“BAGI SAYA, LÉA BUKANLAH IA LEBIH TERLIHAT SEPERTI M ATAU Q, HANYA SAJA IA MENGENAKAN BALUTAN SUTRA AKUAMARIN.”
Bond girl.
Film Léa yang berjudul Blue Is the Warmest Color mengukir sejarah di festival Cannes tujuh tahun lalu. Ketika itu Steven Spielberg selaku presiden juri membuat keputusan baru dengan menganugerahkan Palme d’or yang menjadi penghargaan tertinggi di festival tersebut tak hanya untuk sutradara Abdellatif Kechiche namun juga dua bintang mudanya yakni Léa dan Adèle Exarchopoulos. (Bersama Jane Campion, kedua aktris ini menjadi satu-satunya wanita yang menerima penghargaan tersebut.) Léa sudah menjadi pujaan baru di dunia perfilman Prancis dari film-film seperti Farewell, My Queen, dan peran kecilnya di film-film Amerika misalnya Inglourious Basterds arahan Quentin Tarantino. Akan tetapi reputasinya sebagai talenta bintang next generation Prancis justru berkat penampilannya sebagai pelajar seni lesbian yang berada di ambang kedewasaan.
Setelah itu film Bond pertamanya, Spectre, dirilis pada tahun 2015. Penampilan Léa sebagai wanita pujaan sang mata-mata mendapat pujian dari publik internasional. Ia menjadi wajah Louis Vuitton dan kembali ke Cannes di tahun 2018 sebagai dewan juri. Karakternya sebagai Madeline, seorang psikiatris yang terlatih menggunakan senjata, bukanlah Bond girl pada umumnya. “Bagi saya, Léa bukanlah Bond girl,” sebut Wes Anderson. “Ia lebih terlihat seperti M atau Q atau Felix Leiter, bagian dari ansambel itu. Hanya saja ia mengenakan balutan sutra akuamarin.” Wes mengindikasikan bahwa Léa akan kembali menjadi bagian dari filmnya, yang mana hal ini jarang terjadi di sepanjang sejarah sekuel film franchise tersebut. “Mereka tidak selalu menghadirkan kembali Bond girls untuk film selanjutnya, jika Anda tahu apa yang saya maksud.”
Namun sebelumnya belum ada Bond girl seperti Léa. “Léa memiliki sekotak misteri. Menurut saya itu adalah salah satu kekuatan hebat yang dimiliki oleh seorang pemain peran,” tutur Phoebe Wallerbridge yang ikut menulis naskah James Bond terbaru. “Ia bisa melakukan sesuatu yang sangat sederhana dan kami dibuat terpesona. Ia memiliki batasan sehingga kami yang mengejar kesempatan. Anda bisa merasakan kecerdasan dan intensitasnya lewat layar.”
Bermain watak dari satu peran yang melelahkan secara emosional ke peran selanjutnya ternyata tidak menyenangkan baginya. “Ini adalah tahun yang gila karena saya bekerja tanpa henti dan saya harus mengatakan bahwa sudah terlalu banyak,” ucapnya. Tetapi ia tidak mengeluh tentang kesibukannya. “Saya selalu ingin bepergian. Bagi saya, inilah kebahagiaan menjadi seorang aktris.” Nyatanya, ia baru saja kembali dari liburannya di Karibia pagi ini bersama George, putra berusia tiga tahun yang menjadi buah cintanya dengan André Meyer.
“Menurut saya menjadi seorang aktris juga bagus karena Anda dapat bekerja secara intens selama beberapa bulan, kemudian libur selama satu bulan dan Anda bisa mendapatkan kehidupan yang normal. Ini cocok dengan saya di saat-saat tertentu. Keinginan saya saat ini adalah untuk membaca buku,” terangnya. Ia memulainya dengan Madame Bovary meskipun hari ini ia juga membawa buku paperback Neville Thompson di dalam saku mantelnya yang berkerah syal. Ia juga berangan-angan untuk belajar memasak dan berkebun; rumahnya yang terletak di lingkungan Montparnasse memiliki halaman belakang. “Saya senang tinggal di Montparnasse karena tempatnya tidak fancy,” ucapnya. “Saya bisa lenyap. Saya suka bila tidak terlihat. Saya mungkin menjadi satu-satunya aktris yang tidak ingin terlihat publik.”
Léa tumbuh besar di dekat Luxembourg Gardens di Saint Germain-des-prés. Dulu ia pernah mengatakan bahwa dirinya