Harper's Bazaar (Indonesia)

American Dream

UNTUK KOLEKSI MUSIM SEMI 2020, MICHAEL KORS BERCERITA TENTANG OPTIMISME DAN SPIRIT POSITIF. TENTANG American dream. OLEH RIA LIRUNGAN.

-

Puluhan pohon berjajar menaungi tempattemp­at duduk yang disediakan bagi tamu-tamu terpilih Michael Kors Spring/summer 2020 yang seluruhnya menjadi front rowers. Tempat bersejarah The Brooklyn Navy Yard yang merupakan kawasan industri dan pergudanga­n menjadi venue yang tepat kali ini. Bukan saja karena ceiling super tinggi yang memadai untuk mengakomod­asi pohon-pohon asli itu, tetapi juga unsur historis yang mau diusung oleh sang desainer.

Brooklyn ternyata menjadi tempat bersejarah bagi nenek buyutnya, yang baru ia ketahui belakangan. Sebagai keturunan imigran ia baru menyadari kalau ia ternyata tidak mengetahui tentang sejarah keluargany­a.

Awalnya ia melakukan tes DNA, bahkan dua kali setelah diberi oleh Gigi Hadid sebagai hadiah Natal. Hasilnya mendorong ia dan Lance Lepere, suaminya, melakukan pencarian di Ellis Island, di mana ia menemukan bahwa nenek buyutnya bermigrasi dengan kapal laut di usia 14 tahun. American dream seorang gadis yang hanya membawa sepuluh Dolar di kantungnya, berangkat dari Polandia menuju

daerah impiannya, Brooklyn. “Baginya Brooklyn pada saat itu mungkin seperti Shangrila,” kata Michael. Di sinilah filosofiny­a tentang optimisme berawal. Terinspira­si dari sang nenek yang tidak berpendidi­kan, tidak memiliki uang dan latar belakang, bisa membangun keluarga dan bisnis di negeri barunya. “My great grandmothe­r was an optimist, I’m an optimist,” katanya. Koleksinya adalah tentang hal itu dan tentang Amerika. Saya yang saat itu hadir bersama Isyana Sarasvati, mulai merasakan spiritnya ketika lagu American Pie mulai berkumanda­ng, dibawakan oleh The Young People’s Chorus of New York City. Salah satu spirit

Amerika yang ia highlight adalah sportswear. “Amerika adalah tempat lahirnya sportswear, di sini bukan asalnya ballgown. Anda harus mencarinya di Paris,” ia menjelaska­n. Koleksinya berupa celana panjang berpotonga­n longgar dengan motif pinstripe dipadu dengan pullover juga dengan aksen garis. Di samping itu sebuah cashmere top dengan tulisan “Hate” yang dicoret, menjadi statement-nya akan optimisme dan semangat positif.

Di sini diinjeksi pula unsur nautical: warna merah, biru, dan putih, serta bordir emas dan studded berbentuk jangkar.

Elemen metal dalam bentuk studded banyak ditampilka­n termasuk juga star studded. Sebuah representa­si unsur punk yang dipasangka­n dengan gaya prep. Seperti pada argyle sweater dengan studded epaulette yang dipadu dengan celana longgar dan rok pleated.

Gaya prep juga menarik ketika red sweater dipadu dengan short bermotif cherry. Atau pullover putih dengan aksen merah hitam dipadu dengan rok bermotif gingham.

Motif kotak-kotak picnic gingham, bersamasam­a dengan motif cherry, polkadot menjadi bumbu yang menebarkan unsur riang pada koleksi kali ini.

Begitu juga pada rompers. Koleksi yang diinspiras­i dari baju bermain anak-anak ini, salah satunya muncul dalam motif polkadot dengan siluet pinggang yang feminin ditabrakan dengan bentuk bahu yang tegas. Sementara versi lainnya muncul dengan bahan mengilap, sebuah dikotomi antara siluet yang relaks dengan kemasan yang luks.

Koleksi Michael Kors adalah juga tentang suit. Itu adalah

fortenya. Untuk koleksi kali ini ia melihat kembali era tahun ‘40-an. Saat itu banyak wanita Amerika yang bukan saja mengurus keluarga tetapi juga harus bekerja di pabrik, karena para prianya berada di medan perang. Mereka sangat feminin tapi sekaligus juga kuat. “You start to see the whole idea of tailoring and jacket,” katanya. Inilah era power suit dan uniform dressing. “Saya sebut a rule breaker. Masa itu ada Catherine Hepburn, yang mengawali penggunaan celana panjang yang sebelumnya dianggap tabu,” tambahnya. Tampak pada koleksi houndstoot­h pantsuit yang maskulin tapi sekaligus feminin berkat potongan pinggangny­a. Bahu kokoh berpadu dengan elemen yang lembut, juga muncul pada cropped Spencer jacket yang dikenakan dengan rok ruffles. Romantisis­me tahun 1940-an yang ditransfor­masi ke dalam siluet yang lebih kini.

Siluet romantis menjadi penutup koleksinya berupa gaungaun berlengan panjang penuh dengan aksen metalik.

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia