10 MINUTES WITH MICHAEL KORS
Bimo Permadi berkesempatan berbincang langsung dengan Sang Desainer, Michael Kors, di New York.
Obrolan her world dengan sang desainer seputar mode hingga women empowerment.
Pada New York Fashion Week spring summer 2019, her world Indonesia menghadiri peragaan busana Michael Kors Collection di New York, sekaligus berbincang langsung dengan sang maestro.
HW: Pada tahun 2015 Anda memutuskan untuk menggunakan model dengan berbagai ras dan bentuk tubuh, apa yang membuat Anda terpikir dan akhirnya memutuskan hal tersebut?
MK: Saya sering sekali traveling dan melihat keunikan kecantikan dunia, akan sangat membosankan jika semua terlihat sama. Sama halnya saat saya menciptakan sebuah koleksi, saya tidak terpikirkan satu model, satu muse, satu negara, satu bentuk tubuh atau satu usia, tapi saya memikirkan sebuah sikap. Bahkan dari berbagai model yang saya pilih, selebritas yang memakai koleksi saya dan dari pelanggan setia saya itulah yang membuat saya semangat merancang koleksi baru.
HW: Anda sangat lihai dalam membuat perempuan terlihat cantik, dari manakah Anda memiliki talenta itu?
MK: Saya adalah anak tunggal dan selalu hidup dikelilingi para perempuan seperti tante, saudara, nenek dan ibu yang semuanya mencintai fashion. Uniknya semua perempuan dalam keluarga saya mempunyai ciri khas gaya masingmasing. Dari situ saya mengerti bahwa setiap perempuan memiliki sudut pandang yang berbeda-beda terhadap fashion dan itu membuat segalanya lebih menarik. Waktu saya beranjak dewasa saya juga sering menonton acara makeover di televisi dan selalu berpikir “oh mungkin dia lebih cantik kalau pakai warna ini, oh mungkin dia lebih bagus kalau jaketnya lebih panjang” dari situlah saya selalu ingin membuat setiap orang menjadi versi terbaik dari dirinya.
HW: Pada musim lalu Anda untuk pertama kali melansir koleksi kolaborasi, adakah bocoran tentang kolaborasi berikutnya?
MK: Saya akan berlibur ke Greece dalam waktu dekat dan langsung bekerja untuk mempersiapkan koleksi berikutnya di Italia dan saya tidak pernah merencanakan apapun, semua terjadi dengan begitu natural. Seperti kolaborasi dengan
David Dawnton terjadi karena kita bersama di London. Kita adalah teman dan saya penggemar hasil karyanya dan dengan begitu saja saya terpikirkan untuk berkolaborasi dengannya. Begitu juga dengan Christina Zimpel, kolaborasi terjadi karena saya melihat karyanya di sebuah buku dan itu membuat saya terinspirasi. Jadi saya tidak pernah tahu kolaborasi apa yang akan saya lakukan karena itu bisa terjadi dalam seketika.
HW: Pada musim lalu Anda memperkenalkan koleksi yang seluruhnya menggunakan faux fur dan terlihat seperti bulu asli. Dari manakah Anda menemukan teknologi itu?
MK: Membutuhkan waktu tiga tahun untuk menemukan inovasi bagaimana menghasilkan tampilan faux fur layaknya bulu asli. Kita mencoba mencampur berbagai jenis faux fur dalam satu fashion item sehingga menciptakan sebuah dimensi dan tidak terlihat kaku serta berat seperti karpet kamar mandi. Saya ingin menghasilkan produk faux fur yang ringan, bertekstur indah, glamor dan mewah serta yang terpenting tidak menggunakan bulu binatang asli.
HW: Saya melihat Anda sebagai seorang inventor karena begitu banyaknya teknik baru dalam proses pembuatan koleksi Anda. Seperti teknik tie dye pada bahan kulit dan celana sequin gradasi yang dicelup dan masih banyak lagi. Bagaimana cara Anda menemukan inovasi tersebut?
MK: Saya sangat beruntung karena dengan lini Michael Kors Collection
‘the sky is the limit’ dan saya banyak bekerjasama dengan para Artisan dari Prancis dan Italia. Mereka adalah orang yang sangat kreatif dan selalu ingin ditantang. Saya selalu datang dengan suatu ide dan merekalah yang terpikir “bagaimana kalau kita membuatnya seperti ini.” Semua proses bagaikan yin dan yang sehingga semua saling mengisi. Seperti pada koleksi spring summer 2019 ini, Anda bisa melihat sebuah gaun renda putih yang terlihat seperti bahan renda biasa padahal itu terbuat dari kulit dan ada lagi sebuah jaket kulit yang terlihat seperti print biasa tetapi itu sebetulnya bahan kulit tertipis yang pernah dibuat dengan motif yang dilukis tangan. Inovasi seperti itulah yang terus akan saya kembangkan dalam setiap koleksi saya.