Harper's Bazaar (Indonesia)

FRAKSI UTAMA

RAGAM UPAYA YANG DILAKUKAN PARA PENERUS BANGSA AGAR TETAP RELEVAN DAN TAK LEKANG OLEH WAKTU. OLEH SABRINA SULAIMAN

-

Kai EXO menjadi Pertama untuk Gucci

KDisebut sebagai

Blackpink, menjadi wajah baru untuk label Saint Laurent

Jennie Blackpink berhasil mencuri atensi brand Chanel

-Wave, Comic-con, spinning, acai berry, virtual experience. Apa kesamaan lima hal ini? Masing-masing memiliki pengikut yang masif. Begitu besar dan berpengaru­h sehingga mampu menggeser mereka dari sebuah tren menjadi budaya yang populer, atau dalam kata lain, pop culture. Disingkat dari kata popular culture, pop culture adalah budaya yang berkembang mengikuti perubahan zamannya. Sadarkah Anda, bahwa tidak satupun dari lima hal yang saya tulis di awal paragraf tadi lahir di Indonesia? Sedikit cerita tentang pop culture, istilah ini muncul di abad ke-19, dan digunakan di benua Amerika dan Eropa. Bagaimana bisa sampai ke Asia, terlebih lagi, ke Indonesia? Mudah jawabnya jika Anda bertanya sekarang, karena teknologi, internet, dan media sosial adalah kuncinya. Munculnya dunia virtual yang tidak

Sepatu Compass yang merupakan produk buatan lokal terinspira­si dari kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari pernah tidur memudahkan budaya apa pun untuk tersebar di dunia, perlahan mengubah isinya menjadi satu masyarakat global. Namun, bagaimana sebelum adanya semua itu? Banyak yang bisa memopulerk­an suatu budaya, mulai dari ide, value, gerakan, benda, dan layanan. Disebarkan melalui media massa, beberapa faktor inilah yang pada akhirnya dijadikan acuan oleh pengikut atau cult following-nya.

Pada dasarnya, pop culture sudah ada sedari dulu. Wajar apabila tidak semua generasi paham akan apa yang suatu ketika pernah disebut sebagai pop culture. Seperti lintas Melawai dan sepatu Carvil, adalah dua contoh yang disebut oleh Iwet Ramadhan beberapa saat lalu di forum group discussion bersama grup MRA Media bertema Pop Culture. Tidak semua orang paham akan aliran tersebut. Mungkin generasi penerus Anda akan kebingunga­n saat tahu betapa banyaknya masker yang muncul di tahun 2020. Mengapa? Karena mereka belum lahir saat pandemi Covid-19 ini menggeser peran masker sebagai kepentinga­n medis menjadi kebutuhan sehari-hari setiap orang. Hal ini hanya akan dimengerti oleh kita yang mengalami momen itu secara langsung. Dalam kata lain, relevansi itu penting dalam pop culture. Seperti yang disampaika­n oleh Ria Lirungan, sebagai pemimpin redaksi Harper’s Bazaar Indonesia, “Menjadi relevan itu penting dan ini menjadi tantangan bagi media cetak konvension­al.” Lantas, bagaimana cara menjadi relevan? Dengan selalu berganti mengikuti timing yang tepat. Setiap industri dan setiap generasi harus selalu berevolusi.

yang lama serta uang yang lebih dari cukup untuk mendapat kacamata desainer, sekarang ia berhasil memberi jawaban pada keluhan tadi. Membidik generasi milenial dan seterusnya sebagai target market, James, selaku CEO Bridges Eyewear, memahami bahwa tren sudah berulang kali berputar. Dari sanalah ia mendapatka­n jawaban untuk membangun sebuah brand yang mengutamak­an kemauan dan kepercayaa­n pelanggan. Menurutnya, sebuah produk dinilai dari storytelli­ng, transparen­cy, honest review, dan no unnecessar­y mark up. Dari mana para pelanggan dapat menilai semua ini? Melalui experience yang mereka suguhkan di produk Bridges Eyewear.

Begitu juga pada pakaian. Tahukah Anda apa cerita di balik atasan yang sedang Anda kenakan? Berawal dari kesulitan Margaretha Novianty memakai produk lokal karena ukuran yang terbatas, kini Tangan yang didirikan olehnya dan Zico Halim adalah salah satu label busana ternama di Tanah Air. Setiap show yang mereka adakan selalu mengundang atensi publik. Tentu saja, dengan mengembali­kan fokus pada koleksi terbarunya, Tangan berhasil menumpukan seluruh perhatian para tamu pada rancangann­ya. Setiap show pasti meninggalk­an impresi serta emosi yang berbeda. Bukan hanya show, lewat pameran pun duo di balik label Tangan ini mampu menawarkan pengalaman yang membekas. Itulah yang Tangan berhasil berikan pada pencintany­a, sebuah cerita.

Di tahun ‘60-an dan ‘70-an Indonesia belum mendapat pengaruh dari budaya luar, dan terlebih lagi pengaruh dari media sosial, sehingga muncul ideide yang orisinal. Terekspos dengan budaya luar bukanlah hal yang buruk. Hanya saja, banyak orang yang mengeluark­an ide berdasarka­n referensi, namun apa yang mereka produksi lebih mumpuni.

Pameran The Patched* Jacket oleh Tangan

Seperti Sneaker Culture, bergeserny­a stigma sepatu sneakers hanya dapat digunakan sewaktu olahraga adalah buah tangan dari pop culture. Jeffry Jouw mendirikan Urban Sneaker Society (USS) sebagai pintu masuk kultur luar negeri ke Indonesia, dan juga sebaliknya. Bukan karena ingin mengeksplo­itasi, namun untuk mengundang warga negara asing untuk melirik pasar Indonesia, membuka kesempatan untuk kolaborasi internasio­nal. Lagi-lagi satu nilai yang dijunjung tinggi Jeffry untuk tetap relevan, honesty. Sehingga membuat para penggemar sneakers di Indonesia menjadikan USS sumber yang terpercaya.

Besar penikmat sneakers di luar sana, begitu juga di Indonesia. Melihat perkembang­an ini, Aji Handoko pun mulai berinovasi. Tanpa melirik ke luar, Aji mendirikan Compass dengan berkaca pada kehidupan masyarakat di Indonesia sehari-hari. Tidak dijual dengan harga yang mahal karena Aji ingin siapa pun dapat memiliki barang yang mempunyai cerita. Meski tidak mahal, jangan harap Anda bisa mendapatka­n sepasang sepatu Compass dengan mudah. Karena hanya diproduksi dalam jumlah yang terbatas per bulannya, semakin banyak orang yang ingin memilikiny­a.

Masih dalam kategori lifestyle, pandemi coronaviru­s melahirkan banyak budaya populer baru, tur virtual adalah salah satunya. Sebagai museum yang kerap kali menjadi buah bibir sejak awalnya berdiri, Museum MACAN berhasil menggabung­kan budaya Indonesia di dalam dunia virtual. Dengan tajuk Arisan Karya, museum MACAN mengajak para penggemar museum yang tak asing dengan budaya arisan untuk berpartisi­pasi layaknya sedang berada dalam sebuah arisan.

Seperti layaknya pop culture yang tersebar luas, industri makanan pun tak luput dari budaya populer ini. Sebut saja acai bowl, tren makan sehat ini sesungguhn­ya sudah lama tercipta sebelum munculnya varian acai bowl, avocado toast, hingga granola bars. Sepulangny­a dari Melbourne, Kareyca Moeloek merasa tidak banyak tempat yang menyediaka­n opsi makanan sehat. Berangkat dari sana, Kareyca mendirikan Berrywell Healthy Bar dan Fedwell. Meski awalnya terinspira­si dari budaya yang ia adopsi dari Australia, Kareyca kini dapat berbangga diri karena mempunyai varian menu makanan sehat dengan gaya masakan nusantara. oleh Museum MACAN

Begitu banyaknya layer dalam pop culture, sulit disebutkan satu per satu. Beda hobi dan interes, beda pula fokus pop culture-nya. Meski hanya menyebutka­n contoh kecil dari pop culture di Tanah Air, terbukti bahwa Indonesia memiliki potensi untuk kelak menjadi sebuah global phenomenon, layaknya Korean wave. Lalu apa yang dapat Anda petik dari para penggagas ide ini? Banyaknya referensi yang tersedia di internet tidak mematahkan semangat mereka untuk menciptaka­n sesuatu yang baru. Tanpa letih mengikuti tren yang selalu berkembang serta kemauan generasi yang silih berganti. Mereka menjadi terdepan karena melakukan hal yang tidak diajarkan oleh orang lain ataupun buku-buku, dan tidak satupun dari mereka mengulang apa yang sudah pernah

dikerjakan orang lain. Bagaimana dengan Anda?

Fedwell

Berrywell

n

PAC

 ??  ?? Human Chanel,
Lisa Blackpink untuk Celine
Human Chanel, Lisa Blackpink untuk Celine
 ??  ?? K-pop Idol
K-pop Idol
 ??  ?? Jisoo Blackpink untuk Dior Beauty
Jisoo Blackpink untuk Dior Beauty
 ??  ??
 ??  ?? Masker yang dirilis Heaven Tanudiredj­a
Masker yang dirilis Heaven Tanudiredj­a
 ??  ?? Rosé, anggota girlband
Rosé, anggota girlband
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ?? Koleksi kacamata affordable dari Bridges Eyewear
Koleksi kacamata affordable dari Bridges Eyewear
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ?? Arisan Karya
Arisan Karya
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ?? Makeup: Face, L’OCCITANE Divine Harmonie Serum, SULWHASOO Essential Firming Cream, DIOR Dior Forever Couture Perfect Cushion in 2W Warm, LT PRO LT Pro Powder Blush (Palette); Eyes, M.A.C COSMETICS Art Library: It’s Designer, LANCÔME Définicils High-definition Mascara, MARTHA TILAAR Liquid Eyeliner Black, BOBBI BROWN Perfectly Defined Long-wear Brow Pencil in Blonde; Lips, CHANEL Rouge Coco Flash in Eau De Rose.
PORTOFOLIO INI:
Jaket, ZARA.
Anting dan kalung, EPA JEWEL Fotografer: SAEFFI ADJIE BADAS Editor Beauty: ERICA ARIFIANDA Editor Fashion: MICHAEL PONDAAG Model: Reti Ragil (Wynn Models) Makeup: CAMILLE LEE
Hair: RANGGA YUSUF
Retoucher: VEBY CITRA
Asisten stylist:
ELIZABETH MICHELLE
Makeup: Face, L’OCCITANE Divine Harmonie Serum, SULWHASOO Essential Firming Cream, DIOR Dior Forever Couture Perfect Cushion in 2W Warm, LT PRO LT Pro Powder Blush (Palette); Eyes, M.A.C COSMETICS Art Library: It’s Designer, LANCÔME Définicils High-definition Mascara, MARTHA TILAAR Liquid Eyeliner Black, BOBBI BROWN Perfectly Defined Long-wear Brow Pencil in Blonde; Lips, CHANEL Rouge Coco Flash in Eau De Rose. PORTOFOLIO INI: Jaket, ZARA. Anting dan kalung, EPA JEWEL Fotografer: SAEFFI ADJIE BADAS Editor Beauty: ERICA ARIFIANDA Editor Fashion: MICHAEL PONDAAG Model: Reti Ragil (Wynn Models) Makeup: CAMILLE LEE Hair: RANGGA YUSUF Retoucher: VEBY CITRA Asisten stylist: ELIZABETH MICHELLE

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia