SIASAT BERTAHAN
INDUSTRI Food & Beverages MENYIAPKAN STRATEGI UNTUK MEMPERTAHANKAN EKSISTENSINYA DI TENGAH KRISIS AKIBAT PANDEMI.
Sejak Jakarta menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama tiga bulan mulai 10 April hingga 4 Juni 2020, sebagian rumah makan terpaksa berhenti mengepul dan lainnya tetap menyambut pembeli namun hanya memberlakukan sistem takeaway. Penurunan pendapatan tentu menjadi masalah yang tak dapat dihindari, tapi bukan berarti ini adalah titik terakhir eksistensi mereka di tengah pandemi. Untungnya, teknologi digital kian mempermudah manusia untuk memenuhi segala kebutuhan. Layanan pesan antar online menjadi andalan untuk memuaskan rasa lapar ketika diharuskan untuk tetap di rumah.
Kondisi ini lalu dimanfaatkan oleh restoran-restoran besar untuk memperkuat penjualan mereka melalui sistem delivery. Salah satunya adalah Sarirasa Group yang memayungi rumah makan terkenal di antaranya adalah Sate Khas Senayan, Tesate, dan Gopek. Meski sudah lama menyediakan layanan delivery, Innez Junianthy (Marketing Communications Supervisor) yang mewakili grup restoran ini menyampaikan bahwa mereka senantiasa berinovasi dengan memperkenalkan layanan baru yakni Pesan Antar Reservasi (PESANTARE) sejak bulan Mei lalu. Di sini pelanggan bisa melakukan pemesanan melalui situs resmi Sarirasa Group dan dapat mengambil sendiri pesanannya di restoran yang sudah dipilih atau diantar langsung ke alamat pemesan.
Selain layanan pesan antar, produk-produk frozen food kini juga banyak ditemui di berbagai platform penjualan digital. Salah satu grup restoran yang juga menyediakan produk serupa adalah Boga Group yang membawahi restoran populer seperti Putu Made, Shaburi & Kintan Buffet, dan Pepper Lunch. Tak hanya melebarkan sayapnya dengan menghadirkan 15 Boga Kitchen yang khusus melayani delivery sejak restoran di mal tutup pada akhir bulan Maret dan menambah pemesanan melalui Whatsapp center, mereka juga menempatkan produk ready to cook di jaringan e-commerce serta offline store seperti supermarket.
Cloud kitchen yang belakangan menjadi tren muncul sebagai salah satu solusi bagi usaha tempat makan untuk mengakomodasi penjualan makanan. Konsep yang ditawarkan adalah sistem delivery dan dapur bersama tempat beberapa brand makanan berada di satu tempat tanpa menyediakan fasilitas dine in. Ellen Widodo selaku General Manager Boga Group menyampaikan kepada Bazaar bahwa Boga Kitchen juga bekerja sama dengan salah satu cloud kitchen meskipun pada dasarnya mereka tetap mengoperasikan layanannya sendiri.
Tantangan baru kemudian muncul ketika memasuki masa transisi menuju kenormalan baru. Saat mal mulai beroperasi kembali pada 15 Juni lalu, restoran pun bersiap untuk menyambut lagi kedatangan pelanggannya untuk dine in dengan serentetan protokol kesehatan yang harus dipatuhi demi kenyamanan dan keamanan bersama. Innez mengatakan bahwa tak banyak yang berubah soal penerapan protokol kesehatan di restorannya sebab mereka sudah melakukannya di dapur pusat, seluruh cabang restoran, dan head office. Perubahan justru ada pada sistem layanan yakni dengan menghadirkan e-menu menggunaan scan barcode yang tersedia di setiap meja sebagai pengganti buku menu manual yang biasa kita temui sebelumnya.
Menjaga jarak dan mengurangi kontak langsung adalah satu dari sekian cara untuk mencegah penularan virus. Ellen menyampaikan bahwa restoran-restoran Boga Group pun sudah menerapkan sistem contactless saat dine in mulai dari pemesanan makanan hingga pembayaran menggunakan cara digital. Pelanggan yang mengambil hidangan buffet kini dibatasi dengan sekat dan jumlahnya hanya diperbolehkan sebanyak 10 orang. Tak lupa, pengunjung harus mengisi data sebelum menikmati sajian yang tersedia. Semua ini dilakukan demi meningkatkan kepercayaan dan keamanan pelanggan.
n