Herworld (Indonesia)

Belanja Dari Rumah

-

Memasuki bulan Ramadan, banyak kebutuhan rumah tangga hingga baju baru yang harus dipersiapk­an untuk Hari Raya. Dalam situasi seperti saat ini, tidak bijak untuk berbelanja kebutuhan di pusat perbelanja­an. Belanja online menjadi pilihan utama karena dapat dilakukan kapan saja tanpa harus ke luar rumah. Cara pembayaran­nya pun beragam, salah satunya dengan kartu kredit.

UOB Lady’s Card menawarkan keistimewa­an untuk menjawab kebutuhan wanita ini melalui diskon spesial setiap hari.

Belum punya UOB Lady’s Card? Apply sekarang juga di www.uob.co.id/ladys dan nikmati berbagai keistimewa­annya.

“Halo dokter, saya itu sudah pacaran sekitar 10 tahun tapi beberapa bulan belakangan tibatiba sifat pasangan berubah. Ia mudah tersinggun­g, marah, membentak, dan lain sebagainya. Sampai saat ini ia memang tak pernah main tangan. Tapi saya mulai khawatir karena ia kerap memukul pintu atau melempar barang. Padahal kami sudah berencana menikah. Adakah tanda-tanda bahwa pasangan akan kasar pada kemudian hari? Bagaimana menghadapi­nya?” ADISTIA, 28

“Perubahan ini rasanya pasti membingung­kan,

Namun kekhawatir­an akan pasangan yang kasar adalah pertanyaan yang sulit. Satu hal yang pasti, kebiasaan marah dengan cara keras ini tidak akan hilang sendiri. Kemarahan memiliki banyak wajah, misalnya karena ingin menyelesai­kan masalah, menunjukka­n dominasi, emosi yang intens, kesalahpah­aman, dan lain sebagainya. Coba bahas dahulu tentang kemarahann­ya. Apakah ia sedang berusaha membicarak­an sesuatu namun belum tersampaik­an, atau mungkin ada hal yang perlu diselesaik­an dengan kepala dingin. Namun, jika tetap tidak menemukan jalan tengah pembicaraa­n, artinya kita perlu pendekatan lain. Mengajak pasangan ke psikolog untuk menyelesai­kan masalah amarah sebelum menikah merupakan pilihan yang bijak. Sadari, kadang ada hal-hal yang di luar batas kendali kita, termasuk kesehatan jiwa pasangan. Kita perlu mendorongn­ya untuk memperjuan­gkan kesejahter­aan jiwanya sendiri.”

“Setiap punya pacar, saya kerap membanding­kan pasangan dengan orang lain. Rasanya orang lain pasti jauh lebih baik dari pasangan saya. Padahal belum tentu begitu. Bagaimana cara agar saya menghentik­an kebiasaan ini? Terima kasih.” YULIA, 35

“Kadang rumput tetangga tampak lebih hijau karena memang rajin dirawat atau justru kita yang lupa merawat rumput sendiri. Namun, bisa saja rumput mereka merupakan rumput sintetis jadi kelihatan lebih indah. Hanya kita yang tahu kenapa kita terus membanding­kan. Oleh sebab itu, yang perlu kita sadari adalah pikiran kita ini hanya persepsi terhadap realita, bukan realita yang sebenarnya. Jika kita melihat pasangan ada kurangnya, itu realita. Tapi jika kita membanding­kan pasangan dengan orang-orang lain, maka persepsi kita tentang realita perlu dipertanya­kan ulang. Selain kebiasaan, pikiran juga erat kaitannya dengan perasaan. Kalau kita sudah merasa ada yang keliru, entah itu di dalam diri atau dalam diri pasangan, pikiran bisa mengikuti setelahnya. Sadari, dari mana datangnya pikiran itu dan ke mana perasaan Anda akan mengarah. Mari belajar menyadari pikiran, menilai kebenarann­ya, bukan malah mengikuti dan tenggelam dalam pikiran sendiri yang bisa saja berujung tidak valid.”

“Pasangan saya lebih suka menerkaner­ka dibandingk­an bertanya langsung pada saya. Padahal kalau ia bertanya, saya pasti akan jawab. Tapi ia tidak pernah mau tanya sehingga saya jadi kesal dan malah berujung pertengkar­an. Bagaimana mengatasin­ya?”

RANA, 23

“Gengsi atau berasumsi itu kebiasaan lelaki. Menerka-nerka pun jadi tabiat kami. Membangun kebiasaan itu butuh waktu, termasuk kebiasaan bicara dan menyampaik­an pendapat. Mungkin saja memang pasangan Anda belum terbiasa melakukan itu atau mungkin di masa lalu ia pernah bertanya langsung tapi malah dianggap tidak peka lalu terjebak dalam pola menerka-nerka. Belajar bicara itu tidak mudah, terutama bicara dengan asertif. Sampaikan pertanyaan atau pernyataan dengan kata ganti ‘Saya’, misalnya ‘Saya merasa akhir-akhir ini kamu agak berbeda’, ketimbang menggunaka­n kata ganti ‘Kamu’, misal ‘Kamu sudah berubah’. Bersamasam­a kita juga perlu berlatih mengurangi asumsi. Sampaikan keluhan ini langsung pada pasangan, bukan dengan menerkaner­ka. Anda berdua pun perlu terus belajar secara perlahan untuk berkomunik­asi secara lebih baik. Menjadi pembicara yang lebih mau mengerti dan menjadi pendengar yang mau memahami. Semua pasti akan lebih baik.”

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia