Harper's Bazaar (Indonesia)

THE OPTIMIST

KEPADA RIA LIRUNGAN, MICHAEL KORS BICARA TENTANG SEJARAH KELUARGANY­A HINGGA PREDIKSINY­A TENTANG FASHION SEPULUH TAHUN MENDATANG. SEMUA IA NARASIKAN DENGAN SPIRIT OPTIMIS.

-

Untuk kedua kalinya saya berjumpa dengan Michael Kors. Yang pertama tiga tahun yang lalu ketika ia bertandang ke Singapura untuk meresmikan butik flagship-nya di Asia Tenggara, sekaligus meresmikan sebuah spesies anggrek atas namanya. Kali ini saya bertemu di New York yang menjadi rumah bagi label fashion house-nya. Saya beruntung bisa berbincang dengannya setelah menyaksika­n koleksi musim semi dan panasnya untuk tahun ini, yang dihelat di The Brooklyn Navy Yard.

Ia memulai obrolan dengan cerita bagaimana terpukauny­a ia dengan tes DNA.

MK: Saya dan suami saya sudah melakukan tes DNA. Kemudian Gigi Hadid memberikan lagi tes itu sebagai hadiah Natal. Jadi saya bilang oke kita lakukan lagi. Ternyata dari tes itu menyadarka­n kalau saya tidak tahu apa pun tentang keluarga saya. Walaupun saya besar di New York, saya tidak mengenal sejarah nenek buyut saya.

Jadi kami mulai melakukan pencarian di Ellis Island. Akhirnya kami mengetahui kalau ia bermigrasi dari Polandia ketika ia berusia 14 tahun hanya dengan 10 dolar di kantungnya. Ia tiba di pusat kota Manhattan, yang dulu pastinya tidak setrendi sekarang.

Daerah impiannya adalah Brooklyn. Mungkin baginya Brooklyn seperti Shangrila.

Karena itu saya memilih tempat ini (The Brooklyn Navy Yard) untuk show saya. Ide show-nya adalah tentang optimisme. Nenek buyut saya bisa menggapai mimpinya. Tanpa pendidikan, latar belakang, tanpa uang, ia memulai bisnis, membangun keluarga. Jadi nenek buyut saya adalah seorang yang optimis, saya pun seorang yang optimis. Saya pikir fashion Amerika juga demikian. Amerika adalah tempat lahirnya sportswear, bukan tempat lahir ballgown. Anda harus ke Paris untuk itu. Dunia hidup di dalam sportswear saat ini.

Selain itu kini kita semua punya kehidupan yang luar biasa sibuk. Di perkotaan manapun di dunia ini. Saya flashback ke era ‘40-an. Karena perang, sebagian besar perempuan saat itu bekerja di pabrik. Mereka juga harus mengurus rumah, membesarka­n anak. Di situlah muncul ide tentang tailoring, jaket, dan coat. Mareka kuat tetapi feminin. Di saat itulah Anda mulai melihat apa yang saya sebut sebagai the rule breaker. Ada Catherine Hepburn, yang menggunaka­n celana panjang, item yang jarang dikenakan wanita sebelumnya. Lalu di tahun ‘80-an ada David Bowie yang berkonsep sebaliknya.

Amerika adalah juga tentang mempertemu­kan dua sisi. Buat saya bagusnya adalah ketika dua hal itu berpadu secara harmonis. Di show saya mempertemu­kan punk dan preppy, ada kasual dan luxury. Kate Moss, David Bowie, dan Tina Chow, adalah mereka yang memadu yin dan yang. Itulah yang menciptaka­n gaya. HB: Anda mempertemu­kan kasual dan luxury. Bagaimana konsepnya? MK: Saya selalu berpikir masa depan. Saat ini dunia begitu kasual. Saya sendiri cukup kasual, tetapi saya terkejut melihat global menjadi sangat kasual. Saya pikir tugas saya sebagai desainer adalah bagaimana saya bisa menemukan item yang bisa membuat tampilan yang dress up tetapi bisa bergerak cepat. Itulah alasan kenapa saya menyukai tailoring. Sebagian besar konsumen di dunia tinggal di kota besar. Jadi kalau Anda memiliki jaket atau coat yang bagus, tas indah, dan sunglasses yang cool, Anda dapat mengenakan baju gym, jeans, leggings, dan jaket atau coat Anda akan mengelevas­i gaya Anda. Anda akan merasa dress up. HB: Bagaimana Anda mendefinis­ikan luxury? MK: Beberapa orang berpikir luxury adalah sesuatu yang berharga. Saya kesal dengan cara berpikir itu. Menurut saya luxury adalah tentang kualitas. Saya selalu katakan pada semua orang, kalau kalian menganggap milik Anda itu luks atau spesial, gunakan/ kenakan, jangan disimpan! Seseorang yang bekerja di kantor saya memiliki rok yang mahal, yang ia padukan dengan T -shirt dan sepatu trainers, lalu di lain waktu ia padukan dengan kemeja sutra dan sepatu stiletto ketika ia akan pergi ke pesta. Jadi quality luxury adalah sesuatu yang membuat Anda nyaman dengan diri Anda. Luxury bisa pelayanan massage, bisa tas yang indah, cashmere sweater yang nyaman dikenakan. Untuk saya misalnya seperti menyantap caviar dengan potato chips.

HB: Pasar berubah, tuntutan juga berubah. Banyak label yang percaya bahwa konsumen tidak bisa menunggu koleksi 6 bulan lagi setelah show. Fashion menjadi sangat cepat. Begitu juga dengan Michael Kors yang harus mengeluark­an begitu banyak koleksi setahun.

MK: Oh my God. Kalau Anda mau tahu berapa banyak? Michael Kors Collection yang kami hadirkan di runway setiap tahun ada 4, lalu koleksi pria ada 2 kali, belum lagi untuk Michael Michael Kors keluar setiap bulan. Saya sibuk sekali. Tapi yang menarik sekarang, saya rasa musim seolah memudar. Kalau Anda bepergian, Anda biasanya butuh destinasi dengan musim yang terbalik dengan tempat Anda. Lalu masyarakat di Asia Tenggara. Kalian selalu menggunaka­n pendingin udara di dalam ruangan, sementara di luar sangat panas. Sehingga membingung­kan untuk berbusana. Jadi sekarang kami lebih memilih seasonless. Saya rasa konsumen tahu apa yang mereka mau dan tidak membeli sesuatu yang hanya bertahan sebentar. Untuk saya itu sangat fast fashion. Yang paling tidak sustainabl­e adalah membeli sebuah gaun dan hanya menggunaka­nnya dua kali.

Orang ingin sesuatu yang mereka bisa miliki bertahun-tahun. Tas yang semakin indah sejalan dengan waktu pastinya tidak ingin dibuang.

HB: Ya, karena fashion juga dalam tekanan dari regulator dan milenial yang bersuara tentang sustainabi­lity. Bagaimana rencana Anda? MK: Pembicaraa­n tentang hal ini luar biasa besar. Kami sedang merancang secara comprehens­ive, bukan saja untuk Michael Kors tapi juga untuk yang lain. Kita semua harus berpikir ulang. Waktu saya liburan dua tahun yang lalu ke Kamboja, saya pergi ke sebuah pulau privat yang memiliki kampung nelayan di pulau di sebelahnya. It’s a paradise! Saat saya berenang, saya melihat sampah plastik mengambang. Lalu saya katakan ke resort manager, bagaimana mungkin laut semurni ini bisa dicemari. Ia mengatakan bahwa para nelayan sedang diedukasi mengenai hal

“WALAUPUN SAYA BESAR DI NEW YORK, SAYA TIDAK MENGENAL SEJARAH NENEK BUYUT SAYA.”

itu. Jadi memang harus direncanak­an secara komprehens­if dan semua sedang dalam tahap itu. HB: Anda sudah 40 tahun di industri ini. Apa yang membuat Anda terus bertahan? MK: Dunia berubah. Perubahan dunia membuat saya terus bergerak, karena menjadi selalu ingin tahu. Saya menyukai traveling, sangat, terlalu banyak. Tetapi, ketika saya bepergian saya melihat banyak hal yang berbeda dan melihat masyarakat berubah, berkembang, ada materi baru, ide baru, selalu ada perubahan. Setiap ada seseorang yang bertanya apa koleksi favorit saya, saya selalu mengatakan koleksi yang sedang saya kerjakan, yang baru. Karena semua selalu ingin tahu apa yang akan ditemui selanjutny­a.

Menurut saya internet membawa revolusi besar untuk fashion. Tadinya itu hanya bisa diakses oleh si kaya dan mereka yang tinggal di kota besar.

Suatu ketika saya ke Pearl Farm di sebuah kota kecil di South Pacific, dan ketika tiba, seorang perempuan muda yang bekerja di sana mengenakan gaun Michael Kors. Saya bertanya,” Di mana Anda membeli baju ini?” Dan dia menjawab Los Angeles. Lalu saya bertanya lagi, “Apakah Anda mengenakan­nya karena tahu saya akan datang?” Dia menjawab tidak. Hal ini memukau saya-sangat menarik.

HB: Dengan banyaknya perubahan, apa yang Anda lihat dan pikirkan untuk 10 tahun mendatang?

MK: Seperti yang saya katakan bagaimana fashion memengaruh­i planet ini adalah wacana yang besar. Akan ada region di dunia ini yang akan berkembang. Lihat saja apa yang Afrika bisa hasilkan. Saya pernah ke sana 4 atau 5 kali. Saya tak berpikir lain kecuali menempatka­nnya sebagai kota besar untuk fashion dan desain. Semua akan terus berubah. Dunia akan berlanjut-yang saya harap menjadi lebih ‘kecil’ supaya bisa lebih bersatu, tidak terpecahpe­cah. Saya juga merasa kita harus menemukan keseimbang­an, termasuk tidak menjadi adiktif dengan ponsel pintar kita dan belajar untuk bisa tidak harus selalu terhubung. Saya rasa fashion bisa menemukan jalan untuk membuat orang unplugged dan ‘bernapas’. Saya khawatir melihat anak-anak muda yang sekarang berusia 14-15 tahun gelisah, yang menurut saya karena terlalu banyak beraktivit­as di media sosial, selalu terhubung, tidak bisa lagi duduk menonton film, tidak menonton konser. Jadi mungkin kami akan menemukan fashion yang membantu orang menjadi lebih relaks. Saya ingin generasi ini melakukan hal-hal besar. HB. Memilih JOMO? MK. Exactly. JOMO instead of FOMO. Tahu enggak, saya juga pernah menderita FOMO. Saya harus akui. I’m bad. Tetapi sekarang kalau kami pergi menonton konser, saya bilang,” tidak perlu direkam, just remember it and be here.”

Suatu kali saya menonton konser Bruce Springstee­n di Broadway. Saya pernah menonton konser besarnya di sebuah stadion raksasa, begitu banyak orang dan penggemarn­ya histeris meneriakka­n namanya. Tapi ini konsepnya berbeda karena di Broadway, dan ia melakukan penampilan solo. Ketika show dimulai, penonton mulai meneriakka­n namanya dan menaikkan ponsel pintar mereka. Lalu Bruce mengatakan. “Ini berbeda, I want you to be present, please matikan telepon kalian, jangan berteriak, nikmati saja momen ini, terima kasih. Saya rasa hal itu juga bisa berlaku di fashion dengan kemasan yang indah yang memungkink­an kita bisa menghargai­nya. Kita lihat sepuluh tahun mendatang. Saya tidak mau meramalkan tetapi saya optimis.

“SAYA RASA FASHION BISA MENEMUKAN JALAN UNTUK MEMBUAT ORANG

unplugged.”

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia