MUATAN MODERNISASI
SELAIN MENYIMPAN HISTORI DARI COCO CHANEL, KOMPARTEMEN IKONIS INI MENGANDUNG NILAI heritage YANG PROGRESIF.
Salah satu fashion item yang paling ikonis dari rumah mode Chanel adalah tas 11.12 yang memiliki sejarah panjang di baliknya. Tas ini merupakan interpretasi ulang dari tas 2.55 yang dirancang oleh sang pendiri rumah mode, Gabrielle Chanel. Aksesori yang diidamidamkan para wanita ini mewarisi bentuk dan detail dari pendahulunya, tas 2.55. Tas couturièr ini merefleksian kreasi ready-to-wear Chanel yang menonjolkan sisi feminitas dan keunggulan dari perempuan.
Kepribadian Coco Chanel yang modern dan inkonvensional dapat terlihat dari pembuatan tas klasik ini. Saat pertama kali ia membuat tas, pada zaman itu aksesori wanita tidak dibuat oleh rumah mode namun diciptakan oleh perajin kulit dan pembuat sadel. Tidak hanya sesuai dengan gayanya, Coco Chanel juga menginginkan sebuah tas yang sesuai dengan kebutuhannya sehari-hari dan tidak membatasi pergerakannya. Oleh karena itu ia memutuskan untuk melepaskan diri dari gaya zaman itu dan mengambil inspirasi dari kreasi couture savoir-faire yang dapat menemani perempuan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal inilah yang membuat Coco Chanel dianggap modernist dan progresif dalam dunia mode pada eranya.
Coco Chanel memilih bentuk persegi panjang untuk memberikan kesan understated dalam tas ini. Untuk bahannya ia menggunakan kulit domba yang halus dan lembut yang biasanya digunakan sebagai bahan sarung tangan. Terinspirasi dari jaket yang dikenakan para penunggang kuda dan selimut sadel yang ia lihat di kandang kuda, Coco Chanel juga menambahkan motif belah ketupat yang dijahit di atas kulit tas tersebut. Motif ini juga diikuti dengan bentuk segitiga yang dinamakan chevron. Kedua motif ini yang kemudian bertahan hingga saat ini dan dikenal dengan motif klasik dari tas 2.55 dan 11.12. Kulit domba yang digunakan saat ini menjadi pilihan klasik yang dikenal dengan istilah kulit
caviar untuk 11.12 dan calfskin untuk 2.55 (dapat Anda ingat ketika ingin mendapatkan tas ini), yang disertai dengan pilihan bahan-bahan baru lainnya seperti jersey, wol, tweed, velvet, denim, sutra, kulit paten, dan metalik yang menghiasi koleksi ready-to-wear di setiap musimnya dengan variasi warna yang berbeda oleh Virginie Viard.
Pembuatan tas ini membutuhkan proses yang cukup panjang dan mendetail. Dimulai dengan memotong setiap bagian kulit yang dilakukan dengan sangat tepat karena artisan harus menemukan setiap sudut yang sempurna agar potongan dari kulit ini sama persis. Seperti halnya dengan busana ready-to-wear, bila menggunakan bahan wol maka motifnya harus disejajarkan dengan sempurna. Selanjutnya kulit tersebut dirajut menggunakan teknik point droit de couturière dan di bagian bawahnya dijahit lambang C ganda. Guna memberikan volume, bagian badan dan bawah tas digabungkan menggunakan teknik “tas dalam tas” yaitu bagian interior tas diletakan di dalam bagian eksterior. Menggunakan tangan tas tersebut kemudian dibalik dengan gestur yang dinamakan piqué retourné (balik dan jahit) yang juga digunakan di studio/ateliers ready-to-wear mereka. Coco Chanel menginginkan agar bagian dalam dari tas ini tidak kalah menarik dari bagian luarnya, bagaikan daya tarik seorang wanita ia percaya bahwa “bagian dalam harus sesuai dengan bagian luar”. Oleh karena itu lapisan kulit berwarna merah burgundy digunakan untuk membalut bagian dalam tas ini. Warna yang kontras dalam kulit bagian dalam ini memudahkan kita untuk menemukan barang serta mempunyai fleksibilitas yang tidak kaku ketika digerakan. Hal ini dikarenakan kulit tersebut dijahit menggunakan jahitan point de bride yang dapat menyatukan dan menyatukan struktur tas tanpa membuatnya kaku.
Elegan dan fungsional merupakan dua hal penting yang menjadi prioritas Coco Chanel ketika menciptakan tas yang kaya akan daya pikat ini. Seperti halnya pakaian ready-to-wear, tas ini dilengkapi dengan 7 kantong yang memungkinkan Anda untuk menyimpan lipstik, kartu, bedak padat, serta sepucuk surat dan catatan kecil yang bisa Anda simpan dalam kantong the secret (Coco Chanel menggunakannya untuk menyembunyikan surat-surat cintanya). Selain itu di bagian belakang tas juga terdapat kantong yang disebut smile pocket, praktis untuk menyimpan sesuatu yang ingin dijangkau mudah. Yang terakhir, tas ini dilengkapi dengan rantai logam yang bisa disesuaikan, bagaikan sebuah perhiasan yang menjuntai di antara pergelangan tangan. Pada tas 11.12, rantai logam ini dikombinasikan dengan tali kulit yang dipasang dengan tangan. Dengan penutup bagian depan berlogo C ganda dan motif rajutannya yang bervolume, tali rantai dari tas ini merupakan salah satu elemen dari tas 11.12 yang paling mudah dikenali.
Tas ikonis ini dibuat di Ateliers de Verneuil en Halatte, salah satu Metiers d’art atau workshop perajin Chanel yang terletak di daerah Oise, utara dari Paris dengan waktu pengerjaan selama 15 jam dan 180 operasi. Hal ini tidaklah mencengangkan mengingat tas ini dipercayakan ke tangan perajin yang sudah dilatih selama empat dan lima tahun sebelum bisa menguasai setiap gerakan dan teknik dengan sempurna. Keterampilan yang luar biasa itulah yang membuat Ateliers de Verneuil en Halatte mendapatkan penghargaan Entreprise du Patrimoine Vivant (perusahaan warisan hidup) pada tahun 2016.
Keberanian dari tas ikonis Chanel ini memecahkan sebuah paradoks: menyatukan keabadian dengan modernitas tanpa pernah melupakan daya pikat Chanel.