Editor’s LETTER
Bulan September yang lalu saya hadir di fashion week S/S 2020 New York dan Paris, memenuhi undangan Michael Kors, Givenchy, dan Hermes. Saya melihat beberapa key looks baru, seperti munculnya bermuda. Tetapi tetap ada benang merah dari koleksi sebelumnya. Givenchy misalnya. Suit separates menjadi signature sekaligus salah satu key look, baik di musim yang lalu maupun di musim ini. Bila musim lalu Clare Waight Keller menoleh tahun ‘40-an yang lebih feminin, tahun ini ia membuat siluet yang lebih lurus dengan menghadirkan bermuda sebagai pasangan jaketnya (halaman 74). Print selalu muncul di koleksi musim semi. Tahun ini yang mendominasi adalah motif-motif flora fauna, seperti yang diangkat oleh Burberry, Fendi, Givenchy, Michael Kors, dan Valentino (halaman 62). Michael Kors mengeluarkan motif cherry dan lemon yang riang selain motif picnic gingham (halaman 77).
Edisi fashion kali ini juga membuka ruang bagi kami untuk melihat lagi perubahan penting yang sedang terjadi. Editor fashion senior kami, Gusti Aditya, menuangkan fakta bahwa fashion sedang menciptakan platform yang netral bagi berbagai gender (halaman 60). Beberapa waktu yang lalu saya berjumpa dan berbincang dengan Dian Sastrowardoyo dan Reza Rahadian, aktris dan aktor terbaik kita. Passion, spirit, dan pemikiran mereka dalam melihat industri film membuat saya semakin yakin bahwa mereka tokoh yang tepat untuk saya undang sebagi editor tamu di edisi film yang memang sudah direncanakan. Di sini Dian, dengan melibatkan Ketua FFI (Festival Film Indonesia), Lukman Sardi dan fotografer Hakim Satriyo, memilih dan mengumpulkan sejumlah aktris dan aktor berprestasi, dalam sebuah scene pemotretan (halaman 102). Ia juga berbincang dengan Lukman Sardi tentang perkembangan film Indonesia di matanya (halaman 112).
Sementara Reza ingin menelusuri industri perfilman Indonesia dari kacamata pelaku-pelaku di belakang layar. Ia berbincang dengan Presiden/ceo XXI, Hans Gunadi, produser/sutradara, Ifa Isfansyah, produser, Manoj Punjabi, dan sutradara/penulis, Yandy Laurens (halaman 92). Lalu ia mengangkat pula perempuan-perempuan hebat di balik sinema Indonesia seperti Anggi Frisca, Chelsea Islan, Gina S.noer, Meiske Taurisia, dan Mouly Surya (halaman 118) Penghargaan terhadap perempuan selalu dirayakan di bulan Maret.
Kali ini kami mengundang Kartika Jahja, seorang penyanyi/penulis lagu yang giat menyuarakan kesetaraan gender dan pernah menjadi satu di antara “BBC 100 Women”, deretan 100 perempuan inspiring dan berpengaruh di dunia. Ia yang juga adalah penulis ini, menarasikan tentang gerakan Women’s March dan memberikan pemikirannya akan pentingnya sebuah gerakan untuk membela hak-hak perempuan (halaman 98).
Tak ada salahnya untuk memperingati hari perempuan sedunia dengan perayaanperayaan, tapi ini saatnya kita berpikir apakah kita sudah melakukan perubahan untuk diri kita maupun untuk perempuan lain?