Arah Seni Dua Era
SOPHIE DELAFONTAINE MEMADUKAN DUA ERA DI DALA M KOLEKSI LONGCHAMP SEM BARI MENY UNTIKKAN EKSPRESI M USIM IN I, WAR OLEH NA DARI SEORANG SENIMAN FEMINIS GUSTI ADITYA
Saya seorang pria yang mendaulat diri saya sebagai seorang feminis, dan menjadi seorang feminis tidak harus dibatasi oleh gender. Berangkat dari hal ini, berujung pada cara saya memandang sesuatu, melihat kebudayaan, lingkungan masyarakat, hingga mengagumi karya seni. Alhasil, saya ‘tersulut’ ketika melihat karya-karya seniman yang mengangkat isu gender dan wanita. Salah satu yang rajin mengetengahkan ide tersebut adalah Judy Chicago. Wanita yang telah menginjak usia 80 tahun ini terkenal akan instalasi seninya yang bertema kelahiran dan imaji penciptaan, sehingga acap kali terdapat telaah ulang peran wanita di dalam sejarah dan budaya. Ciri khas pada karyanya dapat dijumpai pada goresan yang fluid dalam koridor psikedelik. Rupanya hal yang sama menggelitik Sophie Delafontaine dalam menciptakan rangkaian koleksi Longchamp Spring/summer 2020 ini. Ia terbayang kembali akan karya Judy yang bermain dengan warna, hingga ia mempersembahkan perjalanan matahari dari fajar hingga senja.
Bersama tamu spesial lainnya, saya berkesempatan menyaksikan langsung koleksi ketiga Longchamp melansir karyanya di New York, yang turut ditegaskan di angka tiga pada sebuah tag di duffle bag sebagai kenang-kenangan. Musim kali ini mencatat sebuah memori tersendiri bagi saya, sebab label asal Prancis ini mengetengahkan pergelarannya di Hearst Plaza, Lincoln Center. Mengelilingi sebuah kolam persegi dengan sepasang sculpture abstrak di tengahnya, benar-benar mengisyaratkan arah Longchamp kali ini, sesuatu yang artistik. Melalui ini, sang direktur kreatif berusaha memvisualisasikan tampilan para wanita yang melalui harinya, pas di setiap agenda, ia juga memadankan potongan-potongan yang meresonansikan gaya aktifnya, atau sebut saja on-the-go lifestyle, namun secara bersamaan juga tetap berpegang teguh pada elemen sophisticated ala wanita Paris.
Tak seberapa lama saya menempati bangku yang disediakan, musik yang dipandu oleh Michel Gaubert mulai terdengar sayup-sayup, seolah penanda bagi para model untuk siap melangkahkan kakinya. Model pertama muncul dalam balutan jacket dress berwarna hitam dengan dalaman putih, ia adalah Kaia Gerber putri dari supermodel Cindy Crawford. Saya terpaku pada sepatu yang dikenakannya, sepatu yang disebut sebagai knitted boxing shoes, alas kaki hybrid yang memadukan gaya sporty khas sneaker dan sepatu bot yang tingginya tak menjangkau lutut. Kaia nampak
mengenakannya dengan nyaman. Meski dimulai dengan tiga look pembuka yang didominasi warna hitam, ternyata tampilan berikutnya dipenuhi oleh warnawarni, motif garis-garis, dan print yang mengembuskan atmosfer musim panas secara nyata. Di sinilah Anda akan mulai merasakan kehadiran Judy Chicago sebagai inspirasinya. Warna-warna yang akan menyapa adalah warna pastel mulai dari dari warna hijau jade, aprikot, hingga turquoise, diolah “pudar” seakan telah berinteraksi panjang dengan sinar matahari. Di dalam pengamatan saya, terdapat ragam gaya yang dipresentasikan Sophie, rupanya ia memang mengangkat dua era di waktu yang bersamaan, yaitu periode ’70-an dan ’90-an. Keduanya berpadu menawan menghasilkan gaya yang dinamis dan segar, sebuah ode pada musim panas di concrete jungle. “Ini semua tentang karakter dan wanita, saya senang memadupadankan leather dan nilon, dua hal penting di Longchamp. Saya senang menggabungkan era seventies dan nineties, tahun ’70-an dibuat kontemporer, saya suka sentuhan feminin namun juga grafis,” ungkap Sophie. Hal itu terlihat pasti, misalnya di beberapa look terdapat rok atau celana pendek high waisted yang memberikan keleluasaan bergerak tak terelakkan. Di wujud lain, hadir rok panjang super feminin yang ditorehkan oleh appliqué flora cantik mendominasi permukaannya, namun tetap bersanding dengan crop top berbahan nilon dengan zipper untuk menggarisbawahi sentuhan aktif. Di dalam 40 rangkaian busana ini, tak akan ada pilihan busana yang benar-benar tertutup, Anda harus memilih, rok panjang dengan lengan terbuka, atau lengan tertutup dengan rok/celana super pendek. Ada satu yang cukup tertutup, namun diciptakan dengan material menerawang berhias appliqué flora. Berbicara bahan, ada peran sutra dégradé, yang membuat pemakainya melangkah ringan dalam balutannya, sehingga sukses menawarkan kesan feminin tanpa perlu usaha berlebih. Keseluruhan koleksi ini juga turut mendapat sambutan positif dari Kendall Jenner ketika saya berbincang dengannya di belakang panggung usai show. “Menurut saya, Longchamp sangat cool, young, dan chic, dan well travelled. Dan hal ini sangat relevan buat saya. Koleksi kali super menawan, salah satu favorit saya, bright dan happy, serta sporty dan chic. Saya jatuh hati pada tampilan yang memadukan atasan warna ungu bergaris-garis dan celana pendek berwarna cokelat. Sungguh manis,” tutupnya.
Sederet busana tersebut juga didukung oleh kehadiran aksesori yang tak kalah memesona, apalagi perlu diingat jika label kelahiran tahun 1948 ini memang memiliki reputasi tinggi dalam menciptakan tas dan aksesori lainnya. Le Pliage ikonisnya turut disorot menemani langkah para model, namun kali ini ia didesain super kecil, alias versi nano yang mengekspresikan pernyataan tersendiri. Ada pula reinterpretasi tas Roseau dengan top handle yang sleek dengan motif dan warna berbedabeda, kehadirannya turut sukses mengembuskan aroma musim panas yang lebih segar.