Ode Tiga Dekade
DIDI BUDIARDJO MEMBUKA CAKRAWALA CINTANYA TENTANG CITA RASA DAN CITRA KARYANYA SELAMA 30 TAHUN MELALUI SEBUAH PERGELARAN SELEBRASI. OLEH YUDITH KINDANGEN
Tiga puluh tahun kerap menjadi angka istimewa dalam sebuah perjalanan usia. Angka itu dianalogikan sebagai mutiara yang bersinar setelah melewati berbagai proses hidup. Angka hampir separuh abad itu kerap pula dijadikan momentum untuk kembali menyambangi titik di mana perjalanan diawali. Itu pula yang dilakukan Didi Budiardjo kala merayakan usia 30 tahun perjalanannya di ranah mode Tanah Air. Akhir Maret lalu didedikasikan oleh Didi Budiardjo sebagai perayaan eksistensinya melakukan perjalanan kreatif merancang busana. Ia menghelat sebuah pergelaran tunggal di The Opus Grand Ballroom The Tribrata, Jakarta. Tak hanya sekadar presentasi, perjamuan makan malam pun disajikan sebelum peragaan dimulai. Selama 30 tahun Didi Budiardjo berkarya, ciptaannya selalu dikenang karena berkarakter kuat. Ia berhasil merebut banyak hati pencinta mode. Maka tak heran jika area ruangan dipenuhi para tamu undangan yang tak sabar menyaksikan momen selebrasi ini. Ketika mulai memasuki ruang peragaan, para tamu undangan akan disambut dengan nuansa merah yang memesona. Dari semarak bunga mawar yang menggantung ke bawah hingga karpet merah yang menyelimuti panggung peraga, rasanya seperti memasuki atmosfer baru. Terlahir Kembali menjadi tajuk pergelaran ini. Didi ingin merefleksikan kecintaannya pada setiap karya sejak pertama kali merancang di tahun 1989 hingga sekarang ini. Kontemplasi akan cita rasa puitisnya dengan sentuhan penuh elegansi diolah secara
sempurna. Bentuk struktural yang sejalan dengan gelora mode era '80-an dipadu bersama semangat mode yang tengah bergaung. Selebrasi mode Didi Budiardjo ini pun dibuka dengan penampilan tujuh rancangan busana wanita berwarna cokelat yang berkolaborasi bersama Alleira Batik, sematan aksesori dari Rinaldy A. Yunardi, dan tata rias wajah dari LT Pro Professional Makeup. Barulah koleksi utama mulai ditampilkan. Permainan tata lampu serba merah dan sorot cahaya membuka pergelaran Didi Budiardjo yang menggelorakan koleksi gaun berkerah mandarin. Permainan detail terlihat cukup maksimal diterapkan di antara pendaran warna busana. Ruffles dan draperi serta rumbai yang menjuntai memberi dimensi yang manis pada koleksi teranyar Didi Budiardjo, mulai dari gaun-gaun koktail, siluet oversized dan volume yang dramatis, ornamen besar seperti simpul pita di bagian leher, hingga lengan bouffant aristokratis. Elemen lain seperti materi sutra, motif print atau warna berani, hingga aksentuasi busana yang menggunakan bulu ikut hadir mencuri hati. Lace yang diperkaya dengan ornamen atau juga bahan sequin tampil menyuguhkan kemewahan sekaligus kesan sensual. Ada pula tawaran menggoda dari bahan jacquard yang kokoh serta tekstil mengilap dalam teknik jahit tanpa cela, sehingga tercipta koleksi yang begitu melodramatis. Referensi rasa cinta dari sang desainer tersebut melahirkan suguhan baru bernuansa masa kini dalam alur rancangan eksploratif yang khas. Tangan dinginnya melahirkan lebih dari 30 busana yang didominasi kilau keemasan dan rona merah merona yang semakin mengundang decak kagum. Rancangan ball gown putih pun muncul sebagai puncak koleksi yang memukau. Tiba pada penghujung pergelaran, sebuah logo baru menandai Didi Budiardjo yang telah terlahir kembali. Mengusung gaya minimalis namun tetap tegas dan mudah melekat diingat, logo baru yang diperkenalkan tersebut merupakan hasil kolaborasi Didi dengan desainer visual Felix Tjahyadi. Lewat momen spesial ini, desainer terbaik Tanah Air sekaligus Creative Consultant di Harper's Bazaar Indonesia, juga ingin mengajak para penggemar busananya untuk dapat mengarungi dunia cinta milik seorang Didi Budiardjo.