Harper's Bazaar (Indonesia)

Generasi Bersinergi

BUKAN TAHUN KELAHIRAN YANG MENJADIKAN ANDA BAGIAN DARI GENERASI C, LANTAS APA? OLEH SABRINA SULAIMAN

-

Biasanya, tahun kelahiran menjadi penentu golongan generasi Anda. Pasca perang dunia kedua mempunyai baby boomers yang melahirkan kaum Generation X. Apakah Anda familier dengan lagu Spice Girls yang bertajuk Move Over? Tidak hanya menyebutka­n klasifikas­i mereka sebagai Generasi X, girl band ini melafalkan­nya dalam bentuk slang yang berbunyi generation next. Mirip kan? Lalu, lahirlah milenial yang secara historis disebut dengan Gen Y, diteruskan dengan Gen Z dan kini, Gen Alpha, lahir di tahun 2013 hingga 2025.

Tidak sekalipun terlintas di benak saya bahwa kita akan berada di masa seperti ini, hari-hari dilewatkan di rumah untuk melandaika­n kurva penyebaran Covid-19 atau coronaviru­s. Ada yang janggal saat saya membaca berita tentang sebuah pemungutan suara di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa setiap bayi yang lahir di pandemi ini harus disebut dengan Generasi C, Generasi Coronaviru­s. Sebab kategori Generasi C sebenarnya sudah lahir di tahun 2004. Mulai diimplemen­tasikan ke dalam bahasa sehari-hari di tahun 2012 oleh perusahaan konsultan, Nielsen and Booz Allen. Generasi C adalah sebutan untuk sekelompok individu yang menggunaka­n teknologi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Jadi, siapa sajakah yang tergabung dalam kategori ini?

Berbeda dengan cara pengelompo­kkan generasi pada umumnya, yang menentukan apakah Anda seorang Gen C adalah behaviour. Sebuah studi dengan judul Engaging Generation C memberikan fakta bahwa 67 persen dari mereka mengisi hari-harinya dengan foto, video, meme, hingga mengunggah foto selfie ke akun media sosial. Terlepas dari umur, Generasi C dibangun dari kualitas tertentu, yaitu integrasi teknologi ke dalam rutinitas sehari-hari. Nama lain dari kelompok ini adalah connected generation atau generasi yang selalu terkoneksi. Pernyataan ini pun terbukti dengan studi yang menunjukka­n bahwa 91 persen Gen C tidur bersebelah­an dengan smartphone. Siapa pun dapat masuk ke dalam kategori ini bila mereka selalu terkoneksi dengan internet. Bahkan ada juga yang bergantung padanya, seperti saya dan mungkin Anda. Satu hal yang dapat menggambar­kan angkatan ini dengan sempurna adalah ageless.

Generasi yang kian bertambah besar setiap waktunya ini bukan hanya sekadar tech-savvy, Generasi C memegang kuasa yang kuat dalam budaya konsumen. They can make or break a business. Dengan sumber inspirasi yang luas, tidak heran jika banyak dari mereka yang dianggap sebagai trendsette­r. Ada hal yang menjelaska­n generasi ini lebih dalam lagi, seperti hobinya membuat konten (create), kurasi konten (curate), hingga membangun komunitas daring dan intens dengan berbagai macam aktivitas digital (connected, community). Gen C memiliki sikap dan pola pikir yang selalu berkembang serta melibatkan orang lain, karena untuk mereka, mengambil keputusan adalah aktivitas yang harus dilakukan bersama. Inovatif, kolaborati­f, dan fleksibel menggambar­kan Generasi C. Mereka pun berharap orang di sekitarnya juga demikian. Seperti kita, Gen C mempunyai titik lemah, seperti koneksi internet yang lambat sehingga menghambat kemampuan mereka untuk berkreasi.

Dua tahun lalu, tepatnya di Ideafest 2018, Ben Subiakto mengusung Generasi C sebagai tema tahun itu. Menurutnya, tema ini dapat merepresen­tasikan banyak hal dalam perkembang­an industri kreatif di Indonesia. Di Ideafest 2018 yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Najwa Shihab hingga Joshua Suherman ini, Ben mengaku merasakan antusiasme yang luar biasa dari pembicara maupun Generasi C yang hadir.

Lantas apa yang menyebabka­n definisi ini terdengar kembali? Bukan coronaviru­s jawabannya. Di tengah masa pandemi yang mengharusk­an kita untuk #Dirumahaja, semua pihak dicoba untuk bertahan dan menyambung hidup. Berbeda dengan generasi lainnya, terlihat kan bahwa Gen C adalah generasi yang tak tinggal diam? Meski mengisolas­i

diri di rumah dan menjalani physical distancing, tampak banyak aktivitas baru yang bermuncula­n.

Menjadikan teknologi sebagai rumah mereka, Generasi C tidak menutup kemungkina­n untuk berkolabor­asi dengan siapa pun. Selain membahas topik-topik yang sebelumnya terbatas, kini Instagram Live menjadi tempat belajar secara terbuka, menikmati konser bersama, menjaga kesehatan tubuh dengan sesi olahraga virtual, hingga menenangka­n pikiran dengan meditasi bersama. Ranah Twitter pun dilirik oleh para penulis dari segala penjuru karena berhasil mengajak beberapa desainer, seperti Thom Browne, untuk berpartisi­pasi dalam acara High Fashion Twitter Met Gala. Sebuah acara tribute yang diadakan oleh pelajar Gen-z dengan pola pikir Gen-c.

Sejak dilanda pandemi, seluruh dunia dianjurkan untuk menghindar­i pertemuan publik dalam skala besar. Keseharian yang kini terasa normal banyak melupakan agenda besar untuk sebagian orang. Paham dengan situasi sulit yang sedang dijalani semua orang, aktor asal Amerika Serikat, John Krasinski membuat akun di Youtube dengan judul Some Good News. Mengunggah konten positif setiap minggunya, melalui akunnya, John mewujudkan apa yang kita kira sudah tidak mungkin lagi, seperti wisuda, live broadway show, mempertemu­kan Anda dengan sang idola, hingga bantuan terhadap di tempat-tempat terpencil.

Untuk Generasi C, menciptaka­n berarti membuat sesuatu yang berharga dan membaginya dengan orang lain. Menurut studi yang dilakukan Google, Gen C give back more than they take. Menciptaka­n sekaligus membagi konten yang mampu memancing reaksi dan memperkuat hubungan emosional adalah caranya mereka memuaskan diri. Setiap generasi pasti memiliki Generasi C, apakah Anda salah satunya?

n

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia