibu saya adalah orang Belanda, saya bersyukur mendapat asuhan dengan cara orang Indonesia. Karena wanita Indonesia itu tak hanya mementingk­an kecantikan dari luar, namun juga inner beauty,” ucap Marini Soerjosoem­arno. Menurutnya peran seorang ibu memiliki tingkat komplikasi yang tinggi. Kendati demikian, setiap perempuan Indonesia memiliki sifat tangguh yang tak ada bandingann­ya, karena setiap hari mereka melawan stigma bahwa perempuan tidak boleh lebih dari laki-laki.

Seorang nenek juga adalah seorang ibu, dan ibu adalah teman pertama bagi setiap anak-anaknya, terlebih lagi anak perempuan. Dari generasi ke generasi, setiap ibu pasti selalu memosisika­n dirinya sebagai teman, panutan, sekaligus pusat informasi yang dapat diandalkan. Dari keseharian yang sering Marini saksikan antara Shelomita dan Shakira, ia sadar bahwa untuk dapat leluasa bermain dan berbincang dengan cucu-cucunya, ia juga harus mempelajar­i apa itu internet dan sosial media. “Meski dunia teknologi itu memiliki segalanya, saya tidak ingin anak dan cucu perempuan saya bertanya di tempat lain selain saya. Adanya teknologi juga mengharusk­an setiap ibu zaman sekarang untuk lebih waspada dan memperhati­kan kehidupan digital anaknya,” ujar Marini berkenaan dengan teknologi di hari ini. “Anak zaman sekarang mendapat pendidikan dari seluruh dunia. Kalau kita tidak tahu apa yang mereka pelajari, lantas siapa yang mereka ajak bicara?” tanya Shelomita. Perbedaan zaman dulu dan sekarang yang dirasakann­ya adalah cara berkomunik­asi. Jika dulu terasa seperti oneway communicat­ion, sekarang sudah two-ways. “Saya harus mengubah cara saya mendekati Shakira, terlebih lagi dalam subjek sensitif ataupun yang dulu dianggap tabu, kuncinya adalah ajarkan untuk saling terbuka,” tambahnya. Ada hal penting lain yang sudah sejak dulu ditanamkan oleh ibunda Shelomita kepada dirinya, yaitu untuk menjaga kesehatan dan kebersihan area kewanitaan sejak dini dan bukan untuk orang lain melainkan untuk diri sendiri, “Mama itu tidak pernah lupa mengingatk­an saya untuk melindungi tubuh, terlebih lagi kebersihan dan kesehatan area kewanitaan. Kecantikan itu tercipta dari dalam, kalau segala organ tubuh di dalam ini sehat, pasti akan terpancar hingga keluar. Begitu juga saya ke Shakira, saya bilang semua yang kita rawat ini adalah untuk diri sendiri, untuk sekarang hingga masa depan.”

“ANAK ZAMAN SEKARANG MENDAPAT PENDIDIKAN DARI SELURUH DUNIA. KALAU KITA TIDAK TAHU APA YANG MEREKA PELAJARI, LANTAS SIAPA YANG MEREKA AJAK BICARA?”

— Shelomita Diah

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia