Editor’s LETTER
Bulan Agustus menjadi momentum untuk mengingat kembali arti nasionalisme dan kebanggaan kita sebagai bangsa. Kalau bicara tentang tentang nasionalisme, Jay dan Chitra Subyakto adalah dua dari beberapa nama yang paling saya ingat. Saya bisa merasakan kedalaman spirit itu ketika Jay menjadi konsultan selama sembilan tahun pertama Harper’s Bazaar Indonesia. Ia adalah sosok yang menanamkan kearifan lokal, mengasah dan memperkuat kelokalan konten media yang beribu di Amerika Serikat ini. Semangat kebangsaannya serupa pula dengan adiknya, Chitra Subyakto. Mereka bercerita bagaimana ibu mereka selalu mengenakan kebaya dan kain saat menghadiri acara formal sebagai ibu Duta Besar, dan mengombinasikannya dengan fur coat di musim dingin. Fungsional tapi tetap Indonesia (halaman 84). Ketika rasa nasionalisme generasi muda dipertanyakan, ketika tradisi berbusana nusantara memudar, saatnya untuk mengingat kembali betapa beruntungnya kita memiliki kekayaan itu. Managing Editor kami, Gusti Aditya membuat sebuah studi mengenai kain–bagaimana nasibnya di tangan generasi muda (halaman 38). Yang melegakan, apresiasi itu masih ada dan kain masih kuat dipeluk sebagai identitas negeri ini.
Identitas kita lainnya adalah kebaya. Di tangan para desainer, kebaya telah berevolusi. Sebagian desainer seperti Edward Hutabarat bertahan dengan pendapatnya bahwa busana nasional adalah bagian dari peradaban sehingga tidak boleh ditanggalkan pakemnya, sementara beberapa desainer lain mengembangkan desain kebaya menjadi kontemporer (halaman 46). Apa pun bentuknya, yang menjadi tantangan saat ini adalah bagaimana kebaya bisa menjadi bagian dari fashion dan gaya berbusana kita serta tetap relevan dengan masanya. Menjadi relevan sangat penting. Laju kemajuan kultur pop lokal kita telah membuktikan itu. Dalam sebuah pertemuan dengan tokoh-tokoh pop culture Indonesia, memperlihatkan bahwa produk lokal bisa melesat berkat konsep yang jitu dan relevan. Merek sneakers Compass adalah contoh kisah sukses produk lokal kita (halaman 52).
Selain merayakan kearifan lokal, spirit nasionalisme, dan diversitas wajah-wajahnya, edisi ini juga merayakan kreativitas kreator negeri ini. Tokoh yang kami angkat adalah Davy Linggar. Jay Subyakto pulalah yang mengenalkan nama ini di awal tahun 2000-an. Anda bisa mengenal Davy dari dekat termasuk perjalanan kariernya, tidak saja sebagai fotografer tetapi juga sebagai seniman. Bazaar sudah bekerja sama dengan Davy selama lebih dari 17 tahun. Ia pulalah yang menjadi bagian dari perjalanan kami dalam mengapresiasi kearifan lokal.
Inilah tribute kami untuk negeri tercinta. Selamat menikmati!