FROM THIS MOMENT
MERENUNGKAN PERJALANAN menswear DAN PERHELATAN PENTING YANG MENGIKUTINYA.
FENOMENA DALAM MENSWEAR
Ada masanya ketika Harry Styles beralih dari anggota teen pop group hingga menjadi penyanyi solo yang lebih matang. Sampai akhirnya tahun ini ia berhasil menyabet Best Pop Solo Performance di ajang Grammy Awards. Di kesempatan bergengsi tersebut Harry terlihat mengenakan beberapa setelan Gucci, dengan gaya pria berelemen feminin. Pikir saya, bagaimana mengategorikannya. Metroseksual? Terdengar sangat ’90-an. Androgini? Kind of. Eksentrik? Iya. We just keep on redefining men, but that’s the way life goes. Meskipun ada unsur tidak maskulin dalam pakaiannya, sejujurnya menurut saya gaya itu sangat pantas untuknya. Buah kreasi Alessandro Michele dan Harry Lambert (stylist Harry Styles) dapat melekat baik dengan karakter penyanyi tersebut. Walaupun gaya itu bukan untuk semua, unggahan mengenai dirinya di Grammys (bersama Devonte Hynes dan Mitch Crowland) memperoleh lebih dari delapan juta likes.
Kita masing-masing punya standar dalam benak tentang taraf ideal karakter maskulin. Ada yang bilang bahwa yang maskulin harus mempunyai figur fit dan kekar, ada juga yang bilang bahwa maskulin berarti masa bodoh dengan penampilan, atau ada yang bilang maskulin itu berarti memiliki sifat gentleman. Lagi-lagi kita bicara pendapat, tapi, sebenarnya definisi maskulin itu selalu bergeser atau lebih tepatnya berevolusi, tidak hanya itu-itu saja. Dunia fashion juga menggambarkan pergeseran itu secara jelas, mungkin karena fashion dan image jalan bergandengan. Selain itu, fashion juga selalu bercerita tentang hal-hal yang relevan dengan kejadian saat ini atau di masa mendatang.
Dulu, image pria berbadan sterek merajai image fashion pria di tahun ’90-an. Kampanye Armani misalnya, digambarkan dengan pria berbadan tegap dan well-built. Hal tersebut diikuti pula dengan siluet pakaian yang sesuai untuk karakter tersebut, baik setelan suit, jeans, sampai swimming trunks. Beranjak ke awal 2000-an, dunia fashion pria gempar berkat karier Hedi Slimane di Dior Homme. Saat itu, skinny is in, sehingga suit menjadi berpotongan menyempit, begitu pula dasinya dan celana jeansnya. Kemudian ada juga Raf Simons di label eponimnya yang menggunakan proporsi tubuh serupa meski ditampilkan dengan gaya dan konsep yang berbeda.