IN REAL LIFE OLEH DAVE HENDRIK
ANGKA MEMBERIKAN KEPASTIAN TERUKUR TERHADAP JATI DIRI MANUSIA. TAHUN KELAHIRAN MENJADI INDIKASI KEBIJAKSANAAN HIDUP, ANGKA KEKAYAAN MENUNJUKKAN KELAS SOSIAL, DAN KINI, JUMLAH likes DAN followers DI MEDIA SOSIAL MENENTUKAN KETENARAN. UNTUK KEBAHAGIAAN HIDU
Menyaksikan film La Dolce Vita yang ditulis dan disutradarai oleh Federico Fellini di tahun 1960 sebagai bagian dari Plaza Indonesia Film Festival ke-8 menyisakan pertanyaan yang sama untuk saya. Fame and fortune, has it ever enough to guarantee our happiness? Film sindiran yang menggambarkan kehidupan kaum elit di Italia yang begitu bebas penuh pesta pora glitterati tak berbatas selama tujuh hari tujuh malam melalui kacamata tokoh utamanya, seorang jurnalis kolom gosip dianggap sebagai salah satu film paling berpengaruh di masanya dan kini. Terlepas dari teknik keindahan pengambilan gambar, film ini mempertanyakan apa sebenarnya yang paling membuat manusia bahagia. Topik yang masih relevan hingga kini. Apakah setelah melewati usia 60 tahun manusia masih berputar di masalah yang sama? Mengejar kekayaan dan popularitas namun tak juga menemukan arti dan sumber bahagia.
Seorang teman menyatakan dirinya tak bahagia dan memutuskan untuk tidak lagi mengikuti saya di media sosial. Dengan alasan yang sangat sederhana, sirik melihat pekerjaan yang sering saya bagikan di akun saya. Ia yang tampak selalu riang dalam semua foto yang diunggahnya, ia yang miliki ratusan ribu followers, sirik melihat pekerjaan saya yang tak seberapa ini? IRL, in real life, kita tak dapat menyembunyikan air mata di balik senyum ceria foto unggahan sempurna ala Instagram. Di kehidupan digital semua tampak bahagia, semua sibuk membangun portofolio feed kehidupan bahagia, banyak yang lupa meluangkan waktu yang sama untuk membina hubungan dengan sesama manusia dalam kehidupan nyata. Tidak, ini bukan sindiran pada sosok dengan
ratusan ribu followers di Instagram namun hanya memiliki empat orang yang mau datang ke pesta ulang tahunnya. Jumlah followers Anda berbanding berapa dengan jumlah teman nyata? Apakah waktu yang kita luangkan menatap layar lebih banyak dari menatap wajah orang yang disayang?
Ivan Gunawan memiliki lebih dari 20 juta followers di Instagram. Berapa banyak teman yang ia miliki dalam hidupnya yang senantiasa mewarnai hari-harinya kala susah maupun senang? “Sepuluh,” pungkas Ivan tegas. Kepada sepuluh orang tadilah ia paling banyak meluangkan waktu. Menghadiri fashion show Buongiorno 2020 yang menampilkan koleksi hari raya untuk dua dari total sembilan brand yang
Ivan asuh, Mandja dan
Khalif. Saya disapa akrab oleh ibunya Ivan. Pelukan hangat dan ucapan terima kasih tulus ia sampaikan untuk dukungan dan kehadiran kami, nyaris satu persatu tamu yang datang ia hampiri. Apa yang membuat Ivan menjadi pribadi yang begitu percaya diri, saya bertanya. He is now a force not to be missed building his retail empire all across Indonesia. “Rasa percaya, cinta kedua orang tua dan keluarga,” kembali dijawab tegas oleh Ivan. Setiap hari bagaikan hari Valentine, penuh dengan ungkapan kasih sayang di mana pun. Pengakuan Rozma Suhardi tentang enam bulan terbaik dalam hidupnya di akhir tahun 2019 kembali menyeruak di ingatan. Enam bulan Rozma menemani dan merawat ayahnya berjuang melawan kanker paruparu yang kemudian menyebar ke tulang dan ginjal. Walaupun kanker mengakhiri hidup sang ayah, Rozma tak memiliki penyesalan. Sosok kaku berjarak sang ayah yang selama hidupnya tak pernah ungkapkan rasa sayangnya berubah drastis di akhir hidupnya, meninggalkan pengalaman manis baginya. Penting bagi kita untuk menyampaikan rasa sayang, pelukan dan sentuhan hangat untuk menunjukan kepedulian kita. Jangan malu untuk mengucapkan sayang. Jangan terlalu sibuk meluangkan waktu untuk mereka yang kita cintai. Keluarga dan teman. Di akhir hidup, hanya itu yang akan meninggalkan arti. In real life, love is the only happiness. At the end, we only need one. Love. n