Ekspresi Privasi
MENYUSURI RUANG KERJA HERMAN HARTONO YANG ERAT DENGAN KONSEP PERSONAL NAN EKSKLUSIF. OLEH YUDITH KINDANGEN
Letaknya tersembunyi bagai tak ingin tampil menjadi sorotan publik. Namun begitu ditemukan gedung ini mencuri perhatian. Sebuah gedung yang berlokasi di pusat kota Jakarta bernama Wisma 18. Suguhan pintu gerbang dengan menggunakan tanaman untuk menutupinya siap menyambut kami. Semakin masuk ke dalam, dari situ saya dapat melihat bagaimana sempurnanya privasi gedung ini terjaga. Apalagi ketika tiba di pojok belakang gedung, tampak ruangan berhiaskan panelpanel kayu yang bisa beralih fungsi menjadi pintu masuk tidak kasat mata. Rupanya ini adalah akses khusus untuk memasuki ruang kerja Herman Hartono.
Melangkah tak jauh dari pintu masuk tersebut, ada sebuah lift dengan pola lantai hitam putih. Lagi-lagi, lift tersebut dirancang eksklusif hanya untuk menuju ruang Managing Director di ABA Group yang menaungi sejumlah brand, di antaranya yaitu L'occitane En Provence, Venchi, dan Elemis. Seolah menawarkan ketenangan dan privasi yang mumpuni, setiap pintu dilengkapi dengan akses. Suasana hangat nan intim pun sekejap terasa lewat penataan cahaya kekuningan dan warna-warna alam.
Ruang kerja, bagi Herman tak hanya sebatas tempat untuk urusan profesional saja. “Ruang kerja itu harus bisa menjadi tempat yang baik untuk saya dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Terutama untuk mendapatkan inspirasi, berpikir, melakukan perencanaan dan berkomunikasi. Untuk itu saya menginginkan desain
ruangan yang zen dengan warna-warna alami,” tutur Herman yang memercayakan konsep bangunan ini pada arsitek Yakob Sutanto dari Atelier T(w)o bersama seorang desainer interior, Sumarlun Hondorus dari Skala. “Saya tidak begitu suka sesuatu yang terlalu musiman atau sesaat, sehingga desain yang saya sukai biasanya yang lebih simpel tetapi timeless,” lanjutnya. Lantas Herman membagi ruang menjadi beberapa bagian, dari yang resmi hingga kasual.
Ruang kerja bertransformasi menjadi sebuah ruang personal yang nyaman. Tempat yang membuat Herman menghabiskan sebagian besar waktu ketika ia sedang di kantor. “Meja kerja saya merupakan tempat favorit. Di sana saya merasa memiliki fokus yang baik dan termotivasi. Selain itu, sisi ruangan yang memiliki beberapa jendela menghadap ke Tugu Monas dan skyline Jakarta menjadi karakter unik yang sekaligus favorit saya. Jendela
jendela ini seperti sebuah artwork yang hidup. Pemandangan yang saya nikmati di sini dapat berbeda-beda di setiap waktunya. Ini menjadi refresher saya di antara meeting dan pekerjaan yang ada,” ungkapnya.
Seketika pintu ruangan dibuka, aroma segar bercampur woody menyerbak. Aroma itu berasal dari perpaduan lilin aromaterapi yang tersebar di atas meja. “Biasanya saya memulai hari di kantor dengan menyalakan sebuah scented candle.
Karena saya merasa aroma yang menyenangkan tentunya memiliki pengaruh yang positif.” kata pria pencinta parfum L’occitane Cassis Rhubarbe yang merupakan kolaborasi dengan Pierre Hermé. Kemudian beragam detail pajangan hadir membuat ruang kerja serupa galeri koleksi pribadi dari seorang traveler yang mengapresiasi seni. “Setiap melakukan perjalanan, saya senang mengumpulkan airlines menu dengan desain cover yang variatif. Bisa dibilang koleksi ini merupakan sesuatu yang menghibur untuk saya lihat. Maka posisi penempatannya pun ada di seberang meja kerja saya,” cerita Herman.
Selain soal seni, ia menyukai bendabenda klasik yang bisa ia gunakan hingga bertahun-tahun lamanya. Salah satunya yaitu briefcase lansiran Hermès yang telah menemaninya bertahun-tahun. Sementara itu, ia juga gemar mengoleksi jam tangan, dari Apple Watch, Rolex, hingga Patek Philippe. Lalu untuk urusan busana kerja, perpaduan kemeja dalam rona netral dan celana hitam menjadi andalannya. “Ya, sesekali saya tambahkan suit jacket ketika diperlukan.”
Saya pun diajak berkeliling bukan hanya di area ruang kerjanya, melainkan juga menyusuri setiap ruang yang ada dalam gedung kantor itu. Sembari berjalan, Herman menunjukkan sudut favorit ketika waktu senggang. “Di sini biasanya saya menikmati snack di sore hari, ditemani dengan teh hijau atau black coffee dan a few bites of Venchi Chocolates,” ujar pria yang baru saja membuka gerai artisan cokelat asal Italia, Venchi, di Plaza Indonesia.
Di akhir perjumpaan, saya menanyakan, apa prinsip atau etos kerja yang dibagikan kepada para pekerjanya. Ia pun mengungkapkannya sambil tersenyum. “Invest your time wisely! Plan well and be effective in what you do. Success should be planned, not to be expected to come by accident. Dan yang paling penting, have a good balance in your life. A happier person is more likely to be able to perform well in whatever the person does.”