SELEBRASI KEBEBASAN
DIDIT HEDIPRASETYO TAK RAGU DALAM MERAYAKAN KEKUATAN DAN KEBERANIAN PARA WANITA MELALUI PERPADUAN KAIN SONGKET DAN MOTIF BATIK PARANG JAWA YANG DIHADIRKAN DALAM KOLEKSI ADIBUSANA MUSIM INI.
Lebih dari satu dekade berkarya di dunia mode, Didit Hediprasetyo secara konsisten menghasilkan ragam koleksi nan memukau. Tak pernah lelah mengekspos keelokan warisan budaya Indonesia, sang desainer senantiasa menghadirkan permainan kain songket dalam tiap koleksinya, ibarat jati diri yang tak dapat terlepaskan. Ia pun terus tergerak untuk memamerkan kekayaan budaya Indonesia ke dalam kancah internasional. Untuk koleksi adibusana musim Spring/summer 2021 kali ini, pria yang dianugerahi Silver Thimble Award pada tahun 2016 silam ini mendedikasikan berbagai tampilan yang ia rancang kepada para wanita yang tak gentar menghadapi beragam rintangan dan berani untuk melawan. Persembahan tersebut hadir atas kegelisahan Didit terhadap kesukaran yang dialami para wanita dalam masa yang tak pasti ini. Selaras dengan apa yang dipancarkan oleh musim ini, Didit ingin memberikan keleluasaan bagi para wanita untuk menemukan arti kebebasan yang sesungguhnya, sembari bermimpi dan memupuk harapan yang berarti.
Melalui makna mendalam yang dibawakannya, koleksi adibusana tersebut mampu menyasar pihak mana pun yang menyanjungnya, terutama kepada mereka yang berkepribadian mandiri dan berani. Ia tak ragu dalam memenuhi kebutuhan dan hasrat para wanita yang kuat dan percaya diri. Siluet dari koleksi adibusana kontemporer tersebut pun dirancang dengan cermat, tentunya dengan tujuan merayakan sisi modernitas serta segala keaslian yang melekat padanya.
Berbicara mengenai kain, Didit selalu menaruh perhatian besar terhadapnya. Selain pengaplikasian kulit premium dari Prancis, kain sutra, dan satin duchesse, kain songket turut, dan pastinya, berperan dalam merealisasikan nilai dan konsep tersebut. Dengan berani, Didit menciptakan harmonisasi antara dua budaya, yakni kain songket dari Sumatra dan motif batik Parang Jawa yang ikonis. Setiap tenun songket dan motif batik Parang mencerminkan filosofi estetika yang menerjemahkan secorak cerita lokal dan pengaruh budaya yang mengakar. Melaluinya, desainer kelahiran Jakarta ini ingin menciptakan ragam tampilan yang mampu memancarkan kemewahan serta kenyamanan.
Hal tersebut juga ia wujudkan melalui penciptaan siluet yang eksperimental, menegaskan kembali pentingnya kebebasan. Kehadirannya diperkuat dengan pengaplikasian garis-garis nan elegan sembari menyuguhkan permainan warna nude yang menenangkan. Warna powder pink dan ancient rosé ia pertemukan dengan semburan warna hitam yang anggun dari songket bermotif batik Parang.
Keberanian energi dari musim semi dibawa melalui potongan item fashion yang tajam, terlihat dari rompi dan ragam gaunnya. Kontras geometris pun membalut koleksi sang desainer, dengan melibatkan sebongkah inspirasi dari tahun 1960-an dan 1970an. Berbeda dengan penjahitannya yang tajam, atasan, dan gaun bustier dibungkus dengan lembut dan terpahat dengan indah pada tubuh. Penerapan tersebut mampu memberikan kesan feminin sekaligus maskulin bagi para pemakainya.
Didit Hediprasetyo kerap menampilkan keistimewaan dalam tiap rancangan koleksi adibusananya, membuatnya erat dengan kekhasan yang tercipta. Dalam mencerminkan sentuhan form-fitting, ia menyajikan tampilan wanita dalam balutan pink powder beserta jaket biker berbahan kulit dengan motif Parang yang cukup mendominasi. Kesan berani dan kuat tersebut dipadupadankan dengan sentuhan bolero berbahan satin duchesse serta celana panjang yang pas dalam warna ancient rosé nan indah.