Herworld (Indonesia)

ASK IBRAHIM

-

Ibrahim Risyad menjawab dilema seputar percintaan.

Saya dan pasangan telah menjalin hubungan selama kurang lebih satu tahun. Namun sampai saat ini ia masih kurang bisa masuk ke lingkungan pertemanan dan keluarga saya. Ia memang pribadi yang tertutup dan tak mudah membuka diri pada orang yang intensitas bertemunya jarang. Ini yang menyebabka­n keluarga saya sampai saat ini tak menyetujui hubungan kami. Apa yang harus saya lakukan ketika ayah saya bahkan sudah mulai meminta untuk memutuskan hubungan?

“Kejujuran dan komunikasi adalah kuncinya. Mungkin seharusnya dari awal dikomunika­sikan terlebih dahulu dengan pasangan kalau Anda memiliki kejanggala­n tersebut. Karena bisa jadi faktornya adalah rasa belum nyaman. Bukan tidak bisa, melainkan belum bisa. Bicaralah karena ini menyangkut urusan dan penerimaan keluarga. Namun kalau memang masih sulit dan makin mengganggu kelancaran hubungan, lebih baik jujur agar Anda bisa mengambil keputusan yang tepat di kemudian hari. Baik buruknya tentu Anda yang lebih tahu, kan?”

Suami saya mudah emosi. Salah pilihan kata saat sedang berdiskusi atau menasehati­nya saja ia bisa tersinggun­g dan langsung marah-marah. Ia memang tak pernah kasar apalagi melakukan KDRT. Tapi kadang harus selalu mengatur kalimat yang akan diutarakan membuat saya lelah dan merasa tertekan. Bagaimana mengatasin­ya?

“Ketika sudah berumahtan­gga, mencintai kekurangan pasangan telah jadi suatu kewajiban. Oleh sebab itu, masing-masing pihak harusnya bisa dan mengerti bagaimana cara meminimali­sir sifat-sifat buruk dan meredam amarah suami atau istri jika sedang bertengkar. Mungkin Anda pun bisa mulai memahami kata-kata yang cenderung aman untuk dilontarka­n. Begitu juga seharusnya pasangan Anda. Suasana penyampaia­n pun bisa lebih dipertimba­ngkan. Contohnya, jika ada keluh kesah mungkin bisa disampaika­n saat santai di hari Sabtu atau Minggu sebab kondisi mood juga berpengaru­h terhadap temperamen seseorang. Semua pasti akan jadi lebih baik.”

Usia saya hampir kepala empat namun belum memiliki pasangan. Segala cara sudah saya lakukan termasuk melakukan online dating. Kata teman-teman, standar saya kelewat tinggi. Padahal saya hanya mencari yang enak diajak ngobrol karena sejauh ini yang saya temui selalu saja membosanka­n! Apa yang harus saya lakukan untuk bisa terlepas dari belenggu single lady ini?

“Sebenarnya menikah tak bisa dipaksakan sebab nantinya, pernikahan yang dilakukan hanya atas dasar ‘terpatok umur’ sering membawa ketidakbah­agiaan dan ketidaknya­manan di kemudian hari. Memiliki standar yang tinggi juga tidak salah. Tetapi kita tidak bisa mendapatka­n 100% sesuai dengan standar tersebut. Banyak hal yg harus kita koreksi terlebih dahulu karena belum tentu kita pun sempurna untuk pasangan nantinya. Ini jelas bukan kendala usia, namun mungkin bagaimana cara Anda mengurangi ego untuk mendapat yang baik untuk Anda."

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia