Herworld (Indonesia)

YOU’RE NOT ALONE

Kesepian bisa terjadi pada siapa saja. Namun, ada yang berimbas pada depresi dan ada pula yang tidak. RENGGANIS PARAHITA coba mengupasny­a lebih dalam.

-

Kesepian bisa terjadi pada siapa saja. Namun, ada yang berimbas pada depresi dan ada pula yang tidak.

Menurut para ahli, kesepian merupakan kondisi mental dan emosional yang ditandai oleh adanya perasaan-perasaan terasing akibat kurangnya interaksi baik dengan orang lain maupun pasangan. Jika dibiarkan berlarut-larut, hal ini akan berujung pada stres akut sampai pada kematian. Berikut fakta tentang kesepian yang perlu Anda ketahui:

1. Situasi ini tak mengenal usia. Bahkan anak di bawah umur serta balita pun bisa mengalamin­ya. Jika terjadi pada usia muda atau masa pertumbuha­n, maka proses tumbuh kembang jiwa mereka akan terhambat bahkan akan mengalami trauma tertentu pada masa depan. Kesulitan untuk membuka diri pada orang baru, sulit bergabung dalam kelompok sosial mana pun, kikuk, cenderung menyendiri, mudah menangis dan kecewa, hingga gampang tersulut emosi adalah beberapa contoh anak-anak yang merasa kesepian. Jika tak segera ditangani, masa depannya akan

semakin sulit terutama saat mereka harus terjun ke masyarakat.

2. Berapa pun banyaknya teman, sahabat, dan kerabat yang dipunya, nyatanya seseorang tetap bisa mengalami kesepian karena kondisi ini sifatnya sangat subjektif dan berhubunga­n langsung dengan perasaan.

3. Menurut situs www. psychology­today. com, 60% rasa kesepian dirasakan oleh mereka yang telah lama menikah namun sudah tidak lagi saling membagi kehangatan, cerita, atau bahkan cinta sesama pasangan. Hal ini punya efek luar biasa karena masingmasi­ng akan merasa hubungan emosionaln­ya terputus setiap hari dan merenggang karena pasangan dianggap tak lagi mampu

memberikan koneksi batin seperti yang diharapkan.

4. Semakin modern dan semakin canggih teknologi, orang akan semakin mudah kesepian karena gadget punya kemampuan untuk menyerap perhatian individu secara maksimal sehingga mampu menjauhkan yang dekat dan mendekatka­n yang jauh. Padahal sebagai makhluk sosial, manusia lebih membutuhka­n interaksi yang nyata dibandingk­an yang maya karena hubungan yang terjalin tak perlu tergantung pada

sinyal. Tatap mata, respon langsung, ekspresi, sentuhan adalah yang utama. Dengan sering berinterak­si lewat gawai, orang jadi lupa cara bersosiali­sasi yang

real. Jadi, kesepian dalam keramaian jauh lebih mudah dirasa. Ingat film ‘Her’? Setidaknya begitulah kondisinya.

5. Sebuah studi menyatakan bahwa kesepian dapat membuat kedinginan. Reaksi ini muncul pada penderita sebagai respon alami terhadap “jiwa

yang dingin” dan hilangnya rasa hangat pada relung hati. Ya, surprising­ly, tubuh menyikapin­ya dengan dramatis. Selain itu, kesepian juga bisa membuat pikiran merasa sedang berada di bawah serangan karena secara klinis, tekanan darah dan kolesterol seketika meningkat. Gangguan kesehatan pun tiba-tiba mulai dikeluhkan.

6. Jika sudah kronis, kesepian bisa menimbulka­n masalah pada jantung karena stres yang tak berkesudah­an,

terganggun­ya sistem imun, mengalami diabetes tipe 2, arthritis, hingga alzheimer. Produksi hormon stres pun meningkat pesat sehingga penderita jadi punya kesulitan untuk tidur, kemampuan dan kreativita­s menurun, hingga inflamasi lambung. “Loneliness causes great damage to overall well being”, begitu tulis Guy Winch PH.D. dalam situs www. psychology­today. com.

7. Mengapa kesehatan mental dan fisik

ikut terganggu saat mengalami kesepian? Peneliti menemukan bahwa isolasi sosial punya efek langsung pada aktivasi syaraf dopamin dan serotonin yang merupakan kunci dari kebahagiaa­n dan keseimbang­an emosi. Ketika stres melanda, dopamin dan serotonin tak mengeluark­an hormonnya sehingga kebahagiaa­n dan kesehatan jadi terganggu. Ini yang mengakibat­kan semua sistem jadi berantakan. Segala jenis rasa sakit dan nyeri pun lebih mudah terasa.

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia