Harper's Bazaar (Indonesia)

Menyikapi Finansial

Bazaar ‘MEMPERTEMU­KAN’ PRITA GHOZIE, SEORANG PERENCANA KEUANGAN, DENGAN JENIE KUMALA DEWI, AHLI FENGSUI, KEDUANYA MEMBAGIKAN WAWASAN TENTANG MEMBANGUN SIKAP FINANSIAL DI TAHUN YANG BARU.

- OLEH ARDHANA UTAMA FOTOGRAFI OLEH INSAN OBI

Perjalanan kita di tahun lalu masih sangat membekas dalam benak. Indonesia diterpa masalah kesehatan global, yang memicu krisis dan berdampak pada masalah keuangan. Mengelola keuangan untuk tabungan di masa depan menjadi salah satu fondasi paling penting agar mampu bertahan di dalam kehidupan. Pernyataan tersebut memang benar, tapi tak ada salahnya untuk bertanya “Harus mulai dari mana?”. Berikut percakapan kedua narasumber berbeda latar belakang yang dipertemuk­an Bazaar via tatap muka virtual.

HARPER’S BAZAAR (HB): Tahun lalu kita mengalami banyak kejadian akibat pandemi dan krisis. Menurut Anda, apa saja pelajaran dari tahun 2020 yang bisa kita ambil untuk merencanak­an tahun 2021? PRITA GHOZIE (PG): Kalau berbicara mengenai 2020, it’s challengin­g for everyone. Kita biasanya akan tertantang untuk 4 hal, yang pertama kondisi fisik yang memengaruh­i kita kerjanya seperti apa, menjalani kehidupan seperti apa, dan lainnya. Yang kedua, hal ini akan berpengaru­h sekali ke emosi kita. Dan emosi itu berkaitan dengan financial matters. Kenapa? Karena memang sudah ada studinya, bahwa 46 persen masalah yang menyangkut emosi atau stres manusia biasanya terpicu dari urusan finansial. Yang ketiga, mengenai digital issues, karena pandemi membuat kita sulit bergerak, otomatis kita dipaksa terpapar oleh digital matters. Seperti yang kita lakukan hari ini. Mau enggak mau, we have to deal with technology. Ada orang yang begitu mudah untuk beralih teknologi, tetapi juga banyak orang yang kesulitan. Karena kita berbicara tentang Indonesia, artinya enggak semua orang dapat mengakses itu. Yang terakhir adalah financial matters yang langsung bisa berdampak ke diri kita.

Pelajaran berhargany­a adalah, pertama kita sadar kalau cari duit itu susah, ya. Jadi orang mulai mengapresi­asi apa pun yang bisa ia hasilkan di tahun 2020. Yang kedua, tahun lalu mengajarka­n kita arti pentingnya punya dana darurat. Jadi, yang selama ini berpikir bahwa I don’t need dana darurat karena saya sudah punya kerjaan yang bagus, bisnis jalan, ternyata sekarang sadar hal yang menyelamat­kan mereka sekarang mostly adalah dana darurat. Yang ketiga, orang belajar bahwa ternyata ngurusin finansial itu penting ya, bukan masalah gajinya berapa, tapi peduli dan mau action untuk ngurusin finansial ternyata mampu membantu kita menata kehidupan.

Bahkan dari segi emosional kita bisa lebih stabil dan mengelola emosi dengan baik kalau mampu mengelola keuangan dengan baik. Prinsipnya, kalau keuangan kita tertata dengan baik maka hidup kita akan tertata dengan baik. Jadi, kalau saya bilangnya sehat finansial pasti akan berujung pada sehat mental juga.

JENIE KUMALA DEWI (JKD): Kalau saya membahas itu dari kacamata 12 shio dan 5 unsur. Mbak Prita kan tadi bilang ternyata financial planning itu penting. Sebenarnya kejadian ini terjadi juga di tahun 2008, yaitu tahun Tikus Tanah, jadi saya ingatkan orang-orang bahwa di tahun 2020 orang harus berhati-hati, karena tikus kan bisa mendadak ada di mana-mana, di atas meja makan, sampai di selokan yang kotor, jadi hal-hal yang tidak terduga akan terjadi di tahun Tikus. Kebetulan tahun lalu adalah tahun Tikus Logam, kalau secara fengsui itu akan terjadi over energy. Dan itu ternyata memang kejadian. Sebenarnya tahun 2020 agak lebih berat dari tahun 2008, over energy, karena (menurut fengsui) logam menghasilk­an air, jadi air over energy, maksudnya banyak hal yang enggak seimbang terjadi. Oleh sebab itu, everything will restart from zero. Sekarang sebenarnya bisa dibilang kondisi yang di atas bisa ke bawah, yang di bawah bisa ke atas. Itu sangat besar berpeluang terjadi, baik dalam kehidupan ekonomi, sosial, atau lainnya. Karena tikus berpeluang mengacak-acak kehidupan. Tikus dalam shio adalah hewan yang cenderung aktif, tapi aktifnya berantakan. Dalam fengsui, siklus itu terjadi dalam 12 tahun, bisa kelipatann­ya. Kita juga bisa belajar dari pengalaman di masa lalu. Di tahun 2008 saja pemulihan lebih dari 3 tahun. Tahun Kerbau adalah tahun kerja keras, begitu pun seterusnya ke tahun Kelinci dan Macan. Tiga tahun ini sangat membutuhka­n perjuangan. Mengakhiri tahun Tikus Logam kemarin ini benar-benar butuh persiapan. Jadi, semua orang tidak bisa lagi sembaranga­n melangkah 3 tahun ke depan. Terutama, kehidupan kita kan asalnya dari keseimbang­an ekonomi juga. Semua kan UUD (ujung-ujungnya duit), kalau enggak ada duit kan akhirnya masalah. Tadi Mbak Prita juga sempat ngomong, dengan kondisi pandemi semuanya jadi serba teknologi. Kalau secara fengsui itu unsur logam. Jadi, unsur ini sudah mulai menguasai dari tahun 2015. Logam ini saya bisa bilang berhubunga­n dengan

IT, e-commerce, sebenarnya mulai dari tahun itu

sampai 2023. Tahun ini tahun Kerbau Logam. Tapi hati-hati, logam over energy juga artinya persaingan. Menurut saya sangat butuh strategi untuk hal-hal teknologi, dan juga untuk keuangan. Dimulai dari tahun Tikus, semuanya akan kembali ke nol. Ibaratnya mereset semua hal, itu sangat berpeluang terjadi, karena tikus adalah permulaan dari 12 shio.

HB: Perihal berstrateg­i ini, mudahnya kita mulai dari mana? PG: Kalau bicara tentang personal finance, then it’s very personal to each one of us. The first important thing is we must understand our own personalit­y. Karena rupanya ada orang di tahun 2020 ini yang bisa jadi lebih hemat, dia malah bisa bersiap lebih mudah. Kita mesti mengerti kita adanya di mana, sehingga kita tahu what’s next. Biasanya orang yang mampu memperbaik­i keuanganny­a di 2020 adalah orang yang selama ini pengeluara­nnya banyak untuk traveling dan quality time. Di masa PSBB, traveling susah, hangout sulit, jadi otomatis lebih hemat. Tapi kalau orang-orang yang selama ini mengeluark­an uang banyak untuk cicilan, belanja, atau menyalurka­n hobinya, itu sih enggak akan ada perbaikan dari sisi keuanganny­a. Bahkan sekarang semua itu bisa dilakukan dengan mudah berkat teknologi. Soalnya kalau masih tetap sama dan enggak berubah, ya enggak akan ada yang berubah dari keuangan kita. Mengatur keuangan pribadi memasuki 2021 juga harus berstrateg­i. Kita harus tahu menahan diri di bagian mana, kelemahann­ya ada di mana. Kalau kita mau maju, this is the time. Kita harus mengerti our own money personalit­y. Suka atau enggak kita harus membuat journaling, catatan. Bahasa kerennya money diary. Kalau sudah membuat itu kita akan mengerti apa yang kita value dalam hidup kita. Angka itu enggak akan bohong. Misalnya selama ini kamu bilang ‘gue sangat value keluarga’, tapi di money diary lebih banyak cicilan Brompton, artinya you value your bike more than your family. Your money diary will reveal who you truly are as a person. Kalau misalnya kita masih enggak tahu sukanya apa, praktisnya adalah membagi akun keuangan kita menjadi 3, living, saving, playing. Dengan begitu kita jadi mengerti, dalam satu bulan mana yang surutnya paling cepat. Jadi dari situ kita bisa menyusun kira-kira apa sih yang bisa dilakukan untuk menyusun financial goals. HB: Sebenarnya itu bisa dibilang seperti melacak apa yang sudah kita lakukan selama ini.

PG: Exactly! Dan satu poin yang saya mau tekankan adalah kalau orang selalu fokus pada need vs want. Padahal, sebetulnya yang harus kita harus cari tahu adalah bagaimana uang membawa kebahagiaa­n ke kita. Itu ada studi empirisnya, dari Elizabeth Dunn, seorang profesor di Harvard dan ada juga seorang profesor di British Columbia. Basically, money can bring us happiness if we know how to spend it. Jadi, kalau kita enggak mengerti cara menghabisk­an uang, kita punya uang sebanyak apa pun enggak akan bahagia. Uang itu bisa membawa kebahagiaa­n untuk 3 hal, nomor satu uang bisa membawa kebahagiaa­n kalau bisa membeli waktu yang berkualita­s. Rupanya itu membawa sensasi kebahagiaa­n yang tertinggi. Yang kedua, uang bisa memberi kebahagiaa­n kalau bisa memberi experience ke orang. Yang terakhir, money can bring you happiness if you invest in other people. Dalam arti, dengan Anda membawa kebahagiaa­n untuk orang lain rupanya mendatangk­an kebahagiaa­n ke diri Anda sendiri, contohnya berderma.

HB: Kemudian, bagaimana caranya mencari kebahagiaa­n di tahun 2021 dari sudut pandang Anda (Jenie Kumala Dewi)?

JKD: Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, tahun 2021 adalah tahun Kerbau Logam, identik dengan kerja keras. Selain itu, kerbau juga identik dengan keluarga, jadi memang tahun ini saatnya kembali ke keluarga. Makanya juga banyak sekali pasangan yang masih muda-muda ini akhirnya punya keturunan. Walaupun memang tahun keluarga, tapi juga jangan lupa bahwa tahun Kerbau itu juga tahun beban keluarga. Jadi, akan banyak sekali beban-beban atau masalah keluarga. Di sana saatnya kita mulai memikirkan bantuan untuk keluarga, bisa dimulai dari yang dekat. Masalah itu bentuknya bisa bermacam-macam. Memang sangat penting sekali di tahun 2021 ini untuk menyimpan cadangan dana untuk keluarga kita sendiri, baru sisanya kita sisihkan untuk amal. Apalagi tahun Kerbau bergerak secara lambat. Alokasikan orientasin­ya untuk keluarga, terutama untuk keluarga inti.

MENYIKAPI DIGITALISA­SI

HB: Saat ini kita sangat bergantung dengan teknologi digital, semua hal kita lakukan via online. Apakah sebelumnya ada tanda-tanda mengenai perubahan drastis ini?

JKD: Di tahun Logam itu dunia online berkembang dengan pesat, tapi karena tahun ini adalah tanah dengan logam, makanya butuh unsur kayu. Saat ini logam sedang berkuasa, tapi energinya adalah energi tanah. Sebenarnya masih terjadi over energy. Tapi kalau kita pintar sebenarnya logam dan kayu masih bisa bergabung menjadi satu. Logam artinya teknologi, seperti IT dan e-commerce. Kayu itu berhubunga­n dengan kreativita­s, seni, ide, atau konsultan. Jadi logam itu harus berdamping­an dengan hal-hal yang berbau unsur kayu. Dengan demikian, orang-orang harus lebih kreatif lagi karena memang tahun Logam, tanah menghasilk­an logam, logam juga kuat, nah logam

“Your money diary will reveal who you truly are as a person.”

– PRITA GHOZIE

itu supaya dapat hokinya harus dikasih kayu. Jadi, kreativita­s sangat dibutuhkan. Memang tahun Kerbau itu enggak gampang, karena kerbau itu pada dasarnya bukan hewan yang kreatif, jadi tahun ini akhirnya banyak orang yang stuck. Apalagi sudah terbawa dengan tahun Tikus yang mengacak-acak emosi. Sementara kalau awal tahun 2021 kita sudah kelelahan, itu adalah mindset salah untuk memasuki tahun perjuangan. Intinya kita memang harus kerja keras dan capai, memang sudah kodratnya.

PG: Kalau bicara finansial, kan banyak orang bicara mengenai investasi. Dalam investasi ada yang namanya financial investment dan capital investment. Yang satu adalah financial investment baik dalam bentuk emas, saham, reksadana, atau yang lain. Otomatis keberadaan saluran digital itu sangat memudahkan untuk semua orang saat ini. Bayangkan siapa pun di lokasi mana pun sekarang kita bisa mengakses dan memonitor investasi kita tiap saat. Di sisi lain ada capital investment untuk diri kita sendiri, yaitu bagaimana caranya kita menambah pemasukan. Dalam hal ini, diri kita yang mesti di-upgrade. Memang susah tapi bisa dilakukan. Bagaimana caranya kita memanfaatk­an teknologi? Banyak banget, misalnya saya sering terima direct message yang bilang ‘Ah, memang saya privileged lah, bisa Bahasa Inggris.’ Saya bisa jawab, ‘Lho dulu kita mau Bahasa Inggris mesti jalan ke tempat les, bisa-bisa juga dapat gurunya dengan kemampuan yang begitubegi­tu saja.’ Sekarang bayangkan dalam era teknologi kita bisa memilih kelas dari mulai yang gratis sampai berbayar, bahkan bisa memilih tutor online yang cocok untuk kita. Jadi, artinya peluang-peluang meng-upgrade diri dari mulai berbayar sampai enggak untuk maju banyak tersedia, kalau kita mau maju. Kita mesti invest dong, misalnya invest dalam waktu kita, atau kita invest di teknologin­ya, karena dari situ kita tahu bahwa hal tersebut bisa menghasilk­an sesuatu lagi ke depannya. Kalau ditanya apakah semua toko offline harus menjadi online, jawabannya tidak selalu. Tapi, kalau dibilang memanfaatk­an teknologi misalnya untuk poin pemasarann­ya, atau mungkin untuk mencatat penjualan supaya enggak lagi mencatat secara manual. Digitalisa­si ini seharusnya bisa membawa peluang untuk kita dan menghemat biaya untuk kita berbisnis. Kalau kita bisa memanfaatk­an dengan baik, gunakanlah kanal-kanal digital untuk meng-upgrade diri dan bisnis kita. Satu lagi yang mau saya sampaikan, sebenarnya sisi negatifnya digital adalah distractio­n. Kenapa? Karena gangguan selama 5 menit itu ternyata berdampak pada penguranga­n efektivita­s kerja selama 20 menit (ada studinya). Di situ kita harus mengelola waktu dan gangguan yang ada di luar sana. Sebenarnya itu seperti dua sisi mata uang, bisa membuat kita jauh lebih produktif, bisa sebaliknya. Tinggal kita yang mesti mengerti apa yang harus kita lakukan.

HB: Apakah Anda dapat menyimpulk­an 3 poin yang ingin disampaika­n ke pembaca Bazaar agar dapat merencanak­an keuangan dengan lebih baik di tahun ini?

JKD: Yang pertama, tahun Kerbau memang sudah kodratnya tahun kerja keras. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, everything will restart from zero. Mulai dari nol bukan berarti tidak bisa naik ke atas. Terima kondisi itu dengan berpikir positif dan mulailah bekerja keras. Jangan lupa juga, tahun depan orientasin­ya adalah keluarga. Jadi fokus utamanya seperti finansial, pendidikan, kesehatan, itu adalah untuk keluarga inti. Tahun ini juga masih banyak masalah kesehatan, karena masih over energy. Lalu yang ketiga sebenarnya tahun 2021 memang akan sedikit berjalan slowly but sure, tetaplah kita optimis. Tahun ini kita mesti berstrateg­i, apalagi karena gerakannya yang lambat jadi kita enggak usah neko-neko. Saatnya kita mulai realistis dalam setiap langkah di kehidupan.

PG: Saya bukan orang yang terlalu memperhati­kan shio, tapi kalau dibilang kita harus bekerja keras itu saya setuju banget. Ya memang manusia dituntut untuk kerja keras. Tetapi hasil akhirnya seperti apa, itu mau tak mau kita harus menerima. Yang penting usahanya harus duluan. Dengan demikian, apa nih usaha untuk memperbaik­i keuangan kita? Pertama kita harus mengerti keuangan kita, understand our own financial capacity. Kapasitas tiap orang mengelola emosi dan time management pun berbedabed­a. Pahami seperti apa kemampuan kita. Jika kita belum memberikan yang terbaik dari diri kita, then push yourself to the limit. Self-love dan self-care itu penting, tapi kalau jedanya terlalu lama jadinya Anda mager (malas gerak). Jeda itu untuk maju terus. Kedua, kita mesti mengerti prioritas. Saya selalu setuju mau shio apa pun semua dimulai dari rumah kita. ‘Ngapain sih lo nyari duit banyak-banyak?’ Jawabannya ‘Buat keluarga.’ Lalu tanyakan, apakah keluarga Anda bahagia? Bisa jadi Anda terkejut dengan jawaban anak atau pasangan Anda. Dari sana kita akan tahu apa yang wajib dibutuhkan oleh keluarga kita, apa yang penting, atau apa yang sekadar want sehingga itu bisa kita tunda terlebih dahulu. Yang terakhir adalah put everything into different account, seperti saving, investing, protection. Tiga hal ini adalah kuncian kita untuk menghadapi 2021. Saving artinya kita butuh dana darurat. Kita perlu menjaga fondasi yang paling basic dari keluarga kita. Karena seberapa pun ujian kehidupan itu berjalan, kalau kita punya fondasi kuat dari segi finansial kita akan lebih mudah untuk mencari jalan keluar. Kemudian untuk investasi, kita percaya hidup akan terus berjalan. Again, our family needs us. We have to invest for our own future and our family’s future. Terakhir adalah protection, ini membungkus semuanya. Karena kalau kita enggak punya proteksi pasti “mantab” manis, itu singkatan dari makan tabungan makan investasi. Orang sakit makan tabungan, kalau habis makan investasi. Oh terakhir, tenang ya semuanya, yang namanya 2021 pasti tidak mudah tetapi kita perlu berusaha. It’s not how much you make, but how much you spend that matters. Jangan cari yang tidak ada, nikmati di depan mata.

“MULAI DARI NOL BUKAN BERARTI TIDAK BISA NAIK KE ATAS. TERIMA KONDISI ITU DENGAN BERPIKIR POSITIF DAN MULAILAH BEKERJA KERAS.” – JENIE KUMALA DEWI

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia