SINERGI DUA DIMENSI
INTEGRASI ANTARA DUNIA FASHION DAN beauty SEMAKIN TERASA PEKAT, BAIK SEBAGAI KOLABORASI, EKSPLORASI, MAUPUN AKTUALISASI SEBUAH brand. YUDITH KINDANGEN MENGULIK AKAR KEDUANYA BERSINERGI.
INTEGRASI ANTARA DUNIA FASHION DAN beauty SEMAKIN TERASA PEKAT, BAIK SEBAGAI KOLABORASI, EKSPLORASI, MAUPUN AKTUALISASI SEBUAH brand.
Roda mode terus berputar. Ada masa ketika kemewahan dan sesuatu ‘berkelas’ disimbolkan dengan terpampangnya label dan logo pada produk luks. Apalagi melihat era digital sekarang ini. Realitas baru pun menjadi faktor penentu kesuksesan. Kekuatan daya beli dan status seseorang kini dapat dengan mudah diperlihatkan secara gamblang. Maraknya media sosial yang menuntut kebaruan secepat jemari menggeser laman Instagram, semakin mengakselerasi sebuah brand maupun konsumen mode untuk selalu mengikuti zaman. Tak mengherankan jika setiap kreator di industri fashion seakan berlomba untuk eksplorasi dunia yang lebih komersial tanpa harus mengkompromikan idealisme. Inilah fenomena dalam industri fashion sekarang. Keputusan untuk menawarkan ide-ide baru dan menjual banyak produk menjadi cara jitu bagi desainer rumah mode maupun usaha retail raksasa. Brand dengan engagement lebih tinggi di Instagram, cenderung mampu meningkatkan penjualan online lebih cepat ketimbang mereka yang tidak sama sekali. Lantas, apakah ini menjadi
indikasi banyaknya rumah mode melakukan ekspansi dalam bisnis? Memenuhi tuntutan konsumen akan segala sesuatu yang serba baru, cepat, dan opsi yang variatif, tak pelak menjadi wajar bagi para pelaku mode dunia. Pendekatan yang lebih subtil dan riset pun dilakukan. Aksi untuk mulai merambah ke usaha lain semakin lantang diserukan. Salah satunya, menyelami industri kecantikan. Tentu saja hubungan antara fashion dan beauty bukanlah hal yang baru. Melihat kedua dunia yang rasanya berbeda ini, nyatanya tak bisa dipisahkan. Justru mereka saling menguntungkan dan menginspirasi satu sama lain. Peleburan antara fashion dan beauty terlihat jelas sebagai salah satu strategi pemasaran yang memiliki hubungan jangka panjang. Bahkan sebelum media sosial memprovokasi kehidupan, meluncurkan koleksi parfum menjadi langkah awal bagi sebagian besar label mode desainer yang ingin berekspansi ke ranah kecantikan. Jika tidak, mereka akan mulai mencobacoba kosmetik melalui rute kolaborasi yang tidak terlalu berisiko, bekerja sama dengan merek-merek makeup ternama. Lancôme, misalnya, bekerja sama dengan desainer seperti Alber Elbaz, Alexandre Vauthier, Jason Wu, Anthony Vaccarello, Sonia Rykiel, dan Olympia Le-tan untuk jajaran kosmetik yang berorientasi pada fashion. Sementara M.A.C memiliki banyak momen bersejarah dengan desainer, seperti kolaborasi Alexander Mcqueen bersama penata rias Charlotte Tilbury untuk pergelarannya di musim gugur 2007.
Kemudian Proenza Schouler melakukan eksperimen kosmetik pertamanya dengan M.A.C pada tahun 2014. Sementara Jeremy Scott dari Moschino menggandeng retail Sephora demi mencapai kualitas terbaik. Koleksi makeup yang jenaka dengan ikon beruang yang menjadi kebanggaan Moschino hadir menggemaskan. Ini mungkin evolusi logis bagi pikiran kreatif di balik para brand fashion yang ingin masuk ke dalam industri rias wajah. Namun tidak berlaku untuk rumah mode legendaris, seperti Chanel, Dior, dan Yves Saint Laurent. Ketiganya telah lebih dulu mengambil langkah dan sukses memproduksi makeup sekaligus parfum jauh sebelum era digital sekarang ini. Inovasi paling anyar pun terus dikembangkan untuk memastikan rangkaian produk beauty ketiganya menarik bagi pembeli milenial. Kini, wanita tidak lagi ragu mencoba produk kecantikan, karena mereka tahu dapat menemukan jawabannya di media sosial. Aksesibilitas turut menjadi faktor penting yang mendorong label-label besar untuk bekerja sama dengan influencer, ketimbang dengan selebriti konvensional. Hubungan antar influencer dan konsumen terasa lebih erat dan dianggap penting. Tingginya kepercayaan para konsumen kepada sang influencer, layaknya mendengarkan rekomendasi seorang sahabat. Pilihan produk dari jajaran kosmetik berwarna yang Instagrammable juga makin semarak. Menyusul peluncuran akun resmi @chanel.beauty, @yslbeauty, dan @diormakeup yang menampilkan konten produk kecantikan serta kampanye mereka terkini. Sederet rumah mode dunia pun gencar untuk terjun dengan lini kosmetik maupun parfum. Di antaranya, yaitu rumah mode asal Italia yang didirikan oleh Giorgio Armani merilis Armani Beauty. Kemudian Burberry di tahun 2010, Tom Ford di tahun 2011, dan Marc Jacobs yang telah lebih dulu merilis koleksi parfum, namun di tahun 2012 hadir meresmikan label baru Marc Jacobs Beauty. Baru-baru ini, rumah mode asal Prancis, Hermès, juga mengumumkan akan merilis koleksi makeup dan skincare pada tahun 2020 mendatang. Sebetulnya ini bukan hal yang baru bagi Hermès di dunia kecantikan. Ia telah lama memiliki koleksi wewangian dan produk perawatan kulit. Namun gebrakan mutakhir, ia coba translasikan untuk para beauty junkie, bahwa produk kecantikannya akan menggunakan kemasan bebas plastik. Tentu melihat simbiosis kedua dunia ini, memberikan gairah baru. Definisi yang melekat pada brand fashion tak lagi sebagai pencipta tren busana dan aksesori, namun kini meluas dengan ragam produk beauty yang mampu membius hati wanita dan mengumpulkan begitu banyak pemuja setia.