Story of The Storyteller
Maudy Ayunda, 24, memulai tahun dengan kegiatan baru. Mulai dari program edukasi hingga proyek buku. OLEH KIKI RIAMA PRISKILA
Selamat atas peluncuran buku cerita anak karangan Maudy! Bisa ceritakan ide awal pembuatannya? Saya sudah menulis cerita sejak berumur 10 tahun dan untungnya masih menyimpan tulisannya di archive. Saat itu penerbit buku saya, Bentang Pustaka, mencetuskan ide untuk menerbitkan ceritacerita ini dalam sebuah buku anak. Setelah mengkurasi sekitar tujuh cerita, ada empat cerita yang diterbitkan. Buku ini ditujukan untuk anak-anak umur 3-8 tahun. Ceritanya dibuat berdasarkan pengalaman anak berusia 10 tahun seperti boneka kesayangan, teman baik, keinginan untuk punya hewan peliharaan. Proses pembuatannya sendiri memakan waktu selama enam bulan.
Bagaimana dengan pemilihan ilustrasinya? Bicara soal buku anak, gambar memegang peranan yang sangat penting. Saya pun memilih langsung ilustratornya karena ingin karakter Kina benar-benar terpancar. Apa kesulitan yang paling dirasakan? Ternyata menulis buku anak-anak berbeda dengan menulis untuk orang dewasa atau remaja. Pemahaman anak-anak kebanyakan didapat dari alam bawah sadar jadi banyak hal yang harus dipikirkan dengan matang. Saya harus bisa menyampaikan pesan secara cepat dengan pilihan kata yang terbatas. Jadi lebih sulit proses memilihnya, mana kata yang mengulang, mana yang penting, atau justru mana yang harus diulang terus.
Apa yang berbeda dari buku cerita anak lainnya? Secara teknis, ‘penulis’ buku ini adalah anak 10 tahun. Buku ini juga menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia agar bisa membantu mereka belajar kosakata dalam dua bahasa tersebut.
Pesan moral apa yang ingin disampaikan lewat buku ini?
Setiap buku memiliki cerita yang berbeda sehingga pesan moral yang ingin disampaikan juga beragam. Ada yang tentang cara merawat barangbarang kesayangan, membentuk mindset untuk memperbaiki bukan mengganti. Ada juga soal pertemanan bukanlah sesuatu yang eksklusif.
Maudy juga terlibat dalam Maudy Ayunda Foundation. Bisa ceritakan proses berdirinya?
Ini adalah sebuah program yang sudah saya pikirkan dari tahun lalu. Saya ingin membuat sebuah komunitas di mana saya bisa mentoring temanteman di semester pertama kuliah selama setahun. It’s a personal thing, personally initiated, personally funded. Bahkan saya membaca setiap esai dari ribuan aplikasi yang dikirimkan ke kami. Setelah melalui proses wawancara, terpilihlah 34 orang yang akan mengikuti kelas mentoring ini.
Program apa saja yang sudah diadakan?
Sejauh ini masih tentang program mentorship dan beasiswa karena jujur masih terbatas pada waktu. Mungkin karena semuanya masih dilakukan sendiri. Intinya dalam program mentorship ini saya mengkurasi kurikulum selama setahun yang bisa membantu mereka dalam belajar, mengadakan sharing session dan workshop. Saya juga mengajak mereka mengikuti kegiatan saya seperti seminar atau talkshow. Salah satunya di Indonesia Millennial Summit 2019 di mana saya membahas seputar etika anak muda dalam bersosial media. Karena sebagian besar peserta datang dari luar kota Jakarta, kami memaksimalkan fasilitas yang ada seperti Skype.
Aktif di berbagai kesibukan, bagaimana cara Maudy menjaga kesehatan? Dengan memiliki waktu tidur yang cukup, berolahraga, dan menjaga makanan. Saya juga tidak berani jajan sembarangan dan sangat suka buah. Sekarang saya juga senang mengikuti kelas seperti barre fitness. Tapi saya selalu berusaha memadukan semua jenis olahraga.