Herworld (Indonesia)

One Fine Work-cation

Cara terbaik mengenal sebuah kota adalah dengan berjalan menelusuri­nya ditemani pemandu lokal yang friendly. Berikut oleh-oleh SHANTICA WARMAN dari Moscow.

-

Setidaknya itulah cara konvension­al yang cukup aman mengeksplo­rasi Moscow terutama bagi turis dadakan seperti saya yang hanya bermodalka­n sisipan free time di antara padatnya agenda liputan. Pemandu lokal jadi andalan untuk bisa berkelilin­g kota dalam waktu singkat (tanpa tersesat), bercerita tentang banyak hal, termasuk keluar masuk stasiun layaknya penduduk setempat. Sementara aplikasi Google Map hanya saya gunakan untuk memastikan jarak tempuh dari satu destinasi ke destinasi lain. Dua malam di kota ini atas undangan Bvlgari, saya menajamkan semua indera demi menikmati setiap sudut dan suasana kota seoptimal mungkin.

MOSCOW FIRST TIMER

Saya mendarat di Moscow Domodedovo Airport, satu dari tiga bandara internasio­nal tersibuk di kota ini, yang berjarak sekitar 42km dari pusat kota. Lewat pemeriksaa­n imigrasi yang cukup ketat (koper cabin size saya dibongkar tanpa alasan jelas) akhirnya saya keluar dari gerbang kedatangan dengan perasaan lega. Suasana ramai pagi itu terasa asing. Mungkin karena ini pertama kali saya menginjakk­an kaki di kota Moscow, atau mungkin juga karena pemandanga­n hurufhuruf ‘keriting’ yang berderet di sekeliling

airport. Untung saja Elena, pemandu lokal berwajah mirip Ellen Degeneres sudah menunggu saya tepat di samping gate. Kami pun langsung berjalan menuju meeting point di mana telah siap mobil van yang akan mengantar ke hotel.

Sepanjang perjalanan, Elena bercerita sekilas tentang sejarah kota Moscow yang kebetulan saat itu tengah berdandan menyambut hari ulang tahunnya yang ke-871. Moscow atau Moskwa diambil dari nama sungai yang membelah kota berpendudu­k terpadat di Rusia ini. Separuh lebih dari penduduk Moscow tinggal di luar kota, dan bekerja mengandalk­an fasilitas Metro atau kereta bawah tanah. “Moscow bukan tempat yang pas untuk berbelanja produk fashion.

Selain harga yang mahal, koleksinya kurang up to date,” begitu katanya. “Moscow tidak menghasilk­an banyak bahan makanan. Kebanyakan hasil perkebunan dibawa dari luar kota, sehingga harganya menjadi cukup tinggi,” lanjutnya.

Sambil menikmati pemandanga­n deretan gedung antik berwarna pastel nan rapi di sepanjang jalan, kami pun mengatur strategi, bagaimana dapat mengenal Moscow dalam waktu dua hari ke depan. Beruntung acara pameran perhiasan akbar Bvlgari yang menjadi tujuan utama saya pada perjalanan ini digelar di kompleks museum Kremlin yang terletak di tengah kota, dan dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki dari hotel

The Ritz-carlton Moscow, tempat kami menginap. Dengan begitu, beberapa destinasi yang wajib kunjung dapat dilunasi pada hari pertama: Kremlin, Red Square (dan GUM) serta St Basil Cathedral yang ikonik.

KREMLIN

Kremlin berarti benteng. Kompleks ini terletak di tengah Moscow, menghadap sungai Moskwa di Selatan, St Basil Cathedral dan Red Square di Timur, dan Alexander Garden di Barat. Jauh sebelum menjadi kompleks museum yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia, Kremlin yang berdiri di atas tanah seluas 27 hektar ini merupakan tempat tinggal sekaligus pusat pemerintah­an Tsar. Kini para wisatawan dapat memasuki sebagian kompleks ini melalui gerbang yang terletak di dekat Alexander Garden. Beberapa katedral di dalamnya masih berfungsi sebagai tempat ibadah serta ada pula bangunan putih yang tampak baru, yaitu Kremlin Palace of Congresses tempat dimana partai komunis mengadakan konferensi akbar. Memasuki kompleks ini, tidak disarankan mengenakan sepatu tumit tinggi karena jalannya masih berupa susunan batu yang tidak rata.

KATEDRAL ST BASIL

Bangunan menggemask­an dengan beberapa kubah bercorak warna warni ini jadi simbol Rusia sejak berdiri pada tahun 1561. Empat kubah terbesar adalah gereja dengan nama yang berbeda, yaitu Cyprian & Justina,

Holy Trinity, The Icon of St Nicholeas The Miracle Worker dan The Entry of Lord into Jerusalem. Selain itu, St Basil Cathedral juga terdiri dari chapel-chapel kecil yang dibangun untuk memperinga­ti beberapa kejadian atau peperangan pada masa Tsar Ivan IV. Konon arsitek yang membangun katedral ini dibutakan matanya agar tidak bisa merancang bangunan serupa lagi setelahnya. Semoga kabar ini tidak benar adanya.

GUM

Terletak di Red Square, GUM dikenal sebagai pusat pertokoan terbesar di Rusia, seperti Bergdorf Goodman di New York atau Harrods di London. Bangunan yang pernah menjadi kantor Stalin di tahun 1920an ini memiliki gaya arsitektur Russian Medeival, memanjang 240 meter terdiri dari 3 arcade dan 3 lantai. Memiliki langit-langit yang terbuat dari kaca berbingkai baja, lantai marmer dan eskalator antik dengan unsur profil kayu jati. Saya memasuki GUM dari salah satu arcade yang tersambung dengan supermarke­t. Tanpa ragu, saya pun langsung berbelok masuk untuk berbelanja oleh-oleh mulai dari snack, cokelat, teh, hingga keju, daging asap dan… Vodka!

METRO TOUR

Menjelajah stasiun adalah salah satu aktivitas seru yang hampir selalu saya lakukan saat

traveling. Yang unik di sini bukan saja pemandanga­n hilir mudik penduduk lokal dengan gaya khas. Tapi stasiunnya itu sendiri yang mengundang decak kagum. Saya hanya sempat mengunjung­i tiga stasiun saja, yaitu Komsomolsk­aya yang dipenuhi deretan

chandelier megah dengan langit-langit berwarna kuning cerah (melambangk­an matahari di bawah tanah), Novoslobod­kaya dengan dominasi stain

glass, serta Kievskaya, stasiun dengan dinding penuh mozaik dan mural karya seniman ternama. Masing-masing stasiun dirancang oleh arsitek yang berbeda. Konon pembanguna­n ini dikenal sebagai salah satu proyek paling ambisius pemerintah­an Stalin (1928-1932) dan menjadi kebanggaan Uni Soviet pada masanya.

ARBAT STREET

Merupakan jalanan bebas mobil sepanjang kira-kira satu kilometer. Dipenuhi deretan toko suvenir yang juga menjual jaket atau topi berbahan bulu khas Rusia, toko buku (baru dan bekas), jajaran seniman jalanan yang memamerkan lukisan karyanya, serta restoran dan coffee

shop mungil. Kami memutuskan untuk makan siang ekspres di Mumu restoran, yang menawarkan menu makan siang prasmanan a la Rusia. Sengaja kami memilih untuk duduk di meja yang terletak di balkon agar dapat sambil menikmati alunan musik para seniman muda yang membawakan lagulagu klasik. Pada abad ke-18 distrik Arbat dikenal sebagai tempat pemukiman paling prestisius di Moscow, sebelum dihancurka­n oleh serangan Napoleon.

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ?? Supermarke­t dengan suasana klasik.
Supermarke­t dengan suasana klasik.
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ?? Saat malam, GUM dipenuhi lampu
Saat malam, GUM dipenuhi lampu
 ??  ?? Arbat Street
Arbat Street
 ??  ??
 ??  ?? Lukisan di dinding stasiun.
Lukisan di dinding stasiun.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia