PLANT PARENT
SIAPA SANGKA DUNIA BERCOCOK TANAM MAMPU MEMBUAHKAN LEBIH DARI SEKADAR RASA BAHAGIA. FOTOGRAFI OLEH INSAN OBI
SUDAH bertahun-tahun lamanya Adrian Gan menyimpan minat yang besar terhadap tanaman. “Saya suka daun hijau,” ucapnya saat kami temui di ruang kerja kantornya. Hal itu memang benar terbukti. Di meja sampingnya terdapat tiga potongan daun besar di dalam vas kaca berisi air. Begitu pun dengan pemandangan yang rimbun di luar jendela sana.
Saat berbicara mengenai topik ini bersamanya, Anda akan merasakan antusiasme yang berlimpah. Pria ini bercerita mengenai keputusannya membangun greenhouse di rumah barunya untuk mengakomodasi kebutuhan koleksi tanaman, “Saya mengamati kalau pergi hunting tanaman ke Bogor atau Ciapus, saya lihat mereka semua menggunakan penutup atau paranet. Saya dulu enggak aware, saya pikir mereka tutup begitu supaya enggak kehujanan atau apa, ternyata paranet itu penting sekali untuk tanaman tropis. Jadi sewaktu saya membangun rumah, saya pikir sekalian saja saya buat greenhouse kecil.”
Sampai saat ini ia sudah menekuni banyak hal mengenai dunia tumbuhan, bahkan semakin dalam sejak masa isolasi dimulai. Dari meminati tanaman aroid, masuk ke dunia kaktus dan sukulen, lalu kini kembali lagi ke kategori sebelumnya. Ada juga satu momen saat kantornya sempat berhenti beroperasi karena pandemi, ia mencoba belajar membuat pot dari tanah liat sebagai perpanjangan kebutuhan tanaman. Usai itu, ketertarikannya semakin jauh hingga akhirnya mengoleksi tanaman berjenis langka dan berharga. Berbagai nama tanaman eksotis ia sebutkan dan tunjukkan dalam selembar kertas sembari bercerita kepada Bazaar, khususnya philodendron. Dari jenis golden dragon variegata, domesticum, strawberry shake, dan masih banyak lagi. “Setelah pandemi ini saya merasa baru benarbenar mengenal tanaman. Saya belajar banyak, walaupun kelihatan jenisnya sama, tetapi eksekusinya berbeda. Dari cara memberi pupuk, menyiram, posisi penempatan. Ternyata tanaman itu lebih sensitif dari hewan peliharaan,” tuturnya. Kini ia lebih mantap untuk mengoleksi tanaman langka dan merawatnya, bahkan hingga mencoba teknik propagasi. Terlepas dari gagal atau tidaknya, Adrian konstan berusaha. Berbagai informasi ia kumpulkan, baik dari tutorial, sampai bertanya kepada seller dan pengembang biak. Berkat itu bertambah ilmunya, bertambah pula bahagianya.
Ia sempat berhenti sejenak saat kami menanyakan tentang apa kebahagiaan utamanya dari ritual merawat tanaman. Adrian menjawab, “Ketika tanaman saya bisa tumbuh subur dan di pagi hari sewaktu mengecek ada tunas atau daun baru yang mulai mekar itu satu kebahagiaan yang enggak bisa diungkapkan, pokoknya senang banget, ada bahagia, ada bangga bahwa kita sanggup memberi satu kehidupan. Pohon-pohon ini juga jadi pelepas stres. Terkadang sewaktu jenuh, saya ke belakang (greenhouse sementara) walaupun tempatnya panas dan tidak memadai. Namun waktu melihat mereka tumbuh subur, ada pucuk, ada bunga, itu menjadi satu kebahagiaan lain yang membuat saya lepas dari stres. Kalau dulu orang bilang tanaman itu hanya penghias atau menghijaukan, buat saya sudah pasti ada nilai yang lebih.”