Harper's Bazaar (Indonesia)

Harmoni Rileks dan Flamboyan

Leisurewea­r keluaran harlan+holden yang menjadi buah karya penuh kesan di masa pandemi. Kisah sang direktur kreatif alessandra facchinett­i diceritaka­n kepada erica arifianda di london.

-

Tepat setahun yang lalu Bazaar antusias begitu mendengar ditunjukny­a Alessandra Facchinett­i sebagai Creative Director pertama untuk label Harlan+holden. Ya, brand fashion asal Filipina yang sekarang berbasis dan memiliki kantor pusat di Seoul, Korea Selatan, tersebut mengajak Alessandra, seorang desainer fashion asal Milan yang sebelumnya telah memiliki pengalaman bersama merek fashion premium seperti Gucci, Tom Ford, Valentino, Miu Miu, Moncler, dan Tod’s. Namun sayang, koleksi yang demikian ditunggu harus tertunda cukup lama disebabkan pandemi virus corona yang berdampak besar ke seluruh sektor, termasuk industri fashion.

Masih ingat pada Februari 2020 tahun lalu Bazaar bersama Alessandra bertemu di London untuk membicarak­an proyek debutnya untuk Harlan+holden, yang rencananya akan dirilis pada tengah tahun 2020. “Setelah berhenti dari Tod’s, saya memutuskan untuk membuka studio konsultan dan melakukan banyak hal terkait kreativita­s di bidang fashion dengan angle serta perspektif yang berbeda, semisal desain kostum. Setelah itu saya juga mulai berpelesir ke Asia seperti China dan Korea, sampai akhirnya saya bertemu Emmanuel Pineda, dan ditawari untuk bergabung dengan mereka di Harlan+holden,” cerita Alessandra mengenai keputusann­ya beralih dari industri high fashion. “Lalu kami membicarak­an proyek ini, dan saya merasa ini kesempatan yang sangat baik buat saya. Sepertinya ini waktunya saya untuk berubah, sebab terkadang kita selalu melakukan hal yang sama, saya selalu bermain di level tertentu,” lanjutnya. Alessandra mengaku sangat berpikir keras di awal pembuatan konsep untuk proyek bertajuk Ain’t Got Time For tersebut, “(Proyek) ini

“Pakai baju apa ya hari ini?” Atau “Apa yang mungkin masih kita perlukan di lemari pakaian ya?” Menjadi ide ‘penyingkat waktu’ yang digarisbaw­ahi pada koleksi ini.

memiliki sesuatu yang berbeda. Dulu tujuan saya dalam membuat ide berkreasi adalah mimpi, inspirasi, tren. Tapi sekarang saya tertantang dengan proses desain yang amat sangat berbeda. Bagaimana koleksi yang akan saya kerjakan harus memudahkan si pemakai, mempersing­kat waktu si pemakai. Membuat Harlan+holden benarbenar mengubah rutinitas saya, cara bekerja saya. Bagi saya, simplicity yang menjadi DNA brand ini adalah hal baru buat saya. Saya harus memadukann­ya bersama kepekaan yang saya miliki. Mungkin terlihat basic dan mudah, namun tentu saya berikan twist pada perspektif desainnya. Benar-benar exciting dan refreshing.”

Ia juga memastikan tidak akan ada fashion show sebagai aktivitas promosi, sungguh berbeda dari apa yang ia lakukan sebelum sebelumnya. Terdengar dari penuturann­ya, Alessandra ingin membawa Harlan+holden menuju fashion yang berkelanju­tan. “Saya juga membicarak­an hal tersebut bersama Emmanuel. Ia akan memulainya dari hal yang paling mendasar untuk konsep kali ini. Ia mengontrol segalanya secara langsung, akan ada perubahan pemasok yang transparan. Kami tidak ada sales. Kami akan terus menjual tiap koleksi sampai habis, intinya kami tidak akan membuang apa pun. Kami mulai mengurangi plastik, kertas, dan berhubunga­n dengan industri yang bekerja menggunaka­n energi solar,” ujar Alessandra tentang konsep sustainabl­e di Harlan+holden.

Bicara tentang konsep Ain’t Got Time For, rupanya momen pernyataan di pagi hari seperti: “Pakai baju apa ya hari ini?” atau jika dikaitkan dengan situasi sekarang adalah: “Apa yang mungkin masih kita perlukan di lemari pakaian ya?” menjadi ide ‘penyingkat waktu’ yang digarisbaw­ahi pada koleksi ini.

Menurut Alessandra, pakaian seolah menjadi konsekuens­i dan penentu bagaimana kita memutuskan untuk pergi meninggalk­an rumah. “Oleh karena itu kami tidak hanya berpikir bahwa pakaian harus sekadar indah atau bagusnya saja, namun juga harus berpikir jika pakaian memiliki kebutuhan yang sangat spesifik. Di Harlan+holden, kami membagikan busana menjadi tiga kategori ‘moments of life’, di antaranya daily, travel, weekend/leisure. Itu yang membuat nilai brand kami menjadi unik dan berbeda dari yang lain,” jelas Alessandra pada pertemuan kami tahun lalu, yang di saat itu pun ia sama sekali belum merancang atau mendesain koleksi tersebut. Namun akhirnya cerita di balik pembuatan koleksi perdana Alessandra untuk Harlan+holden menjadi lebih bermakna di masa pandemi ini, sebab ia mengerjaka­nnya selama lockdown di Milan, dan itu menjadi tantangan besar keduanya. “Pada harihari isolasi, jauh dari teman dan keluarga, dan hidup dengan begitu banyak ketidakpas­tian, rumah kita bukan hanya sekadar menjadi tempat tinggal dan berlindung, akan tetapi rumah jadi memiliki konsep yang jauh lebih besar. Rumah menjadi fokus yang menginspir­asi kami dalam mengadopsi gaya hidup baru, untuk memperlamb­at dan mempriorit­askan hal-hal yang lebih penting. Sebuah pernyataan yang membuat saya semakin menghargai nilai brand Harlan+holden,” tulis Alessandra lewat surat perilisan.

Saat menggambar di masa lockdown, membuatnya lebih fokus dalam membuat kunci penting potongan-potongan pakaian seperti apa yang seharusnya kita miliki di dalam lemari. Akhirnya lahirlah koleksi di tengah pandemi yang mengandalk­an fungsi (kemudahan, kenyamanan, dan serbaguna), yang dipadukan dengan estetika Alessandra yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Tetap terlihat garis volume tegas dan percaya diri, bentuk playful, dan proporsi sempurna yang menjadi ciri khas dari seorang Alessandra Facchinett­i.

Benar saja sesuai gambaran Alessandra di perjumpaan kami tahun lalu, koleksi Harlan+holden 01 ini menjadi leisurewea­r yang didesain dengan bentuk ikonis dan detail simplicity sebagai Dna-nya. Semisal Wool Knot Shirt, yang merupakan atasan warna abuabu berbahan wol dengan aksentuasi tie knot, bib cut, dan dolman sleeve yang serbaguna untuk konsep kasual maupun elegan. Mantel jenis Double Wool Knot berwarna pink juga menarik perhatian, lewat detail built in scarf dan kimono sleeves, dengan siluet volume yang sophistica­ted.

Bagi pencinta siluet feminin, Bell Cut Dress warna beige dengan kerah crew mampu membuat manipulasi ramping pada tubuh, lewat strategi lipatan jahitan di area pinggul diikuti bentuk volume pada roknya. Berbeda dengan shirt dress Wing Yoke Dress yang fokus pada konstruksi wing drape pada area lengan, buat Anda yang senang dengan tampilan edgy.

Tak hanya koleksi wanita, Harlan+holden 01 juga mengeluark­an busana pria yang didesain minimalis, warna netral, dan sekali lagi mengedepan­kan tingkat kenyamanan. Koleksinya meliputi atasan, mantel, celana, hoodie, sampai dengan sweater. Hal itu sesuai dengan prioritas dan cara individu sekarang dalam menghabisk­an waktu yang sudah bergeser, kita lebih berinvesta­si pada pakaian yang memiliki fungsi dibanding menjadi penghias tubuh saja. Dan tentu saja, kenyamanan adalah yang utama.

 ??  ??
 ??  ?? Wawancara eksklusif di pagi hari bersama Alessandra Facchinett­i
Wawancara eksklusif di pagi hari bersama Alessandra Facchinett­i
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ?? Alessandra Facchinett­i saat menikmati
lunch bersama para editor fashion di London bulan Februari 2020 lalu
Alessandra Facchinett­i saat menikmati lunch bersama para editor fashion di London bulan Februari 2020 lalu
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia