KELEKATAN SEJARAH ISTIMEWA SANG RUMAH MODE
DENGAN VISI KONTEMPORER. OLEH MICHELLE OTHMAN.
atu dekade sudah Objets Nomades menjadi homage atraktif dan inovatif untuk kreasikreasi ikonis rumah mode Louis Vuitton yang selama lebih dari 160 tahun erat dengan dunia vakansi atau dikenal sebagai Art of Travel. Hasilnya, setiap rancangan furnitur dan objek dekorasi mengedepankan aspek fungsional bersifat distingtif yang kaya akan kreativitas dan gagasan unik para desainer interior terkemuka dunia.
Bazaar Indonesia pun melihat gubahan Atelier Oï, Marcel Wanders Studio, Campana Brothers dan lainnya yang kian marak (dan tetap secara privat) tampil kali ini di dalam bangunan bersejarah Command House di Singapura. Atensi pertama kami langsung mengarah ke sofa kulit merah dengan cangkang dari bilah ash-wood yang melengkung cantik serupa sangkar magis. Ruangan itu juga diperkaya aneka konfigurasi bunga, seperti pajangan origami flower yang terinspirasi dari monogram Louis Vuitton ataupun rangkaian tekstural untuk bantal. Berderap ke area selanjutnya, nuansa ultra feminin sangat menggoda, dengan kemunculan Merengue pouffe dalam palet raspberry yang tampak begitu empuk dan manis. Ada pula Cosmic Table dan kursi The Dolls menggunakan serat karbon ciptaan Raw Edges selaku centerpiece yang menawan.
Perjalanan kami setelah itu semakin menyoroti para trunk yang unjuk pesona, dari wadah untuk set porselen high tea, cocktail kit, hingga tersedia kamar khusus semacam game room yang benar-benar membuktikan bahwa peti Louis Vuitton sanggup membawa apa pun. Di sana, tersedia permainan football yang dinamai Babyfoot table, roulette, mahyong, dan biliar dengan DJ Trunk yang memainkan lagu-lagu klasik favorit sepanjang masa. Selepas rasa puas berada di antara koleksi objet d’art, kami melewati jajaran perangkat traveling yang menggugah hati. Bayangkan saja, adanya hammock, foldable stool, dan Perfume Trunk yang dapat dibawa ke mana saja Anda pergi. Suguhan ini mengingatkan kami akan desain pertama Monsieur Louis Vuitton di tahun 1874 yaitu Bed Trunk untuk penjelajah asal Prancis, Pierre Savorgnan de Brazza.
Menariknya lagi, kami juga menemukan lantern kontemporer karya Edward Baber and Jay Osgerby yang bertenaga surya dengan empat tingkat pengaturan kecerahan lampu LED, yang diboyong oleh Nomade leather strap dalam ragam warna mengagumkan selayaknya teman berpetualang yang modis nan praktis.
Kekuatan craftsmanship khas Louis Vuitton tentunya belum lengkap tanpa presentasi produk fashion spesialisasi Savoir-faire. Tepatnya di lantai atas kediaman General Officer Commanding of Malaya selama masa kolonial Inggris, terpampang sekelompok tas dari kulit eksotis yang di antaranya merupakan lansiran terkini.
Di wilayah Singapura, lima rangkaian eksklusif bertajuk Smokey Quartz menjadi primadonanya. Namun mata kami juga tak luput dari pancaran gradasi pelangi pada tas Capucines berkat teknik tainted glass yang ditemukan pada sebagian besar gereja di Eropa, piawai, suatu konsepsi akbar yang memperkuat unsur filosofi Louis Vuitton.
■