DI BALIK SUPREMASI ADIBUSANA
YUDITH KINDANGEN MENGULIK ANTUSIASME DUNIA couture PADA PENEKANAN artisanal YANG ESTETIS DAN EKSKLUSIF.
Haute Couture Spring/summer 2020
Selama lebih dari seabad, adibusana telah menjadi simbol keberhasilan elaborasi kostum dan mode. Sebuah representasi dari kepiawaian industri fashion yang menggabungkan seni tata busana, teknik menjahit, dan kerajinan tangan tingkat tinggi pada busana serta aksesori. Maka dari itu couture sering dikatakan sebagai koleksi istimewa. Sebab teknik pembuatannya pun sangat eksklusif. Couture dibuat dengan tangan mulai dari awal sampai akhir, dengan menggunakan bahan-bahan berkualitas terbaik, dihiasi detail yang kerap rumit, dan memakan waktu lama dalam pembuatannya. Karena itulah couture berkualitas tinggi.
Musim ini, sebagian besar couture house masih berpegang teguh pada keterampilan artisanal untuk pengerjaan teknis yang kompleks, seperti teknik perajutan material khas serta aplikasi embellishment layaknya bebatuan mulia maupun sulam di atas materi halus sebagai detail busana. Sehingga, karya yang dihasilkan terlihat menonjol sekaligus dapat menunjukkan kecakapan masing-masing desainer couture.
Selain itu, pekan mode adibusana pertama pada dekade ini pun menjadi menarik manakala tak sedikit desainer yang unjuk gigi dengan kreativitas tanpa batas yang dikuasainya. Dari yang menyadur seni jahit hingga mengadopsi seni kontemporer dan abstrak ke dalam tampilan visual. Berikut ulasannya.
Haute Couture Spring/summer 2020
AKSI SENI JAHIT
Sejak akhir 1800-an, material wol telah menjadi salah satu bahan premium yang digunakan dalam pembuatan pakaian. Keterampilan pengolahan material ini paling menonjol dilakukan oleh Gabrielle “Coco” Chanel lewat jaket tweed karyanya. Hal yang kemudian membuat wol jadi bahan lazim bagi busana wanita yang kala itu didominasi oleh material tafeta dan sifon. Meski salah satu couture house tertua yang masih aktif hingga sekarang ini telah memiliki banyak rekanan dengan spesialisasi spesifik, serta rutin menggelar Chanel Métiers d’art untuk mempromosikan kepiawaian para artisan di bawah naungan Chanel, namun rumah mode ini tak pernah lupa pada kekhasan yang telah dipopulerkan sang pendiri, yaitu teknik merajut. Lihat saja pada koleksi Chanel yang kini berada di bawah naungan Virginie Viard. Tetap mempertahankan material tweed dan membawa garis desain yang fokus pada tailoring dan proporsi pada koleksi couture Chanel.
Sementara itu, ada pula keterampilan seni jahit yang ditampilkan dengan pembuatan hiasan aplikasi. Seperti yang diusung oleh Guo Pei. Desainer
Asia generasi kedua yang diundang untuk menjadi tamu di Chambre Syndicale de la Haute Couture ini menampilkan estetika seni jahit pada tekstil antik.
Salah satu kreasi yang mencuri perhatian adalah sebuah gaun putih pendek dengan hiasan bulu burung unta, dipasangkan dengan cape yang dibordir emas sepanjang tiga meter dan dihiasi bola-bola berbahan sutra di setiap lajur jahitan.
ARANSEMEN HIAS SULAM DAN MANIK
Salah satu keterampilan artisanal yang dominan dalam gelaran pekan adibusana adalah hias sulam yang bertabur bebatuan. Berbicara sulam, sulit untuk tidak menyebut Elie Saab. Dikenal akan kecakapan seni menjahit jutaan bordir dan kristal pada sebuah gaun, musim ini perancang asal Timur Tengah mengambil kisah dari Kastil Chapultepec di kota Meksiko sebagai ilham utama. Memasukkan sekelumit teknik bordir pada gaun renda mini, jumpsuit, hingga aneka gaun malam yang menjuntai berbalut kristal nan glamor, Elie Saab membawa sensualitas, harmoni, serta keleluasaan bergerak dalam karyanya. Secara keseluruhan, koleksi ini menggabungkan arsip busana dari masa lalu Eropa dan kekaisaran Meksiko. Keterampilan seni sulam dan manik juga menjadi andalan pada koleksi adibusana karya desainer Lebanon, Zuhair Murad, di musim ini. Mengutip sejarah era Mesir kuno yang memadukan kekuatan dan kecantikan wanita, kesan feminin tak hanya hadir lewat siluet busana, melainkan juga dekorasi hias sulam payet dan bordir yang menjadi kekhasan desain Zuhair. Menurut sang desainer, satu gaun berpayet itu sendiri membutuhkan waktu pengerjaan selama 800 jam secara handmade. Maka tak heran jika impresi elegan
Haute Couture Spring/summer 2020
Rahul Mishra Haute Couture Spring/summer
Elie Saab Haute Couture Spring/summer
Haute Couture Spring/ Summer 2020
ADOPSI SENI BERDIMENSI
Selain menampilkan keterampilan artisanal, tak sedikit juga couture house yang menyuguhkan koleksi dengan inspirasi langsung dari bidang seni, seperti lukis.
Namun yang menariknya kali ini adalah penggabungan seni lukis dengan bentuk seni lain. Seperti yang diadaptasi pada pekan adibusana di Paris kali ini, yaitu ilusi tiga dimensi lewat efek lukis di atas material. Tentu saja konsep ini begitu lekat dengan Iris van Herpen yang memasukkan seni grafis dengan ilusi optik ke dalam koleksi mereka. Jika aksen tumpuk nan feminin pada sejumlah busana divisualkan lewat teknik laser-cut di atas material lipit oleh Iris, maka pendatang baru di dunia couture, Rahul Mishra, juga tak kalah menampilkan kepiawaiannya. Desainer asal India ini memasukkan
Haute Couture Spring/summer 2020 sekaligus mewah menyeruak berkat kepiawaian menggabungkan teknik artisanal dan tailoring yang presisi.
Haute Couture Spring/summer 2020
ARSIP SUREALIS
racist
MENGACU PADA HISTORI, INDUSTRI MODE DIKENAL SEBAGAI INDUSTRI YANG DAN ALIAS TAK BERPIHAK PADA KEBERAGAMAN BENTUK TUBUH DAN ETNISITAS. APAKAH KONDISI INI MASIH BERTAHAN? CEMPAKA ASRIANI MENCOBA MENELUSURINYA.
notice everything I do not have and decide it is beautiful.”
Pagi itu saya saya terketuk sekali lagi oleh sebuah bait puisi karya Rupi Kaur yang saya yakin bergaung untuk banyak wanita di dunia. Terlahir dengan fisik yang tidak masuk dalam kategori ideal; tinggi badan 156 cm, kulit sawo matang, rambut keriting, seumur hidup saya terlatih untuk bisa menerima diri apa adanya. Mudah? Tentu tidak. Terlebih karena sudah lebih dari 10 tahun, saya bekerja di industri yang memandang diversitas bak pisau bermata dua; industri mode. Namun berita baiknya tahun demi tahun, topik keberagaman semakin mendapat sorotan positif di pekan mode, setidaknya dalam lima tahun terakhir.
Sebelum diskusi mengalir lebih jauh, satu hal perlu diluruskan. Diversitas atau keberagaman terutama perihal suku atau etnis dapat bermakna berbeda bagi setiap orang di aneka bagian di dunia. Tulisan ini memaknai diversitas berdasarkan keterwakilan bentuk tubuh, umur, etnis, serta gender. Etnis mayoritas dan minoritas pun dimaknai berbeda di setiap negara. Namun untuk tulisan ini, Saya memakai tolok ukur negara Amerika Serikat dan mayoritas negara di benua Eropa sebagai produsen mode luxury, di mana etnis Kaukasian adalah etnis yang dianggap mayoritas.